U A || 031

1.2K 117 3
                                    

[31 : Terbongkar]

.
.
.

"Namanya juga bangkai, serapat apapun ditutup akan tercium juga baunya. Sama seperti halnya rahasia."
-

•••

"Makasih udah nolongin gue, eum ... maaf gue lancang tadi," cicit Della, entah dapat keberanian dari mana ia merangkul mesra lengan Arkan tadi.

"Gakpapa." Arkan berkata sambil menyentuh sudut bibirnya. Perih juga karena ulah Dion meninju rahangnya.

"Mau diobatin gak?" tawar Della.

Arkan menggeleng. "Gak usah, ini gak sakit."

Della mengangguk paham. "Sekali lagi makasih, ya, Ar." Rasa malu hingga dihati Della, lancang sekali rasanya kalau tiak begitu mungkin Dion berperilaku kasar lagi.

Arkan tersenyum sebagai respon. "Pulang sama siapa? Mau dianter gak?"

"Gue naik angkot." Della menggelng tidak mau merepotkan Arkan, cukup yang tadi saja.

Ting

Arkan merogoh saku celana mengambil benda pipih, layar hp yang menampakkan fotonya bersama Clara menyala menampilkan notifikasi pesan dari WhatsApp.

Bibirnya tertarik setelah membaca pesan dari seseorang. Ia tidak menyangka pesannya akan dibaca dan dibalas secepat kilat.

Rizky Mahardika
Ara dalam bahaya! Cepat datang ke markas.

Arkan menyimpan kembali hpnya, menatap Della yang juga menatapnya heran.

"Gue duluan," ucap Arkan datar. Pesan dari Iky sungguh membuat perasannya tidak enak.

Della mengangguk. "Iya hati-hati Ar," kata Della menjawab, melihat Arkan menyalakan mesin motor.

Kemudian meninggalkan parkiran sekolah, Della bernafas lega saat Arkan membantunya menjauh dari Dion. Della melangkahkan kakinya menuju halte bus.

Satu bulan yang lalu, tepatnya olimpiade Dion mohon-mohon balikan, sikapnya lembut dan sangat romantis, hari ini cowok itu memperlihatkan sifat sesungguhnya. Dion menjelma seperti malaikat berwujud Iblis.

Della menyentuh pipi kanannya, pagi tadi ia sempat adu mulut dengan Dion memaksa bolos sekolah. Della tentu tidak mau ikut, berakhir Della duluan menampar pipi Dion karena bersikap kurang ajar padanya. Namun, Dion tidak segan-segan membalas balik tamparan Della.

"Gue benci lo, Dion," desis Della tajam. Mantan? Bahkan Della tidak sudi mengakui Dion sebagai mantan kekasihnya. Della membenci Dion itu terbukti saat kedatangan cowok itu tiba-tiba yang pernah meninggalkannya tanpa ada sedikit kata atau mengucapkan kata putus.

Sebuah bus dari arah kiri berhenti tepat dihadapan Della. Cewek itupun segera masuk kedalam bus.

Di sisi lain, Arkan mengendarai motornya dengan kecepatan diata rata-rata, siang menjelang sore jalanan raya belum terlalu dipadati kendaraan beroda dua maupun beroda empat.

30 menit di perjalanan lamanya, kini Arkan sampai di depan pintu markas kecil, melepaskan helm dari kepala dan meletakkan di stang motor.

Untuk Arkan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang