part 2

342 28 3
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak dua menit yang lalu. Terlihat dua gadis kini tengah sibuk memasukkan alat tulisnya kedalam tas. Naya yang sudah selesai lebih dulu pun menunggu Ocha yang masih sibuk.

"Ayo Nay." Ucap Ocha yang dibalas anggukan kepala oleh Naya. Keduanya bergegas dari kelas dengan ransel yang sudah menyampir dibahu masing-masing.

Naya dan Ocha terkejut saat mendapati seorang lelaki jangkung sedang berdiri disamping pintu sambil menyunggingkan senyumnya yang tengil. Naya hanya geleng-geleng kepala melihatnya, sementara Ocha menunduk malu-malu.

Ya, siapa lagi kalau bukan Genta?

"Pulang bareng gue yuk Cha." Ucap Genta.

"Cha, diajak ngomong tuh." Ucap Naya yang melihat Ocha masih menunduk.

Pelan-pelan Ocha mengangkat kepalanya menatap Naya. Ocha seperti sedang meminta izin kepada gadis itu.

Naya mengangguk sambil mengulas senyumnya, "Gapapa, sana."

"Tapi lo pulang sama siapa?" tanya Ocha.

"GEMA!" Genta tiba-tiba berteriak ketika melihat sepupunya sedang berjalan sendirian dikoridor. Genta melambaikan tangannya kepada Gema dan dari kejauhan Gema terlihat menghampiri nya.

"Apaan?" Tanya Gema.

"Naya balik bareng lo ya? Gue mau balik bareng Ocha." Ucap Genta sambil nyengir lebar.

Gema melirik Naya sejenak lalu hanya mengangguk.

"Eh gausah Gem makasih, nanti gue naik taksi aja." Ucap Naya.

"Ini udah sore Nay, cuaca juga mendung. Mending sama Gema aman." Ucap Genta.

Ck, gausah sok perhatian. Batin Naya.

"Iya Nay, gue ga tenang kalo lo naik taksi sendirian." timpal Ocha.

"Gausah lebay Ocha marica.." Ucap Naya sambil mencubit kedua pipi sahabatnya itu dengan gemas. Ocha cemberut sambil mengusap pipinya. Namun, terlihat menggemaskan di mata Genta.

"Gue titip Naya Gem, anterin dia sampe rumahnya ya. Gue duluan sama Ocha." Tanpa babibu Genta menarik tangan Ocha meninggalkan Naya dan Gema berdua.

"Jadi balik bareng gue ga?" Tanya Gema.

"Gue naik taksi aja Gem. Duluan ya bye!!" Setelah itu Naya berlari meninggalkan Gema seorang diri. Ternyata gadis itu tetap kekeuh menolaknya.

Gema menggelengkan kepalanya memperhatian punggung Naya yang semakin menjauh. Tanpa pikir panjang ia bergegas ke parkiran.

•••••

Naya memperhatikan rintik air hujan yang turun mengenai kaca mobil. Jalanan terlihat sepi tidak seperti biasanya. Kendaraan yang melintas pun hanya beberapa saja.

Dalam beberapa detik, kening Naya tiba-tiba menyergit ketika taksi yang ditumpanginya berbelok ke tempat yang sangat sepi. Seperti hutan?

Perasaan Naya mendadak tidak enak mengalami kejanggalan ini.

"Pak, kok belok nya kesini?"

Sang sopir tersenyum miring mendengar pertanyaan dari penumpangnya.

"Neng hangatin bapak dulu ya sebentar."

Naya spontan membelalakkan matanya. Brengsek! Sudah tua tapi kelakuan seperti itu.

"Jangan macem-macem pak! Turunin saya!"

GENAYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang