Setelah sarapan di salah satu pedagang kupat tahu kaki lima yang tak jauh dari komplek perumahan, Doyoung lantas mengajak Rose untuk melihat unit apartemen yang baru ia beli kemarin.
Biasanya keduanya kemanapun pergi menggunakan mobil Doyoung sebagai alat transportasi. Namun mulai hari ini, sepertinya motor vespa Doyoung yang sudah cukup lama tersimpan di dalam garasi akan menjadi alat transportasi baru mereka.
Awalnya Rose mencoba berekspektasi serendah mungkin mengenai unit apartemen yang Doyoung beli, ia pikir dengan kondisi keuangan yang sangat terbatas karena belum berpenghasilan, rasanya sulit untuk mendapatkan tempat tinggal sesuai dengan yang mereka inginkan.
Namun setelah Doyoung membuka pintu utama unit apartemen mereka yang baru, mulut Rose seketika menganga, diikuti matanya yang membulat, saking tak dapat menyembunyikan kekagumannya akan tempat tinggal barunya.
Menurut Rose, unit apartemen mereka tidaklah besar maupun mewah, justru tempat tinggal barunya terlihat begitu minimalis, namun tetap elegan di saat yang bersamaan. Meskipun saat sarapan tadi Doyoung sudah mengatakan bahwa unit apartemennya memang sudah siap huni, Rose tetap terperangah kala melihat aneka furniture dengan kesan monokrom di dalamnya.
"Maaf,kalo menurut lo unit ini terlalu kecilㅡ,"
"Gue suka,kok." potong Rose cepat seraya kembali berbalik menghadap Doyoung,diikuti seulas senyuman yang terbit pada bibirnya.
Doyoung sesaat tertegun, sedetik kemudian cowok itu ikut mengulas senyuman di bibir.
Rose lantas mendudukkan bokongnya di salah satu sofa, matanya kembali berotasi mengelilingi tempat tinggal barunya.
"Boleh gue tanya sesuatu sama lo?" tanya Rose seraya kembali mempertemukan netranya dengan netra Doyoung.
"Gue cuman penasaran kenapa lo tiba-tiba ngajak gue pindah kayak gini? Gue rasa buat ngambil keputusan sekelas tempat tinggal kayak gini, pasti butuh dorongan besar dari suatu hal."
"Karena gue serius sama pernikahan ini." jawab Doyoung sembari ikut mengambil tempat di sofa yang sama dengan Rose, bersebelahan dengan cewek itu.
Melihat kening Rose yang mengerut serta cara cewek itu menatapnya dengan tatapan bingung, Doyoung tahu jawabannya belum memuaskan rasa penasaran Rose.
Setelah mengalihkan pandangan matanya dari netra Rose, barulah Doyoung mulai melanjutkan ucapannya.
"Gue sadar kita mengawali pernikahan karena hal yang gak bagus, tapi bukan berarti gue bakal menjalani janji yang udah gue buat pada Tuhan dengan asal-asalan."
Selama beberapa detik Doyoung terdiam, namun Rose tahu cowok itu belum selesai dengan ucapannya.
Lalu detik selanjutnya, secara tiba-tiba Doyoung kembali mempertemukan netranya dengan netra Rose.
"Dari sejak gue mengucap ijab kabul nama lo, gue bener-bener serius buat ngebangun rumah tangga sama lo." lanjut Doyoung dengan raut wajah yang terlihat begitu serius.
Rose mengerjapkan matanya, tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Ia tak sedikitpun menyangka bahwa Doyoung akan menjawab dengan apa yang baru didengarnya beberapa detik yang lalu.
Secara paksa Rose menelan salivanya sendiri, saat secara tiba-tiba ia mulai merasakan jantungnya berdebar dengan tempo yang tidak biasanya.
Doyoung kemudian beranjak bangkit,"Masih ada kamar utama yang belum loㅡ,"
"Apa itu termasuk dengan belajar mencintai satu sama lain?"
Baru saja Doyoung akan melanjutkan langkahnya,sebuah pertanyaan yang keluar dari bibir Rose berhasil menghentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Kak Doyoung
Fanfic"Saya bakal tanggung jawab." Ini konyol, Rose memang menyukai tetangganya yang lebih tua darinya. Putra tertua dari keluarga Kim, tepatnya Kim Gongmyung. Pada akhirnya Rose memang menikah dengan anggota keluarga Kim, tapi bukan dengan Gongmyung. Mel...