GENAYA MARTIN, gadis cantik berseragam abu-abu itu kini sedang berdiri memperhatikan gedung tinggi sekolahnya. Rambut sepunggung dengan ujung yang bergelombang tampak bergerak diterpa angin. Seulas senyuman manis dibibir nya pun terukir menambah kecantikan diwajah nya.
Dalam beberapa detik, Naya tersentak ketika sebuah tangan merangkul bahunya. Bola mata coklat terang milik Naya tertuju pada sebuah jam tangan yang melingkar dipergelangan sang empu. Jelas Naya mengenalinya.
"bisa ga sih gausa ngagetin!" Naya memajukan bibirnya sambil menatap lelaki jangkung yang diberdiri disamping nya dengan kesal.
Genta terkekeh kemudian melepaskan rangkulannya dari bahu Naya. Dengan usil lelaki itu menarik hidung mancung Naya, hingga membuat sang empunya tak segan memukul tangannya.
"usil banget." kata Naya lalu mencubit pinggang Genta.
Bukannya marah, Genta malah tertawa.
"dianterin bokap?" tanya Genta.
Naya mengangguk.
"oh iya wait." Genta kemudian mengambil sesuatu didalam ransel nya. Sebuah kotak makan berwarna merah Genta sodorkan kepada Naya.
"ambil." Lanjut Genta.
Sontak senyuman Naya mengembang dan segera menerima kotak makan tersebut dari Genta.
"makasih Genta, nanti gue makan." kata Naya dengan senyuman dibibirnya.
"heh, siapa bilang itu buat lo?" Genta lantas mendorong kening Naya karena gemas.
"terus?"
"buat temen lo, si Ocha." kata Genta sambil menaik-turunkan alisnya.
Naya mendadak diam. Senyumnya pudar. Bahunya tiba-tiba saja turun kebawah. Naya jelas saja kecewa.
Untuk Ocha katanya?
"Nay? Ngapain bengong?" tanya Genta sambil melambaikan tangannya didepan wajah Naya. Naya tersadar lalu kembali tersenyum kepada Genta.
"nanti gue kasih ke Ocha ya." kata Naya.
"salamin juga ya Nay."
"iya."
"makasih yaaaa Naya cantik." Genta tersenyum lalu mencubit gemas kedua pipi Naya.
"Genta ih sakit!" kata Naya, melepas paksa tangan Genta dari kedua pipinya.
"yuk ke kelas." ajak Genta. Kebetulan kelas Naya dan Genta bersebelahan, keduanya sering ke kelas bareng.
"duluan sana, gue mau ke koperasi beli pulpen."
"yauda gue duluan ya." Genta mengacak rambut Naya sebelum pergi meninggalkan gadis itu.
Naya sempat mengumpat lalu merapikan rambutnya yang berantakan karena Genta. Menghela nafas sejenak, Naya lantas berjalan menyusuri koridor sekolahnya yang ramai. Tujuannya adalah satu, yaitu pergi ke koperasi sekolah.
Naya sesekali membalas sapaan siswa-siswi yang menyapa nya dikoridor, sampai dirinya tidak menyadari bahwa ikatan tali sepatunya terlepas.
Naya hampir saja terjatuh akibat tali sepatunya sendiri, jika saja seseorang tidak menangkap tubuhnya.
"kalo jalan liat-liat ke bawah, jangan cengar-cengir ke semua orang." Kata Gema lalu menjauhkan tangannya yang sedang menahan tubuh Naya.
"kalo nolongin yang ikhlas, jangan ngomel." Naya mencibir sambil menatap Gema kesal.
Memang Gema dan Genta tidak ada bedanya. Kedua sepupu ini selalu menyebalkan.
"gue ikhlas Bambang." kata Gema sambil menyentil kening Naya gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENAYA STORY
Teen FictionMENGANDUNG KATA-KATA KASAR☑️ DI JAMIN BAPER☑️ Pernah mengalami lelaki yang kalian suka, menyukai teman kalian sendiri? Bagaimana rasanya? Sakit? Sesak? Tidak percaya? Ini yang tengah dirasakan oleh gadis bernama lengkap Genaya Martin. Bertahun-tahun...