U A || 016

1.5K 161 17
                                    

[16 :  Melawan Ego]

.
.
.

"Hidup di dunia, bukan perkara
perlombaan siapa cepat dia dapat."

gess, ayok bantu 100K Untuk Arkan :D
boleh bantu rekomendasi ke siapapun, bisa? hehe

•••

"Hukuman kalian semua selesai," kata Arkan menghentikan perdebatan kelima cowok itu.

"Alhamdulillah Ya Allah." Zidan mengusap wajahnya.

"Ar?"

"Apaan Ndra? Mau ditambah hukuman lo?" tanya Arkan.

Indra menggeleng cepat, bukan itu...

"Bukan."

"Hidung lo kenapa berdarah?" tanya Indra membuat Arkan sontak menyentuh hidungnya, benar. Kali ini darahnya pekat, lebih banyak dari biasanya.

"Kalian punya tisu gak?!" tanya Indra kepada para sahabatnya. Pemuda itu mendadak panik dan takut melihat darah yang terus keluar dari hidung Arkan.

"Ada, nih." Fadel maju memberikan tisu putih kepada Indra. Kebetulan, Fadel menyimpan tissue kemanapun ia pergi.

"Thanks."

"Yoi bro."

Arkan mengelap darah dari hidungnya menggunakan tisu yang diberikan Indra. Ia menghela nafas panjang sembari bertanya dalam hati. Ada apa dan kenapa?

"Lo sakit?" tanya Indra, sontak Arkan terdiam lalu menggeleng pelan menatap noda darah di tangannya.

"Gue cuma kecapean," jawab Arkan sembari terkekeh. Ia yakin, tidak lebih.

"Ada yang bilang gitu besoknya mati!" geram Indra. Bagaimana Arkan bisa berkata sesantai itu? Wajah pusat pasi, bibirnya menghitam lebih tepat mirip mayat hidup.

"Gue serius."

Arkan membuang tissue, untunglah darah tidak keluar lagi. Tapi, kepalanya sedikit pusing. "Tisunya nanti gue ganti, lima menit lagi bel istirahat bunyi, gue udah nitip tugas ke lo 'kan? Jangan lupa di share ke grup kelas kalian," pesan Arkan tersenyum menandakan ia baik-baik saja.

"Gak usah lo ganti gapapa gue ikhlas," celetuk Fadel berkacak pinggang.

"Oke thanks." Arkan memilih berjalan menuju ke kantor guru.

Indra tidak tinggal diam, cowok itu mengejar Arkan menarik pundak Arkan dengan tidak santai

"Lo beneran Arkan?" tanya Indra memicingkan mata. Berbeda, ia merasa itu.

Ha?

"Iya gue beneran Arkan." jawab Arkan serius.

"Bohong dosa bego," maki Indra. Ia lagi melihat ada sesuatu yang Arkan sembunyikan

"Ngapain gue bohong? Aneh lo!"

"Arkan gak kek gini." Pemuda itu lagi berusaha mencari kebohongan di mata Arkan.

"Maksud lo?"

Untuk Arkan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang