12 | Coklat dan pelukan

69 63 12
                                    

Happy reading 🍁
.
.
.

Hari itu Almi baru saja pulang sekolah "Assalamualaikum, Almi pulang" ucapnya ketika memasuki rumah.

Tak ada satupun orang yang menjawab, Almi pun memilih menghempaskan tubuhnya pada sofa yang ada diruang tengah tersebut.

Seragam putih birunya masih melekat pada tubuhnya. Tangannya ia kipas-kipaskan pada wajah yang terlihat gerah.

Ketika asyik merebahkan diri, tiba-tiba seorang wanita paruh baya keluar dari kamar, sambil menenteng sebuah koper.

"Loh, Bunda mau kemana?" Ucap Almi pada wanita paruh baya yang merupakan Bunda nya itu.

"Bunda mau pergi, kamu disini jagain Ayah ya" jawabnya sambil mengecup kening Almi dan kemudian memeluknya

"Selama Bunda gak ada kamu jaga diri baik-baik ya, belajar yang rajin, jangan nakal, kalau ada apa-apa bilang sama Ayah, kamu pahamkan maksud Bunda?"

"Bunda kenapa sih aneh banget, paling Bunda mau pergi untuk pertemuan bisnis kan, yaudah tenang aja kali, Almi bisa jaga diri kok" jawab Almi

"Oh iyyah tapi Bunda pulangnya kapan?" Tanya Almi melepaskan pelukan Bundanya

"Bunda juga gak tau, tunggu aja ya" ucapnya sambil mengelus pipi Almi sebelum akhirnya pergi.

---

Almi memejamkan matanya ketika mengingat kejadian tiga tahun yang lalu itu. Saat dirinya masih duduk dikelas delapan sekolah menengah pertama.

Saat itu Almi hanya mengira kalau Bundanya akan ada perjalanan bisnis ke luar kota, karena Almi sangat mengetahui kalau Bundanya itu merupakan wanita karier yang selalu sibuk mengurusi bisnisnya.

Almi benar-benar tidak tahu jika kepergian Bundanya itu akan selama ini, meninggalkan dirinya yang penuh dengan tanda tanya besar. Almi sudah beberapa kali menanyakan hal ini kepada Ayahnya, namun bukannya mendapat jawaban, yang Almi dapat justru hanya bentakan tidak jelas.

"Bun udah tiga tahun, kok Bunda belum juga pulang. Padahal Almi masih nunggu kedatangan Bunda" lirih Almi

Sekarang ia sedang merebahkan dirinya di kasur, setelah kejadian pulang sekolah tadi, dimana dirinya ditampar oleh sang Ayah, Almi masih belum keluar-keluar kamar. Bahkan sedari tadi perutnya sudah berbunyi minta diisi, Almi hiraukan begitu saja.

Drrrtt Drtttt

Getaran ponsel membuat Almi mengusap air mata yang entah kapan sudah mengalir dimatanya itu. Kemudian ia pun meraih benda pipih yang terletak disebelahnya, dengan cepat Almi menggeser ikon hijau pada layar ponsel.

"Halo, kak Alka"

"Lo kenapa? habis nangis?"

"Maksudnya?"

"Suara lo"

"Oh" ucap Almi yang baru menyadari kalau suaranya sedikit serak. "Ada apa telepon?" Tanya Almi kemudian

"Gak boleh emang?"

"Gue lagi gak mau diganggu"

"Tapi gue mau ngobrol sama lo, gimana dong?"

"Sorry, gue tutup" jawab Almi cepat, dan langsung memutuskan teleponnya sepihak.

Gadis itu melemparkan ponselnya sembarangan, malam ini dirinya benar-benar tidak ingin diganggu, entah oleh siapapun itu yang jelas Almi hanya ingin sendiri menenangkan hati dan juga pikirannya.

ALMIKA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang