**✿❀10❀✿**

439 88 17
                                    

Kageyama merebahkan kepalanya di atas meja. Ulangan pelajaran pertama b. Inggris sudah mereka lewati, semoga saja ia mendapat nilai yang bagus dan tak di katai oleh si Bakugou itu.

Kotak susu dingin menempel pada pipinya, ia mendongkak menatap pemuda orange di depannya "sepertinya, ini bisa membuat semangat mu naik" Ia terkekeh melihat wajah putus asa sang patner.

Kageyama mengambil susunya dan membukanya "arigatou" Gumamnya. Hinata menjongkokan dirinya di hadapan Kageyama dan tersenyum "kau itu kan lebih pintar dari ku, seharusnya soal tadi mudah kan?" Ia menggoda Kageyama.

Tangan kiri Kageyama menangkup wajah Hinata "aaa Kageyama lepaskan tangan mu!" Kageyama tak beranjak, jujur ia terlalu malas untuk meladeni partnernya itu. Tanjirou mendekat dan melepas tangan Kageyama "hentikan itu Kageyama, kasian Hinata" Ujarnya.

Zenitsu yang menatap itu dari jauh bergumam "ia terlihat seperti ibu yang memiliki 4 anak" Midoriya dan Bakugou menyerit "maksudmu ala kuning sialan!? Mana sudi aku menjadi anaknya" Teriak Bakugou kesal. Zenitsu poker face "liat lah makhluk bodoh ini, dia tak tau perumpamaan- gyaaaa!"

Kerah bajunya di tarik Bakugou, wajahnya yang tenang berubah menjadi pucat pasi "katakan sekali lagi kuning sialan" Suara berat itu membuat Zenitsu merinding. "Huwaaaa gomen gomen aku hanya bercanda Bakugou!" Tubuhnya di guncang oleh yang lebih muda. Tanjirou melihat itu mendekati mereka "hentikan Bakugou! Zenitsu kesakitan nanti!"

Midoriya yang melihat kelakuan mereka semua hanya menghela nafas lelah "Kami-sama, kau memberikan kami kehidupan kedua dan itu membuat ku bersyukur. Tapi enah kenapa aku ingin mengeluh karena hidup damai ku hancur" Midoriya tersenyum kecut melihat pertengkaran yang tak ada habisnya itu.

Ia mengerjakan soal-soal latihan di modul, ya salah satu bocah ambisius yang tak terlihat ambisius Midoriya tuh. Hinata mendekati Midoriya entah kenapa "nee, kenapa kita tidak pindah ke Jepang saja?" Pernyataan itu ia lontarkan membuat keributan BakuZenitTan berhenti dan saling pandang. "Sou desu ne, kenapa kita tak pindah saja? Jadi kita tak perlu bersusah payah beradaptasi lagi" Timpal Kageyama.

Midoriya menutup bukunya "kalian pikir itu mudah? Uang pesawat? Uang sekolah? Otak kalian kenapa dangkal sekali" Sarkas Midoriya. Ia masih lelah memikirkan uang yang hanya bertahan hingga 4 bulan kedepan serta kehidupan damainya yang hancur. "Cukup Kacchan saja yang membuat ku emosi"

Tanjirou ikut mengangguk "harusnya sekarang kita pikirkan bagaimana kita mendapatkan uang tambahan" Hinata merengut "sou desu ne, demo..." Mulutnya di bungkam Zenitsu. Pemuda kuning itu mendekati Hinata "jangan membantah, sudah dengarkan saja mereka berdua" Bisiknya.

Kageyama yang mendengarkan memainkan kotak susunya "lagi pula kenapa kita berada disini? Kenapa tak di dunia Midoriya saja, itu lebih baik" Celetuknya asal. Midoriya tersenyum tipis "hidup di dunia ku juga tak mudah Kageyama. Jadi tutup saja mulut mu itu" Nada bicaranya di akhir sedikit ketus. Entah kenapa emosi sabarnya saat ini perlahan menguap.

⊰᯽⊱┈──╌❊╌──┈⊰᯽⊱
нσω тσ вє +62 ρєσρℓє
⊰᯽⊱┈──╌❊╌──┈⊰᯽⊱

Hinata menendang batu di depannya. Mereka baru saja selesai ujian dan berjalan pulang. Wajah mereka masam banget, mood mereka juga jelek dari tadi. Di senggol dikit Bakugou langsung meninju orang itu, untung di tahan sama yang lain.

"Mou ii! Kita semua kenapa! " Teriak Midoriya mengusak rambutnya kasar. Tanjirou menghela nafas lelah "panas!!! Itu alasannya Midoriya! Kita kepanasan!" Balas pemuda anting hanafuda itu. Hinata menggembungkan pipinya "besok hari yang indah tapi Kageyama tak ingat makanya aku kesal" Timpal nya.

How To Be +62 People (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang