"Huh, melelahkan." Ellent menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Ia baru selesai memilih pakaian, perhiasan, wewangian dan yang lainnya. Beberapa orang tadi dipanggil oleh Ratu Calista untuk menyiapkan semua keperluannya, dan sekarang baru selesai.
"Sejak dulu berbelanja itu memang melelahkan, tapi juga menyenangkan." Ellent bergumam. Tak lama kemudian Mirabella bersama beberapa pelayan lainnya memasuki kamar dengan membawa berbagai macam barang. Itu yang tadi dibelinya.
"Kalian atur saja semuanya ke dalam lemari putri," perintah Mirabella pada pelayan lainnya. Sebenarnya sekarang Mirabella sudah naik pangkat, jika sebelumnya ia hanyalah pelayan, sekarang ia telah menjadi dayang pribadi Valerie. Memang tak akan ada perubahan signifikan, tapi ia akan lebih dihormati di kalangan para pelayan. Pasti sudah banyak yang tau betapa pentingnya status di dunia ini, 'kan?
Sementara para pelayan disibukkan dengan tugas mereka, Ellent malah sedang asik berbincang dengan Valerie di dalam pikiran mereka.
Valerie, kau diasingkan karena dituduh membunuh kakakmu, 'kan?
"Iya, Nona utusan Dewi. Kejadian itu juga memang kesalahan---"
Aku tak minta penjelasan, jadi jawab seperlunya saja. Mengerti?
"Iya, Nona utusan Dewi."
Ellent membuang nafasnya kasar, bicara dengan Valerie memang membutuhkan tenaga ekstra.
Panggil saja aku Ellent.
"Baik, Nona Ellent."
Apa dulu keluargamu membencimu? Mereka berlaku kasar padamu? Memarahimu?
"Tidak, Nona Ellent. Mereka tak pernah memarahiku. Ibu Calista ... ia bahkan menangis paling kencang saat aku pergi."
Ellent berpikir sejenak. Artinya mereka tidak benar-benar menuduh Valerie. Sebenarnya, apa alasan mereka mengasingkan Valerie dulu? Ellent yakin ada yang aneh di sini.
Tok!
Tok!
Tok!Ketukan pintu berhasil mengalihkan atensi Ellent. Mirabella pergi membukanya dan muncullah Ernest yang datang membawa senyuman manis mempesona.
Ellent beranjak duduk di pinggiran tempat tidur saat Ernest sudah ada di depannya.
"Hay, Erry bagaimana kabarmu?" Ellent menyerngitkan keningnya.
Erry?
"Kak Ernest memang memanggilku Erry dulu, katanya itu panggilan spesial untukku. Kak Ernest baik, 'kan?" Nampaknya Valerie bahagia di dalam sana, berarti Ernest dan dirinya memang memiliki hubungan baik.
Bagus, Ellent punya sasaran baru lagi.
Ellent berdiri lalu membungkuk hormat, tata krama dasar para bangsawan. "Salam kepada Pangeran Ernest." Ernest yang mendapat serangan dadakan langsung gelagapan. Ia tersenyum kaku.
"K-kau tak perlu begitu, Erry. Kita itu keluarga, tak perlu seformal itu."
"Kehormatan bagiku karena pangeran masih sudi menganggapku keluarga."
Dada Ernest berdenyut nyeri mendengarnya.
Bagus, Erry. Kau berhasil memupuk rasa bersalahku.
"Erry ...." Ernest melirih. Tanpa disadarinya, senyuman sinis terbit di bibir Ellent. Ternyata memainkan emosi orang itu menyenangkan, pikir Ellent.
"Ada keperluan apa pangeran datang ke sini?" tanya Ellent mengalihkan pembicaraan. Tidak, sebenarnya sih dia hanya ingin Ernest cepat menyelesaikan keperluannya lalu pergi. Ellent ingin istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Different Souls[END]✔
Fantasia[ENDING] ●Budayakan follow sebelum membaca. ●Jangan lupa vote dan komen. *** [Belum revisi! Jadi, mohon maklum kalau penulisan ataupun alurnya acak adut. Sebenarnya ragu buat revisi juga sih, biar nanti ada pembanding karyaku yang dulu dan sekarang...