part 4

260 18 2
                                    

Dibawah teriknya matahari, upacara kini tengah berlangsung. Seluruh siswa bahkan sudah mengeluh sejak dimulainya upacara tadi. Ada yang sengaja melepas topi nya untuk mengipasi wajah mereka, bahkan para ciwi-ciwi sengaja membawa tisu dari rumah untuk persediaan mengusap keringat.

"Aduh.. panas banget Nay." Bisik Ocha kepada Naya. Ocha mengipasi wajah nya sendiri dengan kedua tangan nya.

"Banget, kapan selesai nya sih." gerutu Naya.

Naya paling tidak suka dengan barisan nya saat ini. Bayangkan saja, sejak tadi Naya mati-matian berusaha menahan silau nya matahari yang menyorot dari samping.

Sudah silau, ditambah panas pula. Dah lah lengkap.

Tahan Nay, nanti abis ini lo beli pop ice di kantin. Batin Naya sambil memejamkan mata, membayangkan pop ice yang dingin nan segar itu menyentuh kerongkongan nya.

Begitu Naya membuka mata, ia terkejut mendapati lelaki bertubuh tinggi sudah berdiri disisi kanan nya, menghalau cahaya matahari yang sejak tadi mengenai wajah Naya.

"Gema." gumam Naya memperhatikan wajah lelaki itu dari samping.

"sttt Gem, lo ngapain?" Tanya Naya berbisik.

"Baris." jawab Gema santai.

"Gue juga tau, kalo berak bukan disini." Naya lantas memutar bola matanya malas, "Btw, mata lo kenapa? Kok merah gitu?" Tanya Naya sambil memperhatikan mata Gema yang memerah.

"Gapapa, uda diem perhatiin kedepan."

"Lo pindah sana, ini kan barisan cewek. Lo cowok sendiri tuh, tinggi sendiri lagi."

"Berisik. Diem." kata Gema.

Naya kemudian melihat sekitar. Ketika dirinya menengok ke belakang, ia menelan salivanya ketika melihat bu Fina yang notabe nya adalah guru BP sedang berjalan menghampiri Gema sambil menyimpan tangannya di belakang.

Lihatlah, sebentar lagi bu Fina pasti akan menegur Gema.

"Gema, ngapain kamu baris disitu? Pindah."

Nah Kan. Bu Fina secara tegas menegur Gema. Pandangan beberapa siswa bahkan sekarang sudah tertuju kepada Gema dan bu Fina.

"Naya pusing katanya bu." Ucap Gema sambil melirik Naya.

Naya sontak membelalakkan matanya mendengar perkataan Gema.

"Benar Naya? Ke belakang saja jika pusing." kata bu Fina.

"Ngga bu, Gema bohong."

"Sudah sana kamu kembali ke barisan kamu." Kata bu Fina. Gema melirik Naya sejenak, ia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya lalu memberikannya pada Naya sebelum ia bergegas keluar dari barisan.

"Kalau kamu pusing ke belakang saja, ada anak PMR disana." kata bu Fina kepada Naya.

"Iya bu." Jawab Naya. Setelah itu bu Fina pergi ke belakang.

"Nay." Panggil Ocha sambil menyenggol lengan Naya membuat sang empunya menoleh. Naya mengangkat alisnya seolah bertanya 'kenapa?'

"Cie.." Ocha menggoda Naya sambil melirik sapu tangan milik Gema yang ada ditangan Naya. Naya hanya menggelengkan kepalanya tidak peduli.

"Lo tau ga maksudnya Gema ngomong kayak gitu?"

Naya menggeleng.

"Biar lo ga kepanasan. Kan kalo di UKS enak, adem ada AC." kata Ocha terkekeh geli.

Naya sontak menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Ocha, "ngada-ngada lo Cha."

"Ih Naya-"

"Ocha, Naya, kalau mau mengobrol dibelakang!" tegur bu Fina yang ternyata ada dibelakang mereka berdua.

GENAYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang