Suasana ruang tahkta begitu mencekam. Semuanya dipusingkan dengan pikiran masing-masing. Seluruh keluarga bersama dengan penasehat raja menghadiri rapat keputusan siang hari ini, atas pengkhianatan Alrick dan Achazia.
Pintu dibuka, Alrick dan Achazia datang dengan pengawalan ketat. Bahkan tangan mereka dirantai, baju yang mereka kenakan menjadi lusuh, dan air muka mereka tak bisa dikatakan baik. Pengawal menjatuhkan mereka dengan posisi bertelud, mata Calista kembali berair melihat keadaan putra sulungnya itu. Untungnya Aretta yang memahami dukanya, setia menenangkannya.
Raja belum bersuara, penasehatnya pun nampak menyorot datar kepada mantan putra mahkota beserta tunangannya itu. Archer kembali hadir dalam sidang ini bersama Kaluna, karena mereka termasuk saksi kejadian kemarin.
Krieett!
Pintu kembali dibuka, muncullah seorang pria berambut cokelat gelap dengan netra amethyst yang tajam. Sesampainya, di depan raja ia membungkuk hormat.
"Salam kepada Matahari Kerajaan, saya mohon maaf atas keterlambatan."
"Berdirilah," titah Damian yang langsung dipatuhi.
"Tuan Zane, apa kau tau kejahatan yang dilakukan putrimu?" Suara Damian begitu dingin dan mengintimidasi, membuat tekanannya terasa ke seluruh orang yang hadir.
"Saya tidak tau, Yang Mulia." Tubuh Achazia bergetar, matanya berair takut. Sejak kedatangan ayahnya, tubuhnya gemetaran terus. Ia tak pernah menduga rencananya akan berbuah buruk seperti ini.
"Putrimu bersama Pangeran Alrick berencana membunuh pewaris negeri ini. Menurutmu, hukuman apa yang pantas baginya?"
Zane sempat terdiam beberapa saat. "Jika diizinkan, biarkan saya yang menghukumnya, Yang Mulia."
Mata Achazia membelalak lebar, ia mengangkat kepalanya lalu menatap sang ayah dengan sorot terkejut. Sedetik kemudian ia menggeleng keras.
"Tidak, Yang Mulia! Anda bisa penjarakan saya ataupun menghukum mati saya, tapi saya mohon tolong jangan biarkan saya dibawa olehnya!" Tangisnya pecah, Ellent memandangnya terkejut dan heran. Kenapa gadis itu begitu takut kepada ayahnya?
Tak disangka-sangka, Damian malah menyeringai. "Awalnya kupikir itu ide yang buruk, tapi setelah mendengar respon putrimu, sepertinya itu ide yang paling cemerlang." Ellent merinding mendengarnya, ia menatap Damian takut.
"Apa semua raja punya sisi kejam sepertinya?" gumamnya tanpa didengar siapapun.
Sementara itu, Achazia berteriak histeris. Ia memberontak hingga dua pengawal terpaksa memegangnya. "Tidak! Kumohon Yang Mulia, jangan lakukan ini padaku! Tolong, Yang Mulia! Kumohon!" Air matanya telah membasahi seluruh wajahnya. Rambut merah muda yang acak-acakkan, dan pergelangan tangannya yang memerah karena bergesekan dengan borgol besi.
"Tuan Zane, bawa putrimu pergi dari hadapanku. Akan lebih baik jika dia tak pernah menunjukkan wajahnya itu di hadapanku maupun keluargaku lagi." Zane segera membungkuk pamit. Ia berbalik lalu mengkode dua pengawal untuk menyeret putrinya mengikutinya. Ia seakan enggan membawa putrinya dengan tangan sendiri.
Sementara itu, Achazia makin memberontak. "Tidak! Kumohon, penjarakan saja aku! Jangan biarkan dia membawaku, Yang Mulia!" Ia menoleh pada Alrick yang berada di sampingnya. "Pangeran, kumohon tolong aku. Aku sudah mengabdikan diriku padamu, tolong bantu aku." Ia berhasil melepaskan diri dari pengawal, ia segera bersujud di hadapan Alrick hingga posisi keduanya sejajar.
Tanpa diduga, Alrick malah terkekeh sinis. "Hidupku saja kacau, bagaimana bisa menyelamatkanmu?" gumamnya yang hanya didengar Achazia.
Gadis itu tertegun. Ia melihat sorot luka yang makin melebar dalam iris emerald itu. "Tidak ...." Ia dipaksa berdiri oleh dua orang pengawal atas perintah Zane. Gadis itu dibawa keluar, kali ini tanpa melawan. Saat berada di ambang pintu, ia menoleh dan mendapati Ellent yag menatapnya simpati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Different Souls[END]✔
Fantasy[ENDING] ●Budayakan follow sebelum membaca. ●Jangan lupa vote dan komen. *** [Belum revisi! Jadi, mohon maklum kalau penulisan ataupun alurnya acak adut. Sebenarnya ragu buat revisi juga sih, biar nanti ada pembanding karyaku yang dulu dan sekarang...