**✿❀23❀✿**

299 60 20
                                    

"Android!" -Hinata
"iPhone" -Fuujin
"Android!" -Hinata
"iPhone" -Fuujin
"Android!" -Hinata
"iPhone" -Fuujin

"Jii-san ponsel ini harganya berapa?" Tanjirou bertanya, mengabaikan dua orang yang ga sadar umur di belakangnya "hoi umur kalian itu berapa hah? Dasar bocah" Bakugou berkomentar, walaupun matanya tak lepas dari beberapa alat elektronik di depannya.

Fuujin mendengus "lo semua aneh, di beliin yang mahal malah milih yang murah. Giliran gw beliin makanan lo pada malah melorotin uang gw" Hinata terkekeh "itu berbeda Fuujin-san. Kalau makanan itu hanya sekali dan jarang kita dapat makanan gratis, kalau ponsel? Itu barang yang akan kita pakai dalam jangka waktu lama, rasanya segan" Jawabnya.

Tanjirou mengangguk "aku setuju, tapi untuk yang makanan aku kurang setuju. Jika bisa dari awal aku sudah merasa segan atas pemberian mu Fuujin-san" Ucapan pemuda Kamado itu membuat sang dewi kw itu berkaca-kaca "aww hati mu benar-benar baik" Jeda "aku ingin membeli toko ini rasanya"

"Nah" Mereka menatap datar wanita itu "bercanda elah, humor kalian dolar banget ga asik" Ia melirik 4 ponsel pilihan 4 bocah itu "yakin ini aja? Izu-kun? Bom meledak? Kalian ga ikut milih" Perempatan imajiner muncul pada Bakugou "hah!? Siapa yang kau panggil bom meledak!" Ia berteriak dan menarik ujung baju Fuujin.

"Noh-noh, ini namanya bom meledak. Di ejek dikit ngamuk" Wanita itu menyeringai "temee!!" Kepalan tanganya di udara di tahan "apa mau mu!" Ia menoleh menatap orang yang menahannya "Kacchan yamero, Fuujin-san hanya bercanda" Midoriya memperingati. Bakugou melepas cengkraman dan berdecih "aku dan Kacchan tak membutuhkannya. Biar mereka saja Fuujin-san" Lanjut pemuda hijau itu.

Wanita itu terkekeh "kami beli yang ini" Para pelayan yang menjadi penonton gratis drama mereka akhirnya menghela nafas lega. Setidaknya dramanya udah selesai kan? Iya kan?

⊰᯽⊱┈──╌❊╌──┈⊰᯽⊱
нσω тσ вє +62 ρєσρℓє
⊰᯽⊱┈──╌❊╌──┈⊰᯽⊱

"Nee Fuujin-san, doko itteruno?" Zenitsu membuka suara. Setelah membeli ponsel wanita demigod itu mengajak mereka kembali ke mobil. Midoriya yang sedang mengajarkan Hinata untuk menggunakan ponsel barunya mengangguk "untuk apa kita ke..." Ia melirik tulisan di depan gedung "gramedia?"

Wanita itu tersenyum "membeli buku tentu saja, gw lihat di setiap kamar kalian pasti ada lemari sedang untuk buku. Seakan-akan itu perpustakaan pribadi untuk kalian di setiap kamar, jadi gw berinisiatif mau beliin kalian buku" Senyum pemuda orange mengembang "yey! Beli manga One Piece terbaru!" Serunya.

Midoriya menoleh "kau juga suka manga itu?" Hinata mengangguk "aku penasaran endingnya seperti apa. Omong-omong, memangnya di zaman mu One Piece belum tamat?" Midoriya menggeleng "terakhir aku menonton eps 3903, aku belum melanjutkannya lagi" Hinata menganga "hah!! 3000 eps lebih dan itu belum tamat? Harusnya kan Oda-sensei sudah. Eum..." Ia ragu melanjutkannya.

Midoriya menggeleng "anaknya yang melanjutkannya menggunakan alur yang Oda-sensei tulis, kakoii na!" Maniknya bersinar "kau tau nanti-ump!" Mulutnya di bekap Hinata "aku tak suka spoiler, jadi diam lah" Midoriya mengangguk barulah Hinata melepaskan bekapannya. "Siapa character favorit mu?" Pemuda orange itu bertanya.

Midoriya mengamit dagunya "Sanji! Aku suka tendangannya itu" Ia berseru semangat, Hinata menatap datar "menurut ku hebatan Zoro" Midoriya menyerit "Zoro? Ia saja tak tau arah" Celetuknya namun langsung membungkam mulutnya "yabai"

Hinata mengembungkan pipinya "maksud mu kau membenci Zoro!? Dasar fans pilih kasih" Midoriya menggeleng "tidak maksud ku! Anoo". "Hoi kalian ingin ribut sampai kapan?" Mereka menoleh pada yang lain yang sudah berada di luar mobil "cepat keluar kalian, gw pen kunci mobilnya" Mereka pun turun buru-buru, ga lucu di kunciin di mobil.

How To Be +62 People (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang