my little alpha - 2

5.1K 752 10
                                    

Jadwal les Niki tidak lama, hanya 2 jam lebih 30 menit, tapi sanggup membuat Sunoo langsung tepar seolah kehilangan seluruh energinya di kasur kesayangan.

Ya bagaimana tidak? Selama 150 menit dia harus senam jantung tanpa henti setiap kali berkontak dengan Niki. Baik itu sekadar kontak mata, kontak fisik, bahkan saat hanya mendengar Niki bersuara.

Sunoo yakin anak itu pasti seorang alpha. Auranya terasa sangat dominan, Sunoo seolah dipaksa untuk terus menuruti ucapannya. Dan lagi pembawaannya terbilang cukup dewasa untuk anak usia 12 tahun. Bicara secukupnya, karakternya tenang, agak susah diajak bercanda pula.

Yang tidak Sunoo mengerti, kenapa di saat berada di dekat Niki, dia merasakan keinginan yang kuat untuk memeluk bocah itu? Pingin manja-manja gitu. Kalau dia baru saja melakukan hal yang membanggakan, ingin rasanya Niki menepuk pelan kepalanya sambil memujinya "kerja bagus". Atau jangan jauh-jauh deh, setidaknya dia ingin mendengar Niki memanggilnya dengan "sunoo-ya" bukan "kakak".

Ah Sunoo jadi lelah memikirkannya juga. Dia hampir saja terlelap, tapi keburu diganggu dengan suara cempreng kakaknya yang baru pulang kerja.

"Martabak nih!" seru kakaknya sambil membuka pintu. Dia dengan santainya melemparkan bungkusan berisi sekotak martabak ke atas perut adiknya.

"Ah Kakak! Ganggu aja sih!"

"Ih kok ngamok? Tadi siapa yang minta martabak? Bukannya bilang terima kasih malah marah-marah, dengar ya kakak itu udah seharian kerja, demi masa depanmu dan--"

"Iya iya! Makasih! Udah sana keluar, jangan ngajak aku ngobrol. Capek nih!"

Sunoo menyingkirkan kotak martabaknya ke samping, sedangkan dia merubah posisi meringkuk seperti janin sambil memeluk guling kesayangan.

"Capek juga aku. Kamu seharian kan cuma tidur," kata Sowon sembari duduk di tepi ranjang, memijit tumitnya yang sakit karena memakai high heels seharian.

"Siapa yang tidur seharian? Lagian idenya siapa itu yang nyuruh aku jadi tutor les anak SD?"

"Oh iya, aku baru ingat. Jadi gimana?" Gampang kan?"

Gampang katanya, julid Sunoo dalam hati. Ya kalau gampang mana mungkin sekarang Sunoo tepar begini.

"Ya Kakak lihat aja, menurut Kakak gampang engga buat aku?"

"Eh kamu tau ngga sesuatu?"

Sunoo tidak merespon. Tidak perlu juga, Sowon tetap bakal lanjut mengoceh meskipun dia cuekin.

"Ternyata orangtuanya bocah yang kau ajari itu, sama-sama alpha loh. Wah, kuyakin nih pasti nanti--sebentar siapa nama anak itu?"

"Riki."

"Iya si Riki itu kayaknya bakal jadi alpha juga deh nantinya. Ngomong-ngomong nih, kalau alpha sama alpha punya anak, anaknya bakal dapet banyak keberuntungan loh. Salah satunya, dia bakal mudah ketemu soulmate nya. Padahal, engga mudah loh bertemu soulmate yang sudah takdirnya. Dan satu lagi, ini yang paling kamu harus tau."

Sunoo berlagak sok tidak peduli, aslinya mah dia mendengarkan ocehan kakaknya sambil memejamkan mata.

"Kalau seumpama soulmate dia omega laki-laki, dia itu bakal mampu membuat omeganya hamil. Padahal kan omega laki-laki engga bisa hamil."

Mendengar ucapan kakaknya barusan, Sunoo jadi ketar-ketir sendiri. Rasanya seolah Sowon sedang membicarakan dirinya, padahal yang dighibahin kan bocah SD murid nya itu.

"Ekhem, halah itu pasti cuma mitos. Mana ada omega laki-laki bisa hamil, Kakak jangan ngawur deh."

Sowon mencubit gemas pipi Sunoo, membuat Sunoo menjerit tidak terima.

"Kualat kamu ya. Orang yang lebih tua lagi ngasih wejangan tuh didengar. Kualat tau rasa."

"Aku engga butuh wejangan ngomong-ngomong, lagi capek gini diajak ghibah," protes Sunoo tak terima.

"Memang kenapa sih kok jadi lemes lagi? Pagi tadi kan sudah kukasih supresan, harusnya malam ini kamu tuh udah sehat."

"Aku tuh capek sehabis mengajar, Kakak."

"Engga masuk akal, mengajarnya cuma berapa jam, tapi capeknya kayak habis keliling dunia. Kumat lagi?"

Sunoo menelan ludah. Please jangan sampai kakaknya tau kalau dia kumat gara-gara si Niki.

"I-iya."

Sowon mengerutkan dahinya curiga.

"Kamu pasti nonton video yang enggak-enggak ya? Ngaku!"

"IDIH NGAWUR! MANA ADA AKU KAYAK GITU!"

"Ya terus kumatnya kenapa? Enggak mungkin kan kumat tanpa sebab. Masa.. jangan bilang--"

Sunoo hanya diam. Menatap kakaknya yang masih memicing curiga itu dengan cemas.

"Karena Riki ya?"

Ekspresi Sunoo berikutnya membuat Sowon semakin yakin dengan dugaannya.

Hmm, menarique 👀

Tbc

W lelah wkwk

babyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang