Deg deg deg
Jantung gadis ini terus berdetak semakin kencang
Tangan Jeno yang masih merangkulnya membuat Winter sedikit kaku dan canggung.
"Oh iya, memangnya kau berasal darimana?" Ucap Jeno mengangkat kedua alisnya penasaran lalu menoleh ke wajah Winter.
"Jeongseon"
"Jeongseon?" Jeno mengerutkan keningnya, " dulu sepertinya aku pernah kesana" sambungnya.
Jeno ke desa terpencil seperti itu? Untuk apa?
Winter membalas dengan anggukan, masih dengan situasi sangat canggung. Come on, Winter ingin melepaskan tangan kiri Jeno yang merangkulnya tapi ia merasa tidak enak
"Kalau tentang pengawal mu itu.. siapa namanya?" Jeno kembali bertanya.
"Dia Mark-oppa"
"Oppa?" Tiba-tiba Jeno memasang wajah kesal. "apa kau berkencan dengannya?"
Menggeleng cepat, "bukan begitu, dia hanya berusia lebih tua dariku untuk itu aku memanggilnya dengan sebutan oppa"
Tunggu, kenapa aku harus susah payah menjelaskannya kepada Jeno? Kenapa tidak aku bilang saja kalau aku berkencan dengan Mark-oppa?
"Ahh seperti itu.." Jeno mengangguk tapi masih tidak ikhlas.
Melirik kearah jam tangannya, Winter berdiri. "Sudah jam segini, sepertinya aku harus pulang" ucap gadis itu sambil menatap kearah Jeno, berharap Jeno peka.
"Baiklah" balasnya masih duduk bersantai.
"Kau bilang kau mau pulang, kenapa masih disini?" Lanjut Jeno menyadari Winter yang masih berdiri dihadapannya.
"Apa aku harus berjalan kaki sampai rumah huh? Apa kau tidak berniat untuk mengantarku?" Protes Winter sedikit kesal, ia mempoutkan bibirnya.
"Kau ya yang mengajak ku kemari, jadi setidaknya tanggung jawab dong!" sambung Winter Tiba-tiba dengan nada tingginya.
Jeno terkejut, "kenapa kau tidak meminta oppa mu itu untuk menjemputmu saja? Kan mudah" ucapnya mencoba mempermainkan Winter.
Kedua bahu Winter tiba-tiba menurun, ia kemudian menunduk, "Benar juga"
Lalu gadis itu merogoh sakunya untuk menemukan ponselnya.
Menekan angka nomor telepon Mark satu-persatu, kemudian ia menekan tombol telepon hijau.
Tiba-tiba saja Jeno berdiri dan merebut ponsel Winter dari tangan pemiliknya.
Buru-buru menekan tombol merah, Jeno memasukan ponsel Winter ke saku Winter kembali.
"Mwo-ya?" Winter menaikan satu alisnya bingung.
Tak menjawab, Jeno menarik tangan Winter dan melemparkan sebuah helm saat sampai di motor Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Because Of Destiny | WINTER - JENO
Fanfic"𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘬𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘪𝘳" Winter kecil yang diasuh dipanti selalu berharap bertemu dengan orangtua yang telah membuangnya. Dalam perjalanannya memecahkan teka-teki tentang orangtuanya, Winter bertemu...