Bonus Chapter

5.5K 545 61
                                        

Rose mengerjapkan matanya yang masih terarah pada layar laptop di hadapannya. Ah, rasa kantuk mulai kembali menyerangnya.

Baru saja Rose mengambil gelas di atas meja dan berniat meminum kopi yang ada di dalamnya, helaan napas panjang kontan keluar dari bibirnya kala menyadari gelas di tangannya yang kini sudah kosong. Kopi di dalamnya sudah habis tak bersisa.

Rose lantas bangkit dari kursi, berniat pergi ke dapur untuk mengisi gelas dengan kopi seduhan yang baru. Di tengah perjalanan menuju pintu, mata cewek itu melirik jam dinding di salah satu sudut ruang kerja unit apartemen.

"Lah, udah jam 10 aja."

Padahal tadi ia masuk ke dalam ruangan untuk melanjutkan skripsinya sekitar jam 7 malam, setelah makan malam bersama Doyoung. Entah waktu yang memang berlalu begitu cepat atau Rose yang memang lambat dalam menyusun skripsinya.

Begitu keluar dari ruang kerja, tak disangka Rose mendapati Doyoung yang masih terjaga di ruang tengah. Mata cowok itu terarah pada televisi yang tengah menayangkan sebuah film.

"Aku kira kamu udah tidur," ucap Rose seraya melangkah mendekati Doyoung di ruang tengah.

Volume tv saat ini sangat kecil, itu lah kenapa Rose tidak mendengar apa-apa dari luar ruangan tadi sehingga ia mengira Doyoung sudah tidur.

Doyoung sepertinya sengaja melakukannya karena takut suara tv yang terlalu keras akan mengganggu konsentrasi Rose yang tengah menyusun skripsinya.

Rose kini sudah duduk di samping Doyoung, melupakan niat awalnya untuk ke dapur guna menyeduh kopi.

"Belum ngantuk." jawab Doyoung bersamaan dengan seulas senyuman yang terbit pada wajahnya, kala Rose menyelipkan lengannya pada lengan kiri Doyoung seraya perlahan menyandarkan kepalanya pada pundak cowok itu.

"Gimana skripsinya? Udah sampai mana?" tanya Doyoung kemudian, kontan saja membuat helaan napas pelan keluar dari bibir Rose.

"Aku masih belum selesai ngolah data, kayaknya aku emang lambat banget ngerjainnya." jawab Rose diikuti bibirnya yang mencebik.

"Gapapa, gak usah terlalu buru-buru." ucap Doyoung seraya mengusap lembut puncak kepala Rose dengan tangan kanannya.

"Yang penting ada progres." tambah Doyoung dan setelahnya melabuhkan satu kecupan singkat pada puncak kepala Rose.

Doyoung kemudian menepuk-nepuk pahanya sendiri, seakan memberi isyarat agar Rose berpindah duduk ke pangkuannya.

Menuruti isyarat dari suaminya, Rose lantas berpindah menduduki paha Doyoung seraya melingkarkan kedua tangannya pada leher cowok itu. Bersamaan dengan kedua tangan Doyoung yang memeluk tubuhnya, Rose lantas menenggelamkan wajahnya pada potongan leher suaminya.

Bagi Rose, tidak ada tempat duduk yang lebih nyaman dari pangkuan Doyoung. Apalagi dengan posisi cowok itu yang memeluknya seperti saat ini.

"You did well," ucap Doyoung sembari memberikan elusan-elusan lembut pada punggung Rose. Mendengar hal itu, Rose tak dapat menahan senyumnya. Hanya sebuah kalimat sederhana, namun nyatanya di situasi seperti ini seakan begitu berarti untuknya.

Agaknya, belakangan ini Rose benar-benar merasa bersyukur sudah menikah dan memiliki Doyoung sebagai suaminya di saat ia memperjuangkan skripsinya seperti sekarang, sehingga Rose dapat memiliki tempat untuk bersandar sekaligus bermanja sebagai pelariannya dari skripsi yang begitu memusingkan.

"Jangan dielus-elus," ucap Rose secara tiba-tiba, kontan membuat Doyoung menghentikkan pergerakan tangannya.

"Kenapa? Kamu gak suka?"

[4] Kak DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang