"Aku membawa kakak pulang," ucap Valerie tanpa mendongak.
"Valerie, Archer kalian---?" Vathur yang kebingungan melihat mereka yang berlutut, langsung terhuyung ketika mendapat serangan pelukan dari sang ayah. Tubuh Vathur membeku.
"Vathur anakku ...." Entah sejak kapan, tapi raja telah menangis. Terbukti dengan suara dan bahunya yang bergetar. Vathur membalas pelukannya.
"Iyaa, ini aku, Ayah. Aku kembali," balasnya dengan air mata yang sudah meluncur deras. Ia sangat merindukan panutannya ini.
Damian melepas pelukannya dan menatap wajah Vathur lekat-lekat. Mata yang sama, rambut yang sama, semuanya sama seperti Vathur kecilnya dulu. Vathurnya telah tumbuh dewasa dengan baik. Damian kembali memeluk Vathur erat. Mereka bahkan tak memusingkan kaki Ellent yang mulai pegal karena terus berlutut.
"Putri, kita bisa berdiri?" tanya Archer berbisik.
"Berdirilah jika ingin kepalamu ditebas," jawabnya langsung. Archer malah terkekeh membuat Ellent yakin kalau pria itu gila.
"T-tunggu dulu! Kak Vathur 'kan sudah meninggal sejak kita masih kecil, mana mungkin dia masih hidup sampai sekarang?" tanya Alrick tiba-tiba. Sepertinya ia sangat terkejut.
"Kakak tak pernah meninggal, dia hanya menghilang tapi kalian semua menganggapnya meninggal!" seru Ellent. Dia tak takut lagi sekarang, 'kan ada Vathur. Ia lantas berdiri sembari menarik tangan Archer untuk ikut berdiri.
"Tidak! Waktu itu ia jatuh ke jurang! Bagian pakaiannya di temukan di dekat jurang, dan ... kau melihatnya sendiri!" Alrick bersikeras.
Ellent memicingkan mata curiga. "Kenapa kau sangat bersikeras, Kak? Aku memang bersama kakak waktu itu, tapi akupun tak pernah melihatnya jatuh. Tak ada yang tau kejadian sebenarnya, apalagi kau. Jadi, kenapa kau seyakin itu kalau Kak Vathur tiada waktu itu?" Alrick terlihat gelagapan.
"A-aku hanya curiga! Bagaimana mungkin dia tiba-tiba kembali? Ke mana dia selama ini?"
"Hentikan!" Ruangan seketika hening. Mereka menatap Damian.
"Aku tak peduli apa yang terjadi dulu. Yang kutau, putraku Vathur telah kembali. Hanya keluarga kerajaan yang memiliki rambut pirang dan mata biru. Dan semua itu bisa terlihat jelas pada Vathurku." Damian memegang bahu putranya itu. Vathur tersenyum.
"Va-thur?" Calista menghampirinya. Ia kini sudah berada di samping Damian.
"Ibu kedua." Calista menutup mulutnya penuh haru, air mata sudah membasahi pipinya sekarang. Ia langsung memeluk Vathur penuh rindu.
"Putraku Vathur ... anakku ...." Ia terisak. Vathur sudah seperti putra kandungnya, dan kini putranya sudah kembali. Ia sangat bahagia.
Ernest pun mendekat, ia masih diam tak mengerti harus melakukan apa atau berkata apa. Dia bingung.
Vathur yang sudah melepas pelukan Calista kini memandang Ernest sambil tertawa kecil. "Si hijau kecil sudah besar sekarang?"
Tangis Ernest pecah. Ia langsung memeluk kakaknya itu. Benar! Dia sekarang sangat yakin kalau ini adalah Vathur! Hanya Vathur yang memanggilnya si hijau! Hanya Vathur!
"Kak, kau darimana saja? Kenapa baru kembali sekarang? Selama ini kau ke mana, Kak? Semuanya hancur semenjak kau pergi." Vathur terkekeh lucu melihatnya.
"Sstt, jangan menangis. Kau itu pria dewasa sekarang, kau tak malu dilihat Valerie?"
Bahkan Ellent pun terkejut melihatnya. Itu Ernest? Orang yang rela berkorban melawan cerberus dengan gagahnya, kini menangis layaknya anak kecil?
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Different Souls[END]✔
Fantasy[ENDING] ●Budayakan follow sebelum membaca. ●Jangan lupa vote dan komen. *** [Belum revisi! Jadi, mohon maklum kalau penulisan ataupun alurnya acak adut. Sebenarnya ragu buat revisi juga sih, biar nanti ada pembanding karyaku yang dulu dan sekarang...