Tangis Valerie perlahan mereda, namun tak sedikitpun ia bergerak dari pelukan Vathur. Kaluna berusaha menahan tawanya ketika menyadari betapa datarnya wajah Archer yang merasa panas melihat adegan di depannya selama kurang lebih 30 menit.
"Ehm, jadi Tuan Putri ke sini bersama Tuan ini?" tanya Kaluna menatap Archer. Ia mencoba mencairkan suasana.
"Menurutnu siapa lagi?" ketus Archer.
"Tapi, bagaimana Tuan tau kerajaan Heligiom? Maksudku, orang kerajaan luar 'kan tak pernah tau letak Heligiom, bagaimana Tuan bisa tau lalu membawa Tuan Putri?" tanya Kaluna menyipit curiga.
"Karena aku berasal dari sini," jawab Archer dengan pandangan datar. Ia merasa kesal melihat Valerie yang tak mau lepas dari Vathur.
"Berasal dari sini? Setau saya, tak ada rakyat Heligiom yang bisa keluar. Jikalaupun ada, mereka tak akan bisa kembali dengan mudah. Bagaimana Tuan melakukannya?"
Archer berdecak. Gadis ini terlalu banyak bertanya. Ia memejamkan matanya, lalu dalam sekejap cahaya merah melingkupinya, merubahnya ke wujud asli. Kaluna dan Vathur membelakak kaget melihatnya. Kaluna lantas jatuh berlutut.
"Maafkan saya, Yang Mulia. Saya lancang! Saya pantas dihukum," ujar Kaluna dengan tubuh bergetar.
Tak butuh waktu lama baginya untuk mengenali putra mahkota negrinya ini.
Archer memutar bola mata jengah. Ia sudah tau akan seperti ini, makanya ia menyamar.
"Bangunlah, tak usah berlebihan seperti itu." Kaluna segera bangkit, ia menunduk takut, tak berani melihat wajah Archer.
"Yang Mulia? Bukannya Archer pengembara?" Atensi Archer kini mengarah pada Valerie. Ia tersenyum.
"Maaf saya sudah membohongimu, Putri. Tapi, saya melakukannya untuk melindungi keamanan kerajaan saya," jelasnya yang dibalas anggukan mengerti Valerie.
"Eh, tunggu! Jadi aku berada di Kerajaan Heligiom yang itu? Kerajaan tak terlihat?" Archer tersenyum misterius.
"Benar, Putri."
"Woah, pantas tempat ini berbeda. Ada banyak sihir di sini," ujar Valerie takjub. Ia mengingat-ingat atraksi sihir yang dilihat Ellent tadi.
"Kau menyukainya, Putri? Kau ingin tinggal di sini?" Mata Valerie seketika berbinar.
"Aku boleh tinggal di sini?!" Archer mengangguk. "Kalau begitu, aku ingin tinggal! Aku ingin tinggal bersama Kak Vathur!" Seketika senyum Archer runtuh. Bukan begitu maksudnya. Ck!
"Kita tak boleh tinggal di sini sekarang," ucap Vathur tiba-tiba sembari mengelus sayang rambut adiknya.
"Kenapa?" tanya Valerie dengan raut polos menggemaskannya.
"Karena Pangeran negri ini sudah ada di sini. Sepertinya dia sangat tau cara mengembalikan kita ke Elvathir." Vathur tersenyum aneh ke arah Archer, sementara Archer memicingkan mata, membalas tatapan Vathur.
"Aku tak ingin kembali. Aku ingin bersama kakak saja," lirih Valerie yang mendapat atensi semuanya.
Vathur mengecup puncuk kepala adiknya lembut. "Kau mengalami banyak masa sulit, ya?" Gadis itu mengangguk pelan. "Jangan khawatir, sekarang ada kakak bersamamu. Kau tak akan kesusahan lagi. Memangnya kau tak ingin bertemu ayah dan ibu lagi? Ibu kedua Calista? Ernest? Kau tak menyayangi mereka?"
Raut Valerie murung. Bibirnya mengarah ke bawah dengan sorot mata yang sendu. "Aku sayang mereka semua. Tapi ayah dan ibu membenciku, Kak Alrick juga tak pernah menyapaku. Aku juga sayang Clouwy."
"Clouwy?" beo Vathur.
"Clouwy anak ketiga Ibu Calista. Umurnya masih 4 tahun dan dia sangatlah lucu!" Valerie menjelaskan dengan antusias. Terbayang rupa Clouwy yang tertawa di kepalanya.
Vatjur tersenyum hangat. "Lihat, kau ingin meninggalkan mereka semua? Kau tak ingin melihat Clouwy lagi?" Valerie menggeleng.
"Kalau begitu ikut kakak pulang, ya? Kakak juga sangat merindukan Elvathir, di sini terlalu ajaib."
"Kuanggap itu pujian, Pangeran," sinis Archer yang ditanggapi kekehan Vathur.
"Memang pujian, Pangeran." Ia kembali menatap Valerie yang tengah bimbang. "Bagaimana?"
Valerie masih terdiam.
"Setuju saja, Valerie! Kau akan dianggap pahlawan jika kembali dengan membawa Vathur. Semua orang akan menghormatimu!" teriak Ellent dari dalam sana.
Dengan berat hati, Valerie mengangguk. "Tapi, kakak tak boleh meninggalkanku lagi setelah ini?"
"Iya, kakak janji." Senyuman yang begitu meneduhkan bagi Valerie.
Valerie berbalik menatap Archer. "Archer, tolong antarkan aku dan kakak pulang, ya?"
Pria itu tersenyum miring. "Putri, kau sekarang tau, 'kan kalau aku adalah pangeran negri ini? Kau masih mau menyuruhku?"
Valerie nampak berfikir sebentar lalu mengangguk. "Aku meminta tolong pada temanku. Boleh, 'kan?" Seketika Archer membeku. Pipinya merah tanpa diminta. Ia segera mengalihkan pandangannya.
"Baiklah, aku akan mengantar kalian." Vathur memicing curiga ke arah Archer. Ia merasakan gelagat aneh dari Archer terhadap adiknya. Mungkin, dia akan lebih mengawasi mereka nanti.
Kini tatapannya mengarah pada Kaluna yang menunduk. Gadis itu terlalu takut bersikap leluasa karena ada Archer di sini.
"Kaluna, ikutlah bersamaku." Gadis itu langsung mendongak.
"B-bagaimana mungkin? Rakyat Heligiom tak boleh meninggalkan kerajaan, Vathur." Vathur memasang raut memelas. Ia mencintai gadis ini, ia tak bisa meninggalkannya sendiri. Apalagi Vathur tau betul kalau Kaluna hidup sebatang kara karena orang tuanya telah meninggal.
"Kurasa ayah tak akan keberatan jika satu rakyatnya menghilang," ujar Archer santai. Ia cukup paham situasi mereka, dan dia bukan pangeran kejam yang bisa memisahkan 2 orang yang saling mencintai.
"Kaluna, ayolah," pinta Vathur ketika melihat gadis itu masih ragu.
"Maaf, tapi aku masih harus di sini. Aku harus mengurus kedai, dan kau masih harus mengurus permasalahan di kerajaanmu, 'kan?" Sejujurnya ia menolak karena merasa tak pantas lagi bagi Vathur.
Dulu ia membiarkan rasa cinta ini tumbuh begitu subur karena ia berpikir Vathur tak mungkin menjadi pangeran Elvathir lagi, namun kini? Pria itu bisa saja diangkat jadi putra mahkota lagi. Kaluna yang hanyalah rakyat biasa tak akan pantas.
"Pangeran, gadis ini benar juga. Akan timbul masalah besar di kerajaanmu karena kepulanganmu yang tak terduga ini. Apalagi Pangeran Alrcik baru saja diangkat menjadi Pangeran Mahkota," jelas Archer.
Vathur menggeleng. "Aku kembali hanya untuk pulang pada keluargaku, bukannya mengincar tahkta."
"Tetap saja kau tak bisa memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi, 'kan?" Vathur terdiam. Ia tak bisa mendebat perkataan Archer lagi.
"Kau bisa kembali dan membawa kekasihmu ini jika keadaan di Elvathir telah kondusif," saran Archer yang membuat pipi kedua orang itu memerah malu.
Valerie mengerjap polos. "Kakak dan kakak perempuan ini demam? Kenapa pipi kalian memerah?"
Saat itu juga, Vathur dan Kaluna berharap agar bisa menghilang. Sementara Archer terkekeh melihat betapa lugunya gadis yang ada di sampingnya itu.
Kau berubah-ubah, Putri. Aku sampai bingung, kau memiliki berapa banyak sisi yang berbeda?
Tbc.
//977//
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Different Souls[END]✔
Fantasy[ENDING] ●Budayakan follow sebelum membaca. ●Jangan lupa vote dan komen. *** [Belum revisi! Jadi, mohon maklum kalau penulisan ataupun alurnya acak adut. Sebenarnya ragu buat revisi juga sih, biar nanti ada pembanding karyaku yang dulu dan sekarang...