Seorang gadis berseragam SMA sedang berdiri diatas balkon kamar nya seraya memejamkan matanya menikmati udara pagi yang sejuk. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman, serta tangannya ia rentangkan membuat semilir angin yang terhembus itu ikut menerbangkan helaian-helaian rambut panjangnya yang tergerai.
Dalam beberapa saat, gadis itu membuka matanya saat merasakan tangan seseorang menyentuh bahunya. Ia sontak tersenyum manis kepada sang mama yang kini berdiri disampingnya.
"ayo ke bawah sayang, papa udah nunggu." Kata wanita paruh baya itu sambil membenarkan rambut putrinya kebelakang.
Naya lantas mengangguk, mengajak sang mama kedalam kamar untuk mengambil ranselnya terlebih dahulu sebelum turun ke bawah menemui papa nya.
Sesampai didepan teras, Naya menemukan sang papa yang sedang duduk dikursi teras sambil membaca koran. Martin sendiri yang menyadari kehadiran putri dan istrinya lantas menyimpan koran itu lalu beranjak menghampiri Naya dan Aretha.
"anak papa udah siap ke sekolah?" tanya Martin tersenyum.
Naya mengangguk sambil mengulas senyumnya. Gadis itu mencium punggung tangan sang mama, dan tak lupa memberikan satu kecupan manis pada pipinya.
Aretha pun begitu pada suaminya, Martin. Ia mencium punggung tangan Martin, dilanjut dengan Martin yang mengecup kening Aretha sambil memeluknya.
Naya tersenyum memperhatikan mama dan papanya. Melihat pemandangan ini membuat hati Naya tenang dan damai. Kadang ia suka membayangkan jika suatu saat dirinya sudah menikah, dan suaminya akan memperlakukannya seperti papa nya memperlakukan sang mama.
Papa nya memang selalu romantis dan bersikap manis. Makanya Naya sangat bersyukur sekali karena selama ia tinggal disini, hampir tak pernah Naya mendengar kedua orangtua nya bertengkar.
Naya salut pada mama dan papa nya karena bisa menyembunyikan sekaligus menyelesaikan masalah tanpa sepengetahuan dirinya, dan tanpa mengumbarnya kemana-mana.
"ayo sayang berangkat." kata Martin kepada Naya.
"kalian hati-hati ya." kata Aretha, yang kemudian diangguki oleh Martin dan Naya.
Martin merangkul bahu Naya, berjalan bersama-sama menuju mobilnya.
Aretha melambaikan tangannya ketika suami dan putrinya masuk kedalam mobil.
"dah mah.." Naya juga melambaikan tangannya, lalu sang papa melajukan mobilnya perlahan-lahan.
••••••
Gema berjalan menyusuri koridor sekolahnya sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. Ia refleks menengok ke samping ketika seseorang menepuk bahunya.
"kenapa muka lo?" Gema memperhatikan wajah Dava yang tampak berseri-seri.
"kenapa emang?" Dava balik tanya sambil meraba-raba pipi nya sendiri.
"lagi kasmaran Gem, semalem abis ketemu mantannya." celetuk Agam.
"oh gitu. Roman-romannya sih kayaknya bakal balikan ya." kata Gema menggoda Dava.
"gatau deh." kekeh Agam.
"apaan sih lo berdua." kata Dava malu.
Gema dan Agam bersamaan menggelengkan kepalanya melihat wajah Dava yang memerah.
Di lain tempat, Naya juga sedang berjalan menyusuri koridor sekolah seorang diri. Tanpa sengaja matanya melihat punggung Gema, Dava, dan juga Agam.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENAYA STORY
Teen FictionMENGANDUNG KATA-KATA KASAR☑️ DI JAMIN BAPER☑️ Pernah mengalami lelaki yang kalian suka, menyukai teman kalian sendiri? Bagaimana rasanya? Sakit? Sesak? Tidak percaya? Ini yang tengah dirasakan oleh gadis bernama lengkap Genaya Martin. Bertahun-tahun...