Setelah mengambil jarak yang cukup jauh dari area meja makan di unit apartemen Ten, barulah Doyoung mengangkat panggilan Rose tersebut.
Namun setelah tiga detik berlalu, Rose masih tak bersuara. Cewek itu hanya diam, meski panggilannya dengan Doyoung sudah tersambung.
"Rose?" panggil Doyoung pada akhirnya, memutuskan untuk menjadi orang pertama yang buka suara diantara keduanya.
Bukannya mendapat sahutan dari Rose, malah helaan napas yang Doyoung dengar dari seberang sana.
"Gue udah denger sebagian besar ceritanya dari Chaeyeon." ungkap Rose kemudian.
Doyoung sesaat terdiam, mencoba mengingat-ngingat siapa sosok yang Rose maksud sekaligus arah pembicaraannya saat ini.
"Chaeyeon?" ulang Doyoung pada akhirnya karena merasa tak mengenali sosok yang baru saja namanya Rose sebut.
"Cewek yang awalnya mau bawa gue pergi dari acara makrab tiga bulan yang lalu."
Begitu mendengar hal tersebut, Doyoung seketika diam membeku. Tanpa perlu dijelaskan panjang lebar, ia langsung memahami arah pembicaraan Rose saat ini.
Cukup lama Doyoung terdiam, memikirkan sebaiknya apa yang harus ia lakukan dan katakan pada Rose di situasi saat ini.
"Lo dimana sekarang?" tanya Doyoung pada akhirnya.
"Apartemen, Chaeyeon yang nganterin gue pulang."
"Gue pulang sekarang." ucap Doyoung sebelum kemudian mematikan sambungan telepon secara sepihak.
[][][]
"Yugyeom dendam sama lo dan pengen ngejatuhin lo, Rose."
"Dia selama ini jadi penerima beasiswa dari suatu lembaga. Buat mempertahankan beasiswanya itu, dia dituntut untuk selalu punya nilai tertinggi di penilaian akhir semester."
"Tapi beasiswanya terancam dicabut karena lo yang jadi pemegang nilai tertinggi di semester kemarin, dampaknya beasiswa dia buat semester sekarang dipotong dari lembaganya."
"Makanya dia berniat mempermalukan dan ngejatuhin lo di acara makrab kemarin dengan nyuruh gue buat masukin obat perangsang ke minuman lo."
Penjelasan Chaeyeon beberapa saat yang lalu kembali terlintas dalam benak Rose. Ia benar-benar tidak pernah menyangka bahwa salah satu prestasinya sebagai mahasiswi, malah mengundang petaka untuk dirinya sendiri.
Rose menarik napas dalam, masih dengan kedua tangannya yang menutupi wajahnya. Saat ini Rose tengah duduk di sofa dengan kedua tangannya yang berpangku pada kedua lututnya yang dalam keadaan tertekuk.
Pikiran dan perasaannya saat ini benar-benar kacau.
Ada perasaan takut dalam diri Rose atas apa yang akan ia dengar dari Doyoung begitu cowok itu pulang nanti. Ia takut bahwa Doyoung memang benar memanfaatkan kesempatan saat itu untuk menyentuhnya dan ia tidak bisa menerima hal tersebut.
Tak berselang lama, Rose mendengar suara kunci yang berasal dari arah pintu unit apartemen. Tanpa perlu memikirkan siapa yang melakukannya, Rose jelas tahu bahwa itu adalah Doyoung.
[][][]
—Makrab, tiga bulan yang lalu.
Chaeyeon melirik cemas Rose yang baru saja meminum gelas yang sudah ia campur dengan obat perangsang, sesuai dengan apa yang Yugyeom suruh padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Kak Doyoung
Fanfiction"Saya bakal tanggung jawab." Ini konyol, Rose memang menyukai tetangganya yang lebih tua darinya. Putra tertua dari keluarga Kim, tepatnya Kim Gongmyung. Pada akhirnya Rose memang menikah dengan anggota keluarga Kim, tapi bukan dengan Gongmyung. Mel...