Pembicaraan malam itu cukup banyak menyadarkan Giselle, ia mencoba untuk bisa membalas perasaan El. Ia akan paksa dirinya sendiri, karena El sudah banyak mengorbankan banyak hal untuk dirinya.
"Bun" panggil Jaziel
"Kenapa?" Jawab Giselle yang masih fokus dengan pekerjaannya.
"Masa kemarin teman aku bilang Bunda pacar aku waktu kita jalan ke Mall cari hadiah untuk Ayah" ucap Jaziel
Giselle menaikkan alisnya, "Gak usah muji gitu, kamu mau apaan memangnya?"
"Lah aku serius Bun, sampe ditanya kalau Bunda kakak aku minta dikenalin"
"Zi, Bunda tau ya kamu ngomong gitu pasti ada maunya"
"Aku benaran Bun. Tapi kalau Bunda ngomong gitu, aku jadi kepikiran minta sesuatu" ucap Jaziel
Giselle pernah bilang kalau Jaziel adalah 100% versi terbaru Naresh. Dari fisik hingga kepribadian mereka sama.
"Mau apa?"
"Aku mau adik"
Pergerakan tangan Giselle terhenti dan mengerjapkan matanya berkali-kali, "Kenapa tiba-tiba permintaannya begitu?"
"Ya memang ada yang salah sama permintaan aku. Kan Ayah sama Bunda tinggal buat"
"Kalau itu-"
"Bunda gak mau?"
"Bukan itu"
Jaziel berpindah yang tadinya duduk bersebrangan dengan Giselle kini berada tepat disamping Giselle. Anak itu terlihat serius menatapnya.
"Bun, Bunda harus sadar" ucap Jaziel
"Ha?"
Jaziel meletakan tangannya dipundak Giselle dan menatapnya serius, "Bunda harus sadar dengan kenyataan Bun jangan terperangkap dengan hal yang gak pasti"
"Jaziel maksud kamu gimana"
Jaziel meremas bahu Giselle, "Bunda harus cepat sadar" ucap Jaziel
Seketika kepala Giselle pusing, ia memejamkan matanya. Namun seperkian detik kemudian ia langsung terkesiap. Ia berasa berada dimensi lai, matanya langsung melebar menatap ke arah depan dan jantung tepacu cepat. Di depannya adalah jalanan dan kini Giselle berada di mobil yanh sedang berjalan.
"Gi, kamu kenapa?"
Giselle langsung menoleh ke samping ketika sadar mendengar suara yang sangat familiar.
"Narestha?"
Naresh yang sedang menyetir terlihat kebingungan dengan respon Giselle.
"Hei. Kamu kenapa?"
Giselle pusing, tiba-tiba ia tidak bisa membedakan mana mimpi dengan kenyataan.
"Ini bukan mimpikan?"