Embun pagi menemani Jimin di parkiran luas nan sepi ini. Wajar saja jika parkiran sepi, karena sekolah baru akan dimulai pada pukul 08.00 pagi dan saat ini waktu baru menunjukkan pukul 06.30 tapi batang hidung jimin sudah terpampang jelas di sekolah elite ini. Jimin memang selalu tepat waktu, atau bahkan bisa di bilang jika ia selalu datang terlalu cepat. Ini sudah menjadi kebiasaan yang sulit di ubah untuk jimin, dirinya selalu berusaha untuk tidak datang terlambat baik untuk sekolah ataupun janji temu lainnya.
Jimin kemudian melangkahkan kakinya, melihat - lihat sekolah yang selalu ia kagumi keindahan bangunan serta interiornya. Gedung sekolah berlantai 4 dengan cat berwarna dasar abu-abu dan jendela-jendela besar menghiasi disetiap kelas. Juga lapangan berumput hijau yang tak kalah luas dengan parkiran sekolah, dan jangan lupakan lapangan indoor yang biasanya digunakan siswa/i untuk bermain olahraga basket. Sekolah ini memang bagus, namun sangat disayangkan, sistem yang mengatur sekolah sama sekali tak dapat disamakan dengan indahnya bangunan sekolah. Terlalu banyak diskriminasi yang sekolah ini berikan kepada murid-murid yang tidak begitu kaya. Hal itu lah yang menyebabkan banyak murid merasa kecewa dan menyesal karna sudah memilih sekolah ini untuk melanjutkan pendidikan. Tapi tidak dengan Jimin. Ia tak terlalu memperdulikan perlakuan diskriminatif yang telah sekolah ini berikan. Menurutnya, dengan masuk ke sekolah impiannya ini saja sudah membuat ia merasa bahagia.
Tanpa terasa sudah 30 menit lebih Jimin mengelilingi sekolah. Parkiran yang awalnya kosongpun sekarang sudah mulai terisi oleh mobil - mobil mewah milik para murid yang telah legal dan sudah memiliki surat izin mengemudi. Karna sudah semakin banyak murid yang hadir, Jimin pun memutuskan untuk pergi ke kelasnya yang berada di lantai 2. Tak lupa ia menyapa dan tersenyum kepada orang - orang yang ia kenal dan balik mengenalnya. Hingga di tengah perjalan, ia bertemu dengan dua senior nya yang telah berkelahi dengan Jungkook.
"Sunbaes!!" Sapa Jimin kepada senior-seniornya.
"Hai Jimin, ada apa?"
"Namjoon Sunbae, aku ingin meminta maaf atas nama Jungkook" ucap Jimin. Ia tak ingin Jungkook mendapatkan masalah karna telah mencari gara-gara dengan kedua anak pemilik sekolah.
"Jungkook? anak baru yang berani menonjokku itu?"
"Neee Sunbaenim" Padahal bukan Jimin yang melakukannya, tapi malah ia lah yang paling merasa bersalah saat ini.
"Waahhhh... apa dia juga mencari gara-gara dengan mu Joon?" Tanya Seokjin kepada Namjoon, adik tirinya.
"Neee hyung. Sebenarnya dia tidak mencari gara-gara denganku, tapi dia telah melukai Hoseok. Jadi aku tidak akan tinggal diam" Jelas Namjoon. Jika saja yang Jungkook lukai itu adalah dirinya, dan bukannya Hoseok, mungkin Namjoon tidak akan semarah itu.
"Hah? Hoseok? Siapa dia?" Bingung Seokjin. Sepertinya ia tak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Dan ini adalah pertama kalinya Namjoon mengucapkan nama asing tersebut. Dan kenapa juga Namjoon harus bertengkar dengan Jungkook hanya karna anak baru itu melukai seseorang yang bernama Hoseok? ini aneh. Jangan - jangan....
Namjoon mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Bodoh!! Sekali lagi ia telah mengucapkan hal yang seharusnya tak ia katakan. Ini adalah yang kedua kalinya Namjoon tak berhati - hati dalam berbicara. Apalagi yang sedang bersamanya saat ini adalah kakak tirinya, dan bukan orang lain. Jika sebelumnya ia tak keberatan jika Jimin tau tentang hubungannya, lain hal dengan yang satu ini. Ia tak mungkin mengatakan kepada Hyung nya jika ia telah berpacaran dengan seorang laki-laki. Namjoon tak tau apakah Seokjin akan bisa menerimanya atau tidak.
"Eo? Sunbae, kau tak tau?" Heran Jimin. Ia sampai mengerjapkan matanya berkali - kali sebab Seokjin yang merupakan seorang kakak dari Namjoon, sama sekali tak tau tentang hubungan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sosiopat | Kookmin [✓]
FanfictionSosiopat? Tentu saja tidak. Jungkook, laki-laki yang selalu bersikap dan berperilaku kasar itu hanya menginginkan sedikit atensi. Ia tak ingin terus menerus merasa terbuang oleh orang-orang yang ia sayang. Hingga ia pun bertemu dengan sesosok manus...