"Ya ampun Nay sumpah gue minta maaf ya ga sempet nerima telfon dari lo, gue masih dimotor nya Genta. Abisan Genta bawa motornya ngebut banget karena gerimis, handphone gue juga ada di tas jadi ga kedenger." Jelas Ocha sambil menatap Naya dengan rasa bersalah. Naya memang baru saja menceritakan kejadian kemarin kepada Ocha.
"Gapapa kok Cha, untung ada Gema yang nolongin kemarin."
"Beneran? Lo ga marah kan?" Tanya Ocha, memegang punggung tangan Naya.
Naya lantas terkekeh mendengar pertanyaan Ocha. Kenapa Naya harus marah?
"Marah kenapa sih Cha? Ya ngga lah."
"Tapi gue kesel deh sama bapak bapak itu, uda tua ga inget umur! Mesum!" Ucap Ocha terlihat kesal.
"Tapi kalo kemarin lo balik sama Gema pasti aman Nay." Lanjut Ocha.
"Gue ga enak Cha, rumah Gema sama rumah gue kan lumayan jauh." Ucap Naya.
"Tapi kan Gema nya mau."
"Udah lah gausah bahas itu. Lo tunggu sini sebentar ya, gue mau ke kelas nya Gema ngasiin hoodie dia."
"Oke, jangan lama-lama ya."
"Iya." Naya mengambil hoodie milik Gema dari dalam tas nya. Setelah itu Naya beranjak keluar kelas untuk menghampiri kelas Gema di sebelah.
"Raf, panggilin Gema dong." kata Naya kepada salah satu siswa kelas sebelah yang bernama Rafa.
"Masuk aja sih Nay, Gema ada di meja belakang lagi mabar." kata Rafa.
"ga enak Raf, panggilin aja."
"oke, wait." Setelah itu Rafa masuk ke kelas memanggil Gema. Tapi yang keluar bukannya Gema, malah si cunguk Genta.
"Nay." sapa Genta.
"Gema mana Gen?" tanya Naya to the point.
"Lagi mabar, katanya tanggung." jawab Genta, sedangkan Naya hanya ber-oh riah.
"yaudah nih gue titip hoodie nya Gema, tolong kasihin ya, dan bilang makasih." Naya memberikan hoodie itu kepada Genta, dan Genta menerima nya.
"Lo gapapa kan Nay?" tanya Genta.
"Gapapa apanya?"
Genta menghela nafas sejenak sambil menyandarkan punggungnya pada dinding, "Seharusnya lo ga nolak Gema untuk pulang bareng dia, lo liat kan lo hampir aja diapa-apain sama sopir taksi itu." kata Genta.
"Lo tau dari mana?" Naya menyergitkan dahinya.
"Gema lah siapa lagi, semalem gue sama yang lain kumpul dirumah dia."
Dasar tukang ngadu, batin Naya.
"Tapi lo beneran gapapa kan Nay?" lanjut Genta.
"gapapa Gen. Yauda gue ke kelas ya, bentar lagi bel masuk."
"Iya, semangat belajar Genaya Martin.." Genta tersenyum sambil mengacak rambut Naya dengan gemas.
"Genta ih kebiasaan!" Naya mencebikkan bibirnya kesal. Ia mencoba membalas perlakuan Genta dengan mengacak balik rambut lelaki itu, namun usahanya sia-sia karena Genta jauh lebih tinggi darinya.
"Makanya tinggi." cibir Genta meledek Naya lalu mencubit kedua pipi Naya.
"Nyebelin lo!" kata Naya lalu pergi dari hadapan Genta. Genta menggelengkan kepalanya menatap punggung Naya yang menjauh.
•••••
Naya dan Ocha sedang berjalan ditepi lapangan sambil sesekali melihat siswa-siswi yang sedang berolahraga. Mereka berdua baru saja dari ruangan bu Sarah mengantarkan buku tugas, dan sekarang niatnya mereka akan pergi ke kantin.

KAMU SEDANG MEMBACA
GENAYA STORY
JugendliteraturMENGANDUNG KATA-KATA KASAR☑️ DI JAMIN BAPER☑️ Pernah mengalami lelaki yang kalian suka, menyukai teman kalian sendiri? Bagaimana rasanya? Sakit? Sesak? Tidak percaya? Ini yang tengah dirasakan oleh gadis bernama lengkap Genaya Martin. Bertahun-tahun...