Pagi ini hujan turun deras mengguyur ibu kota. Kendaraan yang berlalu lalang melaju dengan kecepatan sedang di karenakan jalanan yang licin. Di tambah lagi, angin yang berhembus lumayan kencang membuat para pengemudi harus lebih berhati-hati.
Di dalam mobil sport merah tersebut suasana nya tampak hening, yang terdengar hanya suara rintik hujan dari luar. Kedua nya larut dalam pikirannya masing-masing.
"gimana semalem? Seneng di apelin sama Gema?" Suara Billy terdengar menggoda Naya.
"apaan, orang semalem Gema cuma nengokin gue."
"masa?" Tanya Billy sambil menaik-turunkan alisnya.
"berisik lo." kata Naya.
Naya mendengus kesal. Jika saja tante nya tidak memaksanya supaya pergi sekolah diantar Billy, pasti ia akan berangkat mengendarai mobilnya sendiri dan tidak akan satu mobil dengan cowok nyebelin ini.
"berhenti disini aja gapapa? Lo pake payung ke dalem." Kata Billy setelah menepikan mobilnya didepan gerbang sekolah Naya.
"iya gapapa kok." jawab Naya.
Billy merogoh ke jok belakang guna mengambil satu payungnya kemudian memberikannya kepada Naya.
"nih, hati-hati." kata Billy.
"iya, makasih ya Bil."
Billy mengangguk sambil tersenyum, "iya santai, pulang sekolah mau gue jemput?"
"gimana nanti aja. Lo hati-hati ya bawa mobilnya." Kata Naya sambil keluar dari mobil Billy dengan mengenakan payung yang diberikan lelaki itu.
Billy mengacungkan jempolnya lalu melajukan mobilnya meninggalkan sekolah Naya. Sementara Naya melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolahnya.
Naya berjalan pelan-pelan supaya seragam nya tidak terkena cipratan air hujan tersebut. Namun, sial nya malah ada sebuah motor yang lewat dan melaju cepat sehingga sepatu serta seragam Naya terkena cipratan air hujan yang kotor.
"WOY! SIALAN LO!" Teriak Naya kesal. Namun, sepertinya pengendara itu tidak memperdulikan Naya.
Naya buru-buru menepi di koridor. Gadis itu menutup payungnya kemudian menaruhnya didekat dinding.
Naya melihat seragam serta sepatu nya sendiri dengan tatapan menyedihkan sekaligus dongkol. Sialan! Batin Naya.
Gadis itu kemudian memindahkan ranselnya ke depan guna mengambil sweater nya. Namun, sial nya lagi ternyata ia lupa membawa sweater.
"yaampun, sial banget sih pagi ini." gumam Naya mendengus kesal.
Beberapa saat kemudian, Naya mendadak terdiam memperhatikan sweater hitam yang sodorkan kepadanya. Pelan-pelan kepala nya terangkat guna melihat sang pemilik sweater itu.
"Gema." Gumam Naya sambil memperhatikan wajah Gema.
"ambil." kata Gema.
Melihat Naya yang tak kunjung mengambil sweater nya, akhirnya Gema turun tangan memakaikan sweater itu ditubuh Naya.
Naya hanya diam memperhatikan Gema yang tengah tersenyum padanya. Aroma parfum lelaki itu terasa menyengat mengingat jarak antara keduanya yang terbilang cukup dekat.
Gema tiba-tiba berjongkok di depan Naya sambil mengeluarkan sesuatu dari saku celana abu-abu nya. Gema mengeluarkan tisu basah tersebut dari bungkusnya kemudian mengelap sepatu Naya yang kotor.
Naya sempat ingin menarik kakinya, namun Gema malah menahannya.
"Gem udah, gapapa." Kata Naya sambil memegang bahu Gema. Tatapan beberapa siswa dan siswi yang melewati mereka berdua membuat Naya risih sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
GENAYA STORY
Teen FictionMENGANDUNG KATA-KATA KASAR☑️ DI JAMIN BAPER☑️ Pernah mengalami lelaki yang kalian suka, menyukai teman kalian sendiri? Bagaimana rasanya? Sakit? Sesak? Tidak percaya? Ini yang tengah dirasakan oleh gadis bernama lengkap Genaya Martin. Bertahun-tahun...