Aiza Story || 17. Luka

34 9 0
                                    

Happy Reading...

°°°°°°°°
Di sepanjang jalan Aiza tak mengeluarkan suara apapun begitu pula dengan Azril, ia memilih membungkam. Angin sepoi-sepoi membuat rambut Aiza menjadi sedikit berantakan.

Di atas motor sport milik Azril, mereka berdua duduk dengan penghalang tas Azril yang ada di belakang punggungnya.

Tiba tiba seekor kucing melintas di depan motor sport dengan cepat Azril mengerem.

Citttt...

Sontak tangan Aiza melingkar di pinggang Azril.

"Aduh." Aiza meringis karena kepalanya mengenai helm Azril.

"Pelan pelan dong, jangan ngerem mendadak." ucap Aiza belum menyadari tangannya berada di pinggang Azril.

"Iya." ucap Azril dengan singkat. Azril merasakan ada sebuah tangan melingkar di pinggangnya dan dia tau siapa pemilik tangan tersebut. Siapa lagi kalo bukan Aiza.

"Ehemm." Azril berdehem. Aiza langsung menyadari jika tangannya berada di pinggang Azril.

"Eh sorry." ucap Aiza. Ingin rasanya Aiza menghilang dari sini. Ia sangat malu.

Azril lalu menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Disepanjang jalan Aiza melihat apotek, sontak ia memangil Azril.

"Kak stop!" ucap Aiza mendadak, Azril pun mengerem mendadak juga. Untung saja tidak ada motor dibelakang nya.

"Kenapa!" Azril mengeram kesal.

"Gw mau ke apotek dulu kak, sebentar." desak Aiza lalu turun dari motor, ia memasuki apotek tersebut.

Azril memandang Aiza dengan bingung, mengedikkan bahunya. Ia meminggirkan motornya sambil menunggu Aiza.

Tak butuh waktu lama, Aiza keluar dari Apotek dengan tangannya membawa plastik kresek yang berisi obat obatan.

"Lama." tutur Azril dengan tangan di lipat di dadanya.

"Iya maaf, sini." pinta Aiza menarik tangan Azril.

"Duduk, gw pengen obatin luka lu dulu." ungkap Aiza sambil mengeluarkan obatnya. Azril pun mengikuti ucapan Aiza untuk duduk.

Dengan pelan Aiza mengobati sudut bibir Azril, Aiza tak mendengar ringisan Azril. Lalu ia dengan cepat mengobati lukanya.

"Selesai." pinta Aiza lalu membereskan obatnya.

"Thank's"

"Iya, sama sama. Ayo pulang." Azril lalu menganggukan kepala.

Sampai di rumah Aiza, Aiza turun dari motornya dan mengucapkan makasih kepada Azril.

"Hmm... Makasih kak." ujar Aiza.

"Sama sama, gw cabut."

"Hati hati." Aiza sudah tak melihat motor Azril. Aiza membalikkan badannya lalu ia mengetok pintu rumah.

Tokk... Tokk...

Clek...

"Aiza, bunda khawatir tau sayang." tiba tiba Bunda memeluk Aiza dengan erat. Aiza kaget namun ia membalas pelukan dari bundanya. Sudah lama Aiza tak pernah merasakan pelukan hangat.

"Aizaaaa." teriak Syila dari meja makan.

"Kamu kok baru datang?" tanya Syila.

"Tadi ngobrol dulu sama Mila, jadi lama." jawab Aiza sedikit bohong. Ia tak mau Syila atau Bundanya tau kalo dia tadi di cegat preman.

"Kirain aku, kamu pergi lagi." bisik Syila.

Aiza hanya membalas dengan gelengan.

"Aiza mau mandi dulu ya bun." ujar Aiza.

"Ah... Iya habis itu turun ya kita makan bersama." sahut Bunda.

Aiza sedang menaiki tangga namun ia berpapasan dengan Ayahnya. Ia langsung menundukan kepalanya dan berjalan langsung.

Tak butuh waktu lama, Aiza turun memakai piyama putih membuat Aiza terlihat imut. Aiza lalu bergabung ke meja makan.

🐻🐻🐻


Setelah anter Aiza pulang,  Azril  langsung pulang ke rumah biasanya Azril nongkrong dulu bareng temen tapi sekarang enggak. Wajah Azril luka jadi Azril enggak nongkrong dulu.

Sampai di rumah, azril di sambut sama teriakan Bunda malah bikin kepala Azril pusing.

"Astagfirullah Azril kamu kenapa Ya Allah." teriak Bunda sambil memegang luka di wajah Azril.

"Azril capek bun." ucap Azril langsung masuk ke dalam kamar tanpa melihat ekspresi Bunda.

"AZRIL KAMU NI YA BUNDA KHAWATIR TAU, CEPET MANDI NANTI BUNDA ANTERIN MAKANAN." pekik Bunda. Azril langsung merebahkan badannya di kasur yang empuk.

"Aish... Nanti kalo Bunda masuk gw belum mandi pasti diomelin." dengan cepat Azril masuk ke kamar mandi.

Butuh waktu lama Azril mandi kira kira 30 menit lah. Selesai mandi Azril memakai baju hitam polos dan celana pendek.

Azril memilih duduk di balkon kamarnya.

"Huftt... Aiza." Entahlah kenapa Azril mikirin Aiza, mungkin karna Azril merasa bersalah ke Aiza waktu di kantin.

Sebenarnya Azril pengen minta maaf ke Aiza tapi Azril malu. Ia juga sadar kalo perkataan tadi di kantin nyakitin hati Aiza.

Clekk...
Pintu terbuka tampak wanita paru baya yang cantik nan anggun sambil membawa nampan yang berisi makanan untuk anaknya.

Bunda Azril meletakkan nampan tersebut diatas meja belajar lalu berjalan ke arah Azril.

Azril merasa ada tepuka di pundaknya. Azril lalu membalikkan badannya, ia menemukan Bundanya yang ia sayangi sedang tersenyum kepadanya.

"Kamu makan dulu gih, Bunda takut kamu sakit." ucap Bunda yang dibalas anggukan oleh Azril.

Di sela sela makan. "Kamu habis tawuran?" tanya Bunda.

"Enggak bun." jawab Azril.

"Terus ini kenapa luka kaya gini, kamu jangan bikin Bunda khawatir dong." kata Bunda sambil memukul pelan tangan anaknya.

"Azril, tadi nyelametin cewe bun dari preman." tutur Azril.

"Hah?! Terus cewe yang kamu selametin gapapa kan?" tanya Bunda dengan nada khawatir.

"Gapapa bun." jawab Azril dengan bohong. Ia juga tak tau apakah Aiza terluka atau tidak.

"Ohh gitu, btw nama cewe yang kamu selametin siapa? Bunda penasaran." ujar Bunda.

"Aiza." ucap Azril dengan nada dingin.

"Aiza, nama yang bagus. Cantik dong pasti orangnya." goda Bunda sambil menyenggol Azril.

"Sama kaya cewe pada umumnya."

"Dih kok gitu sih." celetuk Bunda.

"Udah ah Bunda mau nyamperin Ayah kamu dulu, kalo udah selasai taro di dapur." pinta Bunda meninggalkan kamar Azril.

"Iya."

🐻🐻🐻

Jangan lupa vote dan komen...
Typo bertebaran!!
Maaf kalo engga nyambung😊

Aiza Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang