[13. Stay Halal Brader!]
.
.
."Segala bentuk kenangan akan tersusun indah dalam ingatan."
-Untuk ARKAN.•••
Hari Senin adalah hari di mana Clara akan menghadapi ujian pertama yakni try out. Sampai pada beberapa hari yang akan mendatang. Tentunya didampingi Arkan, pemuda itu menemani Clara belajar dari jam 8 malam sampai jam setengah sepuluh, menghadapi hal begini bukan hal mudah. Arkan harus sabar, sabar dan sabar. Clara suka tidak fokus, contohnya sudah dijelaskan materi ini beberapa kali Clara masih tidak paham, sampai pada akhirnya Clara ketiduran saat Arkan sedang menjelaskan satu soal.
Clara bersenandung pelan berjalan di koridor kelas sambil mengunyah coklat dalam mulut. Pagi ini terlihat hanya ada satu angkatannya yang pergi sekolah sedangkan adik kelas belajar di rumah.
"Tuh, Ara." Tunjuk seorang menepuk pundak temanya."Dia aja coba, gue gak bisa dan gak mau!"
"Mungkin Ara mau," kata teman yang lain beropini dan mereka yang ada di kelas berharap banyak pada Clara.
"Masa?"
"Dih." Kedua siswa dan siswi yang sedang berdebat itu berjalan mendekati Clara. Adalah jalan terakhir, soalnya teman satu kelas mereka semua hampir isinya pemalas.
"Apa?" tanya Clara dengan tampang polos.
Rayhan dan Alia saling menyenggol bahu, Alia merampas kertas dari tangan Rayhan dan menyerahkan pada Clara.
Gadis kuncir kuda itu membulatkan kedua matanya setelah membaca kertas tersebut. "Terus kenapa nama aku yang di bawa-bawa?" tanya Clara lagi tidak paham.
Rayhan berdehem sebentar. "Lo tau? Kalau gak ada perwakilan dari kelas kita..." Rayhan menjeda ucapannya. "Kemungkinan besar kita gak akan lulus," lanjutnya lemas.
Mengingat kembali ucapan Bu Ambar - wali kelas yang mengancam kemaren pulang sekolah agar secepat mungkin menghantarkan nama siswa-siswi untuk diikutsertakan dalam "Perpisahan kelas IX Angkatan 31".
Rayhan menjelaskan semuanya pada Clara, pak Fandi yang membuat ide gila seperti ini membuat pentas drama dengan konsep yang berbeda. Bukan kelas VII atau kelas VIII tapi kelas IX sendiri yang akan berperan.
"Lo tau kisah cinderella kan, Ra?" Clara mengangguk, cerita itu sering dibaca Arkan sebagai dongeng penghantar tidurnya. Dan ia suka sekali dengan cerita itu.
Dimana disaat-saat Cinderella akan di hujung kematian, berkat ciuman seorang pangeran membuat Cinderella kembali hidup.
"Lo berperan sebagai Cinderella, Ra!" pekik Alia senang, tapi disisi lain ia menginginkan posisi Clara.
"Kenapa aku?" Raut wajah Clara tampak akan menolak, tidak! Clara tidak sudi bibirnya ternodai.
"Ya, cuma itu yang ada lagi, selain itu semuanya udah penuh," gemes Alia.
"Yang jadi pangerannya?" tanya Clara.
"Sean," jawab Rayhan membuat Clara tersentak pelan. Alia mengangguk setuju.
"Tenang aja Ra, bagian ciumannya cuma di pipi kok," ujar Rayhan yang diangguki oleh Alia.
"Kenapa gak Alia aja?" Clara menunjuk Alia dengan dagunya.
Alia melengkungkan bibir. Seharusnya ia yang ada diposisi Clara, Alia menginginkan itu, ia ingin deket sama Sean tapi ada sesuatu yang menjadi penghalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Arkan [SELESAI]
Teen FictionArkan adalah dunianya Clara. Tanpa Arkan, dunia Clara tidak bisa berputar seperti semestinya. Dia Arkan, Arkan Adhitama adalah seorang pelajar SMA ter-obsesi menjadi pemenang. Hanya untuk satu nama, Papa. Arkan tidak peduli dengan penyakit yang mula...