11 | Melankolis

92 75 26
                                    

Happy Reading ❤️
----------

Pagi sekali Almi sudah berada di sekolah, bahkan bibi kantin yang biasa datang paling pagi pun hari ini terkalahkan oleh Almi, dan sepertinya gerbang sekolah juga baru di buka saat dirinya datang.

Belum ada satu pun murid SMA Garuda yang datang kecuali dirinya. Sebenarnya semalam Alka menawarkan untuk berangkat sekolah bersama, namun Almi menolaknya dengan alasan akan diantarkan oleh sopir rumah.

Karena kelas masih dikunci, Almi memilih untuk berdiam diri di kantin. Pagi ini ia terlihat sangat kacau, matanya yang sembab, tangan kiri yang masih menggunakan perban, ditambah lagi lebam di dahinya masih belum pudar.

Almi melipatkan kedua tangannya diatas meja, yang kemudian ia pun menenggelamkan wajahnya dengan bertumpu pada tangan tersebut. Lagi-lagi matanya yang sembab itu mengeluarkan air mata.

"Heyyy." Tegur seseorang

Mendengar itu Almi langsung menghapus air matanya kasar, dan membalikan badannya untuk melihat siapa orang yang menegurnya itu.

Melihat wajah Almi, orang itu langsung menggelakkan tawanya "Bwahahah, muka lo kucel banget Mi, sumpah" ucapnya sambil terus tertawa

"Iiihh Bara kok lo malah ledekkin gue sih." ucap Almi dengan menjambak rambut cowok itu.

"Anjirrr Almi sakit tau." keluh Bara

"Makannya lo jangan bikin gue tambah kesel dong" ucap Almi

"Yaudah deh gue minta maaf, lagian kenapa sih pagi-pagi lo udah nangis kayak gini?" Ucap Bara sambil mengusap sisa-sisa air mata di wajah Almi.

"Eh bentar deh" lanjut Bara, detik berikutnya ia pun meraih rambut Almi dan mengikatnya menjadi satu dengan menggunakan gelang hitam yang selalu ia pakai.

Sebenarnya gelang hitam tersebut memang ikat rambut, namun Bara sudah terbiasa menggunakan dipergelangan tangannya untuk dijadikan gelang. Tapi berbeda dengan hari ini, sekarang benda tersebut sudah menempel di rambut Almi.

"Nah, kalau beginikan lo gak keliatan kucel banget." ucap Bara

Sekarang rambut Almi sudah Bara ikat, meskipun ada beberapa anak rambut yang tersisa, namun setidaknya sekarang penampilan gadis itu sedikit lebih baik.

"Makasih" ucap Almi

"Hm, jadi lo kenapa nangis?" Tanya Bara

"Gue gak nangis kok, tadi itu cuma kelilipan." ucap Almi sekenanya

"Kelilipan pasir berapa truk, sampai mata lo sembab kayak gitu"

"100 truk mungkin, eh emangnya gue kucel banget ya?" Ucap Almi mengalihkan pembicaraan

"Bercanda Mi."
"Mau bagaimana pun lo tetap cantik kok." jawab Bara jujur

"Modus" cibir Almi

"Halahh cewek mah gitu mulu, dikatain jelek malah ngamuk, giliran dibilang cantik jawabnya modus, bingung gue"

"Hahaha namanya juga cewek"

"Daripada lo nangis-nangis gak jelas mendingan lo ikut gue yuk?" Ajak Bara yang ditanggapi kerutan alis Almi, pertanda bertanya kemana Bara akan mengajaknya.

"Udah ikut aja dulu, nanti juga lo bakal tau" Ucap Bara yang langsung menarik tangan Almi membawanya keluar kantin.

Mereka mulai berjalan melewati kolidor, terlihat sudah ada beberapa murid yang mulai berdatangan mengingat waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh.

"Eeeh Sil, nitip tas gue dong" ucap Almi ketika berpapasan dengan salah satu teman sekelasnya.

Gadis bernama Silvi itu hanya mengangguk, dan segera menerima tas yang Almi sodorkan, setelah itu ia pun pergi begitu saja.

ALMIKA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang