part 16

175 16 2
                                    

"Dahh pah...." Naya melambaikan tangannya kepada mobil sang papa yang baru saja melaju meninggalkannya.

Naya segera memasuki gerbang sekolahnya. Ia berjalan riang menyusuri koridor yang sudah tampak ramai. Namun, mendadak Naya merasa risih akan tatapan siswa-siswi yang ditemuinya dikoridor. Semuanya berbisik sambil melempar tatapan sinis kepada Naya.

Mereka kenapa sih? Ada yang aneh ya sama gue? Batin Naya sambil memperhatikan penampilannya sendiri.

Tidak ada yang aneh. Sama seperti biasanya. Pikir Naya.

"NAYA!"

Naya sontak mengalihkan pandangannya ketika mendengar teriakan Ocha yang memanggil nama nya. Ternyata Ocha tidak datang sendiri, melainkan bersama Genta, Agam, dan juga Dava. Gema dimana? Naya juga tidak tahu. Mungkin belum datang.

"Kenapa sih Cha?" tanya Naya bingung.

"Ayo ikut ke mading." Ocha menarik tangan Naya menuju mading.

Naya bingung ketika melihat mading yang ramai dipadati oleh beberapa siswa-siswi.

Ada apa? Kenapa Ocha membawanya kesini? Pikir Naya bingung.

"Cha, kenapa sih?" Tanya Naya.

Semua orang yang memadati mading sontak menengok ke belakang ketika mendengar suara Naya.

"Oh ini yang semalem beli test pack? Ga nyangka ya."

Naya membelalakkan matanya mendengar celetukan dari salah satu siswi itu. Ia lantas maju ke depan untuk melihat mading. Betapa terkejut nya Naya ketika menemukan fotonya terpajang disana tengah menerima bungkus test pack dari pelayan apotik.

Naya melepas paksa foto itu lalu memperhatikan orang disekelilingnya dengan tatapan tajam.

"Siapa yang nempelin foto ini?!"

Semua nya diam tidak ada yang menjawab.

"Gue tanya, siapa yang nempelin foto ini?!"

Tatapan Naya tanpa sengaja bertemu dengan manik mata seorang perempuan yang berdiri disamping mading. Sepertinya Naya mengenali perempuan ini. Ya, perempuan yang semalam Naya temui di apotik.

"Pasti elo kan yang ngefoto gue terus nempelin foto ini?" Tanya Naya to the point.

"Kalo iya?" Tanya gadis itu menantang, "ga nyangka ya muka sepolos lo hamil duluan." Ucap gadis itu sambil tertawa remeh.

Naya membelalakkan matanya. Sial. Perempuan ini tidak tau kejadian yang sebenarnya, tapi malah berani memfitnahnya.

"Lo tau apa tentang hidup gue hah? Lo emak gue? Lo keluarga gue?" tanya Naya tampak marah.

"Terus yang semalem lo beli test pack? Itu buat lo ngecek kan?"

"Anjir serius Naya begitu?"

"Cih , sok polos gamau ngaku."

"Gilak ga nyangka Naya kek gitu."

Celetukan beberapa siswi-siswi membuat telinga Naya panas. Naya mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"DIEM!" bentak Naya marah.

"Lo semua denger ya, terutama elo." Tunjuk Naya kepada gadis itu, "Kalian semua gatau apa-apa soal gue. Jangan asal ngejudge dan nuduh orang sembarangan. Dan asal kalian semua tau, gue beli test pack itu untuk kakak sepupu gue, bukan untuk gue. Paham?"

"Gue gak semurahan itu, asal lo tau." Ucap Naya lalu pergi meninggalkan mading, diikuti oleh teman-temannya.

Gadis yang menyebarkan foto Naya itu diam tak berkutik. Ia merasa malu sendiri setelah mendengar penjelasan Naya. Semua orang mulai menyorakinya. Lah, padahal tadi mereka ikut ngejudge Naya.

Di lain tempat tepatnya dikelas, Naya terlihat masih menahan kekesalannya.

"Ngeselin banget emang tuh cewe." Ucap Ocha sambil mengusap lengan Naya.

"Emang rese Cha, bisa-bisanya tuh cewek asal jeplak kalo gue hamil duluan. Udah tau gue beli test pack buat kak Maudy."

"Uda Nay tarik nafas dulu biar lo tenang. Kalo marah-marah, nanti sahabat gue yang satu ini ga cantik lagi." Goda Ocha sambil mencolek dagu Naya.

"Cha..." rengek Naya, membuat Ocha terkekeh melihatnya.

•••••

Naya dan teman-temannya sedang berjalan menyusuri koridor hendak menuju ke kantin. Bel istirahat kebetulan sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu.

"Katanya lo berantem didepan mading?" Tanya Gema sambil melirik Naya yang berjalan disampingnya.

Naya mengangguk, "Gimana ga berantem, gue dituduh hamil duluan gara-gara gue beliin kak Maudy test pack."

Gema terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Ada-ada saja.

"Gue ke toilet dulu ya, kalian duluan aja ke kantin." Ucap Gema kepada teman-temannya.

Mereka semua mengangguk, kemudian Gema membelokkan langkahnya berjalan menuju toilet. Sesampai di kantin, Naya mengatakan pada Genta bahwa biar dirinya saja yang memesan makanan.

"emm Gen, gue aja yang pesenin." Ucap Naya.

"Sama gue." Sahut Agam bersemangat.

"Modus lo." Semprot Dava.

"Iri ae lo." Ucap Agam tak mau kalah.

"Yauda Nay, kayak biasa ya." Ucap Genta.

"Siap." Naya mengacungkan kedua ibu jarinya lalu berjalan dengan Agam yang mengekor di belakangnya.

Di lain tempat, Gema baru saja selesai buang air kecil. Gema membenarkan rambutnya sejenak didepan kaca wastafel. Setelah itu ia keluar dari toilet, berjalan santai menyusuri koridor dengan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.

Gema melangkahkan kakinya memasuki kantin. Namun, langkahnya mendadak terhenti ketika tanpa sengaja matanya menemukan Naya dan Agam yang masing-masing membawa sebuah nampan. Pandangan Gema kemudian beralih pada tali sepatu Naya yang terlepas. Perasaan Gema mendadak jadi tak enak. Ia yakin sebentar lagi akan terjadi sesuatu pada gadis itu.

Dalam hitungan detik, apa yang Gema fikirkan akhirnya terjadi. Gema spontan berlari dan dengan sigap menangkap tubuh Naya yang hampir saja terjatuh akibat menginjak tali sepatunya sendiri. Nampan berisi beberapa cup minuman itu melayang dan jatuh ke lantai. Namun, beruntung tidak mengenai siapa-siapa.

Tangan Naya masih memeluk leher Gema dengan erat, sedangkan Gema menahan pinggang Naya supaya tidak terjatuh.

Bola mata berwarna coklat terang milik Naya bertemu dengan bola mata abu-abu milik Gema. Naya menelan salivanya mengingat jarak antara wajahnya dan wajah Gema cukup dekat. Bahkan, Naya bisa merasakan hembusan nafas yang terhembus dari hidung mancung Gema.

"Ceroboh." Ucap Gema sambil membantu Naya berdiri.

Gema lantas berjongkok di hadapan Naya kemudian mengikatkan tali sepatu milik gadis itu. Naya mengedarkan pandangannya ke sekitar, dan ternyata ia sudah menjadi pusat perhatian penghuni kantin.

"Lain kali kalo jalan sesekali liat ke bawah." Gema menyentil kening Naya, membuat sang empunya memanyunkan bibirnya.

"Berasa liat adegan drakor gue." Celetuk Agam sambil geleng-geleng kepala.

"sana lo ke meja duluan sama Agam, gue mau minta tolong ke ibu nya untuk bersihin ini sekalian gue pesenin lagi minumannya." Ucap Gema.

"Ayo Nay." kata Agam.

Naya mengangguk. Ia melihat Gema sejenak sebelum mengikuti langkah Agam menghampiri teman-teman nya yang sejak tadi sudah menunggu di meja.

"Cie yang abis peluk-pelukan." Goda Ocha begitu Naya duduk dihadapannya.

"apaan sih Cha."

"Si Gema gercep juga ya." Sahut Dava.

"Hooh." Genta mengangguk menyetujui ucapan Dava.

•••••
TO BE CONTINUED

GENAYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang