Hiji

10.7K 1.3K 116
                                    

Tadi tuh awalnya mau up pas lagi jam mendekati maghrib,tapi aku lupa sibuk nyiapin makanan buat buka wkwk

×××

"K-kita gak ngelakuin apa-apa kan semalem?" tanya Rose terbata,saat ini ia benar-benar terkejut dengan kondisinya.

Doyoung mengucek matanya,sebelum menubrukan netranya dengan netra Rose. "Menurut lo kalo cowok sama cewek bangun dalam keadaan kayak gini,yakin semalem gaada kejadian apa-apa?"

Untuk kesekian kalinya,lagi-lagi mata Rose membulat. Jawaban yang Doyoung berikan jelas ambigu dan Rose tak berani mengambil kesimpulan.

Di saat yang bersamaan,telinga Rose mendengar derap langkah ribut yang berasal dari tangga rumahnya.

Brak!

"Woy! Bangun! Gue bawain banyak oleh-oleh buatㅡ,"

Jihoonㅡadik Rose yang masih duduk di bangku SMA dan baru saja mendobrak pintu kamarnya,kini diam membeku di ambang pintu begitu melihat kondisi Sang Kakak.

"Kakak! Kebiasaan,ya! Udah berapa kali Bunda bilang,jangan lupa kunci pintuㅡ,"

Belum selesai dengan kemunculan adiknya,bunda juga ikut membeku di tempat yang sama dengan Jihoon.

"Bunda!" Rose memekik kala bundanya jatuh pingsan,beruntung Jihoon sigap menangkapnya.

Rose baru saja akan beranjak bangkit,sebelum Doyoung menahan lengannya dan langsung menyelimuti tubuh Rose dengan selimut.

"Pake dulu yang bener baju lo,baru bantuin nyokap lo." ucap Doyoung dengan suara yang terdengar dingin,seraya memungut sekaligus mengenakan kaus dan celananya yang tergeletak di atas lantai.

Doyoung dengan sigap membantu Jihoon menggotong bunda ke sofa terdekat yang ada di lantai atas.

×××


Doyoung melirik bergantian kedua orangtua Rose yang kini berhadapan dengannya yang juga tengah menatapnya dengan tatapan menuntut penjelasan.

"Saya bakal tanggung jawab."

Di sisi lain di dalam kamar putri sulung keluarga Park. Rose mengetuk-ngetuk kosen jendelanya,sementara matanya sesekali melirik pintu kamarnya yang dikunci dari luar dengan lirikan cemas. Gadis itu jelas mencemaskan keputusan apa yang akan diambil kedua orangtuanya.

Dengan dalih takut bunda syok lagi karena melihatnya hingga kembali pingsan,ayahnya mengurungnya di dalam kamar dan memutuskan membicarakan semuanya dengan Doyoung seorang. Padahal Rose tahu,kedua orangtuanya memang kurang mempercayainya.

Masalah utamanya,Rose tidak memiliki ingatan sedikitpun mengenai apa yang terjadi semalam. Ingatan terakhirnya hanya saat ia bersama dengan Lisa,Mina,dan teman-teman falultasnya memainkan sebuah game di acara makrab.

Sialnya lagi,ponsel Rose hilang. Gadis itu tak dapat menemukannya di sekitar kamarnya,membuatnya tak dapat menghubungi Lisa ataupun Mina untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi malam itu.

Meskipun jawaban Doyoung cendrung membuatnya berpikir ke arah situ,namun Rose masih menolak percaya karena dua alasan.

Pertama,ekhemㅡkewanitaannya tidak terasa sakitㅡtidak seperti yang biasanya ia baca di beberapa novel bacaannya.

Kedua,masih ada kemungkinan bahwa mungkin saja ia dan Doyoung semalam merasa kepanasan lalu tanpa sengaja tidur seranjang. Walaupun Rose sendiri meragukan hal ini,karena sedikit tidak masuk akal jika ia dan Doyoung memang sama-sama kepanasan namun hingga berakhir tidur seranjang.

Intinya,Rose tidak percaya jika ia telah melakukan hal itu dengan Doyoung.

Padahal harusnya,Jihoon dan kedua orangtuanya pulang dari kota tempat asrama Jihoon berada hari ini. Namun tak disangka,ketiganya pulang lebih awal dari yang seharusnya. Andai orangtuanya dan Jihoon tidak pulang pagi ini,kejadian pagi tadi tidak akan berakhir serumit ini. Rose bisa saja menyembunyikannya.

Cklek!

Bunyi suara pintu yang terbuka membuat Rose menoleh,begitu melihat sosok adik laki-lakinya yang masuk gadis itu sedikit merasa lega.

Jihoon perlahan melangkah mengendap mendekati Rose,meski orangtuanya dan Doyoung ada di lantai dasar,ia tetap merasa takut Sang Ayah mengetahui kehadirannya di kamar kakak perempuannya.

"Lo sama Bang Doyoung bakal nikah minggu ini." Jihoon tanpa basa-basi langsung melaporkan hasil mengupingnya dari lantai dasar.

Mata Rose membulat sempurna mendengar ucapan Jihoon. Gadis itu segera melangkah mendekati adiknya dan langsung mencengkeram kedua bahu Jihoon.

"Sumpah,sekarang bener-bener bukan waktu yang pas buat becanda Park Jihoon." Rose mewanti-wanti Jihoon,barangkali adiknya ini hanya sekadar mengerjainya.

Jihoon menggeleng dan lantas menurunkan kedua tangan Rose dari bahunya,"Lo pikir gue bisa bercanda di saat kayak gini?"

Melihat raut wajah Jihoon yang begitu serius akan ucapannya,Rose tahu adiknya berbicara apa adanya.

Seketika tubuh Rose melorot jatuh ke lantai,diikuti tetes demi tetes air mata yang perlahan jatuh membasahi pipinya.

Rose bahkan tak memiliki ingatan apapun tentang apa yang sudah dilakukannya semalam,lalu sekarang ia harus menikah dengan orang yang tidak ia cintai.

Bagaimana bisa semua ini terjadi?

×××

Halo! Book ini emang tiap partnya lebih dikit dari biasanya,paling aku nulis kurang lebih 500-700 word. Yang jelas gak bakal sampai 1000 word.

Tapiii... Updatenya aku usahakan bakal lebih sering sebagai gantinya. Selama Bulan Ramadhan ini,aku bakal mengusahakan update tiap mendekati waktu buka atau mungkin saat sahur.

Aku mau liat dulu seberapa banyak yang masih tertarik sama kelanjutan book ini.

See you!✨

[4] Kak DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang