U A || 033

1.3K 132 6
                                    

[33. Sebuah Fakta Mengejutkan]

.
.
.

"Karena separuh aku dirimu."
-

•••

Seluruh keluarga Adhitama kecuali Sean berkumpul di ruang keluarga, Arkan baru pertama kali bergabung jadi merasa sedikit canggung. Aurora terus menempel padanya membuat Arkan gemas sendiri melihat tingkah manja anak kecil itu.

Singkatnya, Gavin dan Rosa adalah sepasang suami istri yang memiliki tiga anak diantaranya Arkan, Sean, dan Aurora. Mereka kehilangan seorang anak tepat 17 tahun yang lalu karena sebuah insiden.

Flashback on

Dari luar ruangan seorang pria menyandarkan kepalanya di dinding. Tepat hari ini istrinya melahirkan anak pertama mereka tentu ia sangat senang dan bahagia, disisi lain musibah besar menimpa perusahannya.

Perusahaan Adhitama mengalami kebangkrutan karena hutang yang menumpuk. Ia bingung bagaimana cara menafkahi anak dan istri untuk kedepannya sedangkan ia tak punya apa-apa lagi bahkan rumah, mobil disita tanpa sepengetahuan istrinya. Ia tidak punya uang simpanan lagi.

"Oeek oeekk oeekk." Terdengar suara tangis bayi baru lahir dari dalam ruang. Pria itu menghela nafas lega sekaligus bersyukur.

Kenapa disaat kebahagiaan datang musibah ikutan menyelip. Apakah Tuhan sedang membolak-balikan hati hambanya?

Pria itu membalikkan tubuhnya hendak mendorong pintu tapi tangan seseorang membuat ia terdiam.

"Perusahaan kamu bangkrut?" Sontak Pria itu membalikkan badannya.

Terlihat sahabatnya juga tampak sama sepertinya terlihat dari raut wajah kusut dan rambut berantakan.

Gavin diam, berarti tandanya iya.

"Says bisa bantu," ujar Brama tersenyum misterius.

Kedua mata Gavin membulat sempurna, Tuhan memberikannya kesempatan.

"Benarkah?" Brama mengangguk.

"Satu syarat dan perusahaan serta harta akan kembali ke tangan kamu."

Kedua alis Gavin menyatu, tanpa pertimbangan sama sekali. Gavin mengangguk setuju sebelum Brama mengatakan syarat yang akan ia berikan.

"Anak yang baru lahir itu untuk saya sebagai gantinya, ya, saya bilang tadi."

Damn it!

Seperti tersambar petir disiang bolong hati Gavin hancur berkeping-keping.

"Ada persyaratan yang lain?" ucap Gavin menawar.

Bram menggeleng. "Kamu sudah setuju.dan salah kamu setuju duluan sebelum mengatakan apa persyaratan yang akan saya berikan," Brama berkata formal.

Gavin mengangguk lemah, tidak apa-apa untuk kali ini ia akan mengorbankan anak pertamanya. Gavin terlanjur setuju.

Brama tersenyum puas, hari ini ia akan mempunyai seorang anak walaupun bukan kandung, sebenarnya Hanna - Istrinya divonis tidak bisa memiliki anak membuat Hanna depresi dan semoga saja dengan kedatangan anak Gavin di dalam hidup Hanna dan dirinya, Tuhan memberikan keajaibannya sehingga Hanna bisa mempunyai anak suatu hari nanti.

Untuk Arkan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang