Kembali ke tiga tahun lalu. Semasa semua kebenaran terungkap dirumah sakit tempat Winter tak sadarkan diri. Setelah itu sebenarnya Yuna tidak langsung kerumah Jiho, melainkan keluar dengan Sungchan.
Mereka berdua duduk di suatu kursi yang menghadap ke sungai Han.
Dengan wajah murung, "Huft... Kenapa semua ini bisa terjadi?" Tanpa disadari oleh Yuna, air matanya mulai mengalir.
"Aku tau, pada dasarnya memang Rose dan Chanyeol orangtua asli Winter. Tapi rasanya seperti Winter mencurinya dariku. Saat disekolah aku sudah merasa senang karena kau dan Jeno bisa kembali denganku"
"Tapi bagaimana bisa, Winter juga mengambil Jeno.. hiks"
Sungchan merasa iba, meskipun ia tidak terlalu setuju dengan ungkapan Winter mengambil milik Yuna, tapi tetap saja ia kasihan. Lelaki itu mengusap bahu Yuna dengan lembut.
Baru kali ini juga Sungchan melihat sisi lemah Yuna. Selama ini Yuna selalu bertingkah ceria dan kekanak-kanakan. Dia juga baru tau kalau kehidupan orangtua Yuna sangat memusingkan.
"Aku benci sendirian. Dan belakangan ini Rose-eomma jarang pulang, aku kesepian. Bahkan disekolah pun aku harus bersikap kuat"
"Tidak ada yang mau berteman denganku" Gadis itu kini tertunduk, masih menangis tersedu-sedu. Tangannya mengepal kuat.
"Tenanglah Yuna. Kau salah"
"Bukannya tidak ada yang mau berteman denganmu."
"Mereka hanya berpikir mereka tidak pantas berteman denganmu"
"dengan putri seorang direktur terkenal"
"Mereka iri, karena tidak bisa dekat denganmu"
"Dan banyak juga yang tidak berani mendekatimu"
"Bukan karena kau dingin, sombong. Itu tidak benar Yuna, mereka hanya tidak pantas disandingkan denganmu"
Sungchan menggenggam tangan Yuna yang terkepal.
"Hiks.. Hiks.." Malah tangisan Yuna semakin menjadi-jadi.
"Cup cup" kini Sungchan memeluk Yuna.
Bagaimapun juga Yuna tetap sahabatnya. Dan sebagai sahabat, Sungchan pantas memberi dukungan kepada sahabatnya.
Setelah beberapa menit, Yuna tertidur. Dipelukan Sungchan. Itu tidak disengaja, memang sepertinya Yuna kelelahan.
Sungchan yang menyadarinya segera menggendong Yuna ke mobilnya, dengan tulus.
Menidurkan kepalanya dengan hati-hati.
***
Yuna mengedipkan matanya, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk.
Retinanya lalu mengelilingi ruangan ini, ruangan yang nampak asing.
Tak lama setelah itu pintu terbuka, menunjukan Sungchan membawa segelas susu.
"Sudah tenang?" Tanya lelaki itu diikuti Yuna yang berusaha duduk.
Lelaki itu menaruh segelas susu diatas nakas kemudian duduk disamping Yuna.
Sungchan mengambil tangan kiri Yuna, menggenggamnya. "Lain kali kalau ada masalah jangan lupa kalau ada aku" Itu ucapnya, lalu beranjak berdiri keluar ruangan.
Tapi Yuna mencekal tangan Sungchan, "Disini saja, sebentar. Aku takut sendirian"
Sungchan tersenyum pasrah, ia duduk disisi ranjang, menemani Yuna yang sedang meminum minuman darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Because Of Destiny | WINTER - JENO
Fanfiction"𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘬𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘪𝘳" Winter kecil yang diasuh dipanti selalu berharap bertemu dengan orangtua yang telah membuangnya. Dalam perjalanannya memecahkan teka-teki tentang orangtuanya, Winter bertemu...