Setelah kejadian kemarin, Kerajaan Elvathir melaksanakan pestanya selama 7 hari berturut-turut. Dari bangsawan sampai rakyat biasa diliputi kebahagiaan karena perayaan ini, karena kembalinya Vathur.
Keadaan Ratu Aretta pun sudah lebih baik lagi. Archer masih berada di istana, setelah tau kalau Vathur bisa pulang juga karena campur tangan Archer, Damian jadi memberikannya kebebasan di istana ini. Semakin hari, Archer semakin gencar mendekati Valerie. Hal itu membuat Vathur dan Ernest lebih waspada lagi, lalu Ellent? Gadis malang itu yang harus selalu menghadapi segala sikap menyebalkan para lelaki itu.
Pagi ini, seluruh keluarga kerajaan mengadakan sarapan bersama. Tak ada yang tak hadir, bahkan Archer pun ikut bergabung atas perintah raja sendiri.
"Nanti malam, kita akan mengadakan perayaan hari terakhir, aku harap kalian semua hadir. Terutama kau Alrick, beberapa hari ke belakang kau fokus latihan terus-menerus." Ucapan Damian berhasil menginterupsi acara makan Alrick, bahkan yang lainnya juga
"Baik, Ayah."
"Aku juga akan membuat pengumuman penting nanti." Kali ini, semua mata tertuju pada Damian dengan pandangan bingung.
"Pengumuman apa, Ayah?" tanya Ellent. Sejak kejadian waktu itu, ia sudah tak takut lagi pada Damian. Mereka bahkan jadi lebih akrab lagi.
"Vathur akan diangkat menjadi pangeran mahkota lagi."
Deg!
"Uhuk! Uhuk!" Vathur tersedak, saking kagetnya. Pelayan yang siap sedia di belakangnya langsung menyodorkan air.
"Ayah, apa maksudmu?! Alrick putra mahkota yang sekarang, bagaimana bisa aku mengambil haknya?"
Damian menanggapinya santai. "Sejak awal, posisi itu memang hakmu, 'kan? Ayah hanya ingin mengembalikannya padamu."
"Tapi, Ayah---!"
"Yang dikatakan raja benar, Vathur. Posisi itu adalah hakmu, lagipula Alrick mengerti hal itu kok," tambah Calista membuat Vathur makin frustasi.
"Ibu ...," rengek Vathur.
"Sebaiknya kita mendengarkan pendapat Alrick terlebih dahulu, karena bagaimanapun sekarang dialah putra mahkotanya." Semuanya mengangguk, menyetujui saran dari Ratu Aretta. Yap, wanita itu sudah semakin pulih walau tetap harus mengkonsumsi obat untuk sementara waktu.
"Kak Alrick, bagaimana menurutmu?" tanya Ernest penasaran.
Alrick terdiam, ia menatap orang-orang yang mengaku sebagai keluarganya itu. Tak ada yang tau jika ia tengah mengontrol emosinya yang ingin meledak sejak pengumuman Damian tadi. Bahkan tangannya terkepal erat, untung saja Achazia yang di sebelahnya bisa memegang kepalan itu hingga perlahan menguar.
"Aku setuju saja. Itu memang hak Kak Vathur," jawab Alrick yang berbanding terbalik denga keinginannya. Namun, agar rencananya dengan Achazia bisa berhasil, ia harus melakukannya.
"Dengar? Alrick tak keberatan sama sekali, artinya kau tak memiliki alasan apapun lagi sekarang." Damian tersenyum kemenangan, sementara Vathur mengacak rambutnya frustasi.
"Alrick, kau sunggut tak keberatan? Jika kau ingin posisi itu, kau tak perlu memberikannya padaku." Vathur menatap Alrick dengan raut memelas, ia memohon.
Alrick membalasnya dengan raut datar. "Aku tak keberatan, Kak. Itu hakmu." Vathur menghembuskan nafas panjang. Bagaimana ini? Apa yang akan terjadi dengan hubungannya dan Kaluna jika ia diangkat jadi putra mahkota lagi?
"Jangan tekuk wajahmu, Vathur. Ini kabar baik," sindir Damian dengan tawa tertahan.
"Iya, Kak. Wajahmu murung sekali, awas nanti bisa jatuh saking murungnya," imbuh Ellent dengan raut mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Different Souls[END]✔
Fantasía[ENDING] ●Budayakan follow sebelum membaca. ●Jangan lupa vote dan komen. *** [Belum revisi! Jadi, mohon maklum kalau penulisan ataupun alurnya acak adut. Sebenarnya ragu buat revisi juga sih, biar nanti ada pembanding karyaku yang dulu dan sekarang...