/29/ Our child

845 113 3
                                    

Suara orang berlari semakin mendekati ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara orang berlari semakin mendekati ruangan. Tak lama kemudian pintu terbuka menunjukan seorang lelaki yang sedang ter-engah engah.

Jennie yang tadinya menatap Winter kini menoleh ke seorang tadi, begitupun dengan Winter.

Seketika Winter membelakkan matanya.

Lee Jeno?!

Kemudian gadis itu mengerutkan keningnya, bingung, sangat bingung harus berbuat apa saat ini juga.

"kau datang, Jeno-ya" ujar sang ibu.

"kenapa eomma bisa disini?! Dan-" Ucapannya terlihat kesal, lalu Jeno menoleh ke Winter, "-kenapa ada Winter?" Lanjutnya.

Jennie tersenyum tak bersalah, "tadi nona cantik ini yang menolong eomma, kalian sudah saling kenal?" Jennie menyahut sambil beranjak duduk.

Sementara Winter hanya bisa menunduk.

Dari sekian banyak orang kenapa harus Jeno?!

Winter berdiri, "karena Jeno sudah disini, saya duluan ya, ahjumma. semoga cepat sembuh" celetuk Winter masih berusaha untuk tersenyum. Dari tadi Winter tak berhenti menggerakan bola matanya, mncari suatu benda yang agaknya bisa dilihat , niatnya untuk menghindari tatapan dengan Jeno.

"langsungan?" Jennie mrnaikan kedua alisnya terlihat bingung melihat tingkah tergesa-gesa Winter.

Winter hanya membungkuk "Annyeongi gaseo" kemudian berjalan kearah pintu dan menatap lurus kedepan tanpa menengok ke Jeno yang sempat dilewati olehnya.

Tapi langkahnya berhenti ketika Jeno mencekal tangannya.

Winter memutar badannya ke arah Jeno dengan wajah dingin namun matanya masih tidak melihat ke arah wajah Jeno.

Jeno menaikan kedua sudut dibibirnya, menampakan senyuman manis diwajahnya, "hati-hati dijalan, Winter-ah" ucapnya kemudian melepas tangan Winter.

Gadis yang dimaksud tak membalas apapun dan langsung meninggalkan ruangan. Winter teralu lemah untuk melihat wajah Jeno.

Jeno masih menyisakan senyuman kemudian duduk di kursi yang digunakan oleh Winter tadi.

Setelah menatap ibunya Jeno langsung memasang wajah cemberut, "minggu ini pasti eomma tidak terapi lagi kan?"

Jennie malah masih tersenyum, "eomma tidak suka terapi, dokternya suka sekali marah-marah" Jennie mencibir, alasan Jennie kali ini benar-benar membuat Jeno bergeleng-geleng.

"Itu pasti karena eomma tidak rajin terapi" sahut Jeno dengan nada yang sedikit ditinggikan.

Kini wajahnya berubah menjadi khawatir.

"kenapa eomma tidak kembali saja?" Tanya anak bungsunya ini--Jeno.

Jennie tiba-tiba terkekeh,"sekarang ayahmu pasti sudah tidak sabar untuk membunuhku karena mengambil beberapa aset berharga perusahaannya."

✔Because Of Destiny | WINTER - JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang