024.Big Happiness

7 10 0
                                    

024.Big Happiness

Sepuluh bulan kemudian.....

"Sayang, kamu jangan lari-larian kenapa sih." Zara benar-benar jengah dengan omelan suaminya.

"Mas, ayolah aku gak papa kok." ujar Zara meyakinkan.

"Kan ini juga demi kebaikan kandungan kamu yang." ujar Alif.

"Aku tau tapi kamu juga gak perlu se posesif ini."

Kini usia kandungan Zara telah berusia 9 bulan. Dan sebentar lagi juga akan menuju waktu kelahirannya.

"Aduh, mas. Aahh! Perut Zara keram dan sakit mas." rintih Zara kesakitan.

"Oh, aduh gimana ini. Kita kerumah sakit aja ya sayang." ujar Alif kepanikan.

"Pelan-pelan mas ini makin sakit." omel Zara.

Semenjak kehamilannya Zara menjadi mood swing. Kadang suka marah, kadang sedih.

Setelahnya sampai dirumah sakit Zara di bawah masuk ke ruang persalinan. Setelah Alif menghubungi keluarganya dan juga keluarganya Zara. Alif menyusul masuk untuk menemani istrinya.

"Ayo, bu tarik nafas! Keluar kasih dorongan bu." Zara mengikuti intrupsi dokter.

Zara menggenggam tangan Alif. Air matanya mengalir melihat begitu sulitnya Zara demi sang anak.

"Dok, saya gak kuat." Zara begitu lemas.

"Ayo! Bu sebentar lagi akan keluar." Zara mengeluarkan segenap tenaganya.

Oek oek

Setelah perjuangan Zara yang begitu berat akhirnya suara tangisan bayinya terdengar membuat Zara dan juga Alif lega.

"Silahkan pak, bayinya untuk di adzani." Alif pun mengazani anaknya.

"Selamat pak, bu anak kalian pria." Alif tersenyum dan menggendong putranya.

"Sayang,lihatlah putra kita dia sangat tampan sepertiku." ucap Alif membuat Zara tersenyum.

Zara mengelus pipi lembut putranya, benar kata Alif putranya ini memang mirip seperti papanya. Zara sangat bersyukur dengan keluarga kecilnya. Dan lebih bahagia lagi saat sangat putra hadir dalam hidup mereka.

Zara kini telah dipindahkan ke kamar inap. Ia tengah sibuk menatap wajah tenang sang putra yang tengah tertidur.

"Mas, kamu udah ada nama buat anak kita?" Alif seperti tengah berpikir.

"Udah dong, kalo kamu? Kalo kamu udah ada pakek yang dari kamu aja."

"Enggak, kamu aja yang kasih nama kan kamu papanya." Alif tersenyum.

"Langit Alvarez Ardianto. Gimana?"

"Bagus kok, kita kasih nama panggilan langit aja."

Terdengar suara gaduh dari depan kamar Zara dan itu adalah Velly yang sedang menyumpah serapahi entah siapa.

"Lo kenapa sih Vel? Amuk-amuk mulu dah."

"Itu tuh, tadi ada satu suster yang disinisnya minta di gaplok." ujarnya menggebu-gebu.

"Udah lah kenapa sih, namanya juga manusia."

"Aduh sampek lupa jengukin ponakan tante ya siapa namanya?"

"Langit."

"Aduh nih anak cakep amat kayak bapaknya." Zara membalas dengan deheman.

"Emang bener ya kan pak?" Alif membalasnya dengan tawa.

My-Life scenario | END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang