U A || 040

1.3K 97 7
                                    

[40 : PENGECUT]

.
.
.

"Teman terdekatmu bisa menjadi musuh terbesarmu. Hati-hati lah!"
-

••

"Pagi, Araku," sapa seorang cowok yang sama menawarkan tumpangan kemaren pada Clara.

"Pagi kak??" Gadis itu memicing mata lupa nama cowok di depannya sekarang. Lupa-lupa ingat, padahal belum sampai tiga hari, sudah lupa saja.

"Damian," sebut Damian.

Clara menyengir kuda. "Iya, maaf aku lupa."

"It's okey no problem, cantik." Damian berjalan beriringan di samping Clara. "Hari ini ujian?" tanya Damian menoleh sebentar.

"Enggak, ini Ara mau pulang habis ambil nomor kartu ujian," jawan Clara memperlihatkan kertas pada Damian.

"Semangat, ya!" Damian mengepalkan kedua tangannya di udara. "Gimana kita makan bareng? Aku yang traktir," ajak Damian. Clara mendadak ingat ucapan Arkan kemaren yang melarang dirinya tidak sembarangan menolak ajakan orang asing, karena sifat baik seseorang belum tentu tulus pasti ada maksud lain di dalamnya.

Tidak enak juga menolak ajakan Damian karena sudah membantunya dengan mengantarkan pulang.

"Hei, kok ngelamun? Gimana, mau gak?" tanya Damian menaikkan sebelah alisnya. "Kalau kamu nolak, gapapa."

"Iya, aku mau." Clara menjawab cepat.

"ARA TUNGGU JANGAN PERGI DULU!!" teriak Alia sekuat tenaga dari kejauhan menambah kecepatan laju larinya. Clara membalikkan tubuhnya 180°

"Sebentar, gue atur nafas dulu." Alia membungkukkan badannya dan mengatur nafas beberapa kali.

"Siapa suruh lari-lari," dumel Clara.

Setelah dirasa nafasnya normal Alia menegakkan tubuhnya. "Cowok di samping lo siapa?" tanya Alia kepo dengan nada pelan.

"Dia ... Kak Damian."

Alia mangut-mangut berdehem pelan. "Ganteng weh, lo dapet darimana?"

"Gak tau, kamu kesini cuma nanya itu?" Alia menggeleng.

"Gue mau ajak lo pulang bareng, mau?" Clara jadi ragu sekarang tapi ia sudah duluan mengiyakan ajakan Damian, tak mungkin ia batalkan.

"Aku pulangnya sama kak Damian," kata Clara menolak halus.

"Oke gapapa, semoga lancar," goda Alia menaik turunkan alisnya menyenggol pelan bahu Clara, sebelum Clara menyerang balik Alia lebih dulu melenggang pergi dengan tawa terbahak-bahak.

"Yang tadi temen kamu?" tanya Damian.

"Sahabat lebih tepatnya."

"Oh gitu, ayok." Damian menggenggam sebelah tangan Clara. Yang ditarik pun terkaget atas tindakan Damian barusan namun sebisa mungkin Clara menutupi rasa keterkejutannya.

Seperti biasa, Damian membawa mobil berwarna silver. Di dalamnya Clara duduk gelisah tidak tenang melihat Damian menyetir sambil memainkan ponsel.

Untuk Arkan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang