Flashback.
Hari itu seluruh keluarga kerajaan menghadiri kompetisi berburu yang diikuti oleh para ksatria, bangsawan, ataupun rakyat yang ingin berpartisipasi.
Para keluarga kerajaan duduk di tempat kehormatan untuk menonton. Valerie yang merasa sangat bosan, menyentuh tangan Vathur membuat anak itu menoleh dengan pandangan bertanya.
"Aku bosan, Kak. Kita main saja yuk," ajak Valerie dengan wajah memelas. Vathur tersenyum lalu mengangguk. Ia meminta izin kepada sang ibu, lalu pergi menjauh dari tempat kompetisi.
Vathur tertawa ketika melihat adiknya yang berlariam bebas bagai burung yang baru lepas dari sangkar.
"Kak, lihat kupu-kupunya sangat cantik!" Vathur mengikuti arahan jari adiknya hingga mendapati kupu-kupu berwarna biru yang terlihat berkilau indah.
"Yaa, kupu-kupunya sangat cantik."
Valerie terus berlarian, mengejar kupu-kupu yang menarik perhatiannya itu. Ia bahkan tak sadar kemana kakinya melangkah.
Vathur membelalakan mata panik ketika sang adik berlari ke arah jurang. Ia segera melajukan langkahnya.
"Valerie, berhenti!" Gadis itu menoleh, namun sayangnya kakinya terpeleset hingga hampir jatuh, untungnya Vathur datang tepar waktu. Anak itu berhasil menarik Valerie, hingga tak jadi jatuh ke jurang yang curam itu.
"Valerie, kenapa kau tak melihat-lihat? Bagaimana kalau kau jatuh tadi? Kau tau sendiri tanahnya berlumpur karena habis hujan tadi, kenapa malah berlarian begitu?" omel Vathur yang sangat mengkhawatirkan sang adik. Ia tak bisa membayangkan jika Valerie jatuh tadi.
Valerie menunduk, merasa bersalah. "Maaf, Kak. Aku tak bermaksud buat kakak khawatir," ujarnya dengan suara bergetar.
Vathur menghela napas, lalu menarik adiknya ke dalam dekapannya. "Sudahlah, sekarang kau akan baik-baik saja." Valerie mengangguk pelan.
"Sekarang kita pergi main ke tempat yang lebih aman saja," ajak Vathur yang langsung diangguki. Baru saja mereka akan melangkah, Vathur menatap tanah yang dipijaknya aneh karena terasa seperti bergetar.
"Valerie, kau---"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, mata Vathur terbelalak ketika menyadari hal yang akan terjadi. Ia lantas mendorong Valerie kencang hingga gadis kecil itu terjatuh, sedetik kemudian tanah yang dipijak Vathur luruh membuatnya jatuh juga ke bawah.
"KAKAK!" pekik Valerie yang shock berat. Ia merangkak, mendekat ke ujung jurang yang baru saja terbelah. Ia mendapati Vathur yang bergelantungan di akar pohon yang mencuat.
"Kakak, pegang tanganku!" seru Valerie panik. Ia menjulurkan tangannya, namun tak bisa diraih Vathur karena terlalu pendek.
"Tak bisa," ujar Vathur yang susah payah tetap bergelantungan. Tangannya mulai pegal.
"Ti-tidak, kakak pasti bisa. Ayo pegang tanganku." Valerie semakin memajukan tangannya, hingga tubuhnya mencapai titik terujung pinggir jurang. Tanah di situ kembali bergetar membuat Vathur dilanda rasa panik.
"Valerie, jangan ke sini! Kau pergilah! Di sini berbahaya!" Valerie menggeleng kuat.
"Aku tak akan meninggalkan kakak! Cepat pegang tanganku!"
"Tak akan bisa, Valerie! Lebih baik kau pergi cari bantuan orang dewasa, kakak akan baik-baik saja di sini. Kakak akan menunggumu," ujar Vathur mencoba menyakinkan. Ia sendiri tak tega melihat sang adik yang sudah menangis sesegukkan. Pasti adik kecilnya itu sangat takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Different Souls[END]✔
Fantasy[ENDING] ●Budayakan follow sebelum membaca. ●Jangan lupa vote dan komen. *** [Belum revisi! Jadi, mohon maklum kalau penulisan ataupun alurnya acak adut. Sebenarnya ragu buat revisi juga sih, biar nanti ada pembanding karyaku yang dulu dan sekarang...