U A || 047

1.5K 98 0
                                    

[47 : Arah Yang Tak Sama]

.
.
.

"Masalah langsung menabrak dan menghancurkan semua impianku. Semua begitu cepat terjadi bagaikan angin lalu dan meninggalkan puing-puing luka."

•••

"Bi Siti?"

Bi Siti menghentikan pergerakannya yang sedang menyapu, Clara berjalan sambil melirik sekeliling ruangan dalam kamar Arkan. Sudah lebih satu bulan ditinggal pergi sama pemiliknya.

"Iya kenapa non?" sahut Bi Siti.

Mata Clara membulat seketika melihat banyak puntung rokok di dekat sapu yang dipegang Bi Siti.

"B-bibi bersihin kamar bang Arkan?" tanya Clara menyelidik.

"Iya non."

Kening Clara mengerut. "Lah, kok?" Herannya mengerutkan kning.

Karena sebelumnya Arkan pernah melarang Bi Siti untuk membersihkan kamar ini. Kamar bernuansa berwarna abu-abu sudah kosong sekarang hanya ada kasur dan meja belajar.

"Tuan Brama yang menyuruh bibi untuk bersihin kamar nya den Arkan," jawab Bi Siti.

"Papa?"

"Iya non."

Clara menyingkir memberikan ruang untuk Bi Siti melanjutkan pekerjaan menyapunya. Melangkahkan kaki masuk ke kamar Arkan setelah Bi Siti selesai menyapu. Menuju ke tempat biasa dimana Arkan belajar, keningnya mengerut melihat beberapa buku big boss tertinggal.

Karena kepo tingkat dewa, Clara membongkar semua buku milik Arkan sampai satu buku berwarna merah hitam jatuh ke lantai.

Nama : Arkan Adhitama
Kelas : XI. IPA¹
Mapel : Kimia Catatan

Tangan Clara bergerak mengambil buku tersebut dan membuka halaman demi halaman yang terisi coretan tulisan dari tangan Arkan.

Sampai buku berisi 40 halaman jatuh ke halaman terakhir.

Deg

Clara membaca deretan-deretan kalimat yang tertulis rapi tersebut dengan mata berkaca-kaca.

Isinya tentang curhatan Arkan?

Jadi?

"Abang akan lakuin apapun, sekalipun nyawa abang berikan untuk kamu, kamu harus bahagia."

Arkan terlalu apik menyembunyikan luka dengan tawanya, Clara menggeleng pelan.

"ABANG!!!" erangnya berteriak.

Kenapa ia baru tahu sekarang, Arkan menderita penyakit mematikan. Mereka semua menyembunyikan darinya tentang Arkan.

"Abang gak sakit, Ra."

"Abang kecapean doang."

Bahu Clara bergetar hebat, kepalanya menunduk.

Untuk Arkan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang