Di dalam bus yang sepi penumpang ini, Jimin terduduk di kursi pojok. Matanya mengarah keluar jendela yang memperlihatkan semua orang berlalu lalang melakukan aktivitasnya masing-masing, gedung-gedung tinggi bertengger apik di jalanan kota, dan kendaraan roda empat yang memenuhi jalan. Dengan hanya melihat hal tersebut, sudah mampu menenangkan hati Jimin. Kekhawatiran dan keresahannya hilang seketika. Sekarang hatinya jadi sangat tentram.
Bus berhenti di tempat pemberhentian, Jimin pun bergegas untuk turun. Ia lalu berjalan terpincang menyusuri trotoar dan sampai di sebuah apartemen murah yang ia tinggali saat ini. Apartemen itu mungkin lebih tepat jika disebut sebagai rumah susun karna fasilitas yang disediakan sangat jauh dari kata layak. Walaupun begitu, Jimin tetap bersyukur memilikinya sebagai tempat berlindung.
Jimin memang bukan orang berada. Ia hanya seorang yatim piatu yang memiliki tekad dan semangat yang tinggi untuk mengubah nasibnya.
Sejak kecil dulu, ia tinggal di sebuah panti asuhan kasih bunda. Saat ia telah lulus dari bangku sekolah menengah pertama, ia memutuskan untuk cuti sekolah selama dua tahun dan memilih untuk bekerja. Kemudian uang hasil jerih payahnya itu ia tabung untuk membeli apartemen murah ini dan membiayai bayaran sekolah elite impiannya. Merasa mampu untuk membiayai hidupnya sehari-hari, Jimin pun memutuskan untuk keluar dari panti asuhan dan hidup sendiri di apartemennya."Awwww... Ish kenapa kakiku masih sakit saja" Jimin merasakan sakit saat ia mencoba untuk duduk di sofa. Kemudian ia mengurut-urutkan pergelangan kakinya yang terkilir akibat dorongan Jungkook siang tadi.
Ting...
Notifikasi ponselnya berbunyi. Jimin pun mengecek ponselnya untuk melihat siapa dan apa isi pesan tersebut. Kemudian sebuah nama yang tertera jelas disana langsung membuat senyum Jimin mengembang.Ma luv 💜
Jiminah... aku dengar kau terluka karna di dorong oleh anak baru. Kau tak apa-apa?Jimin
Aku tak apa, hanya sedikit sakit saja :)Ma luv 💜
Kau yakin?Jimin
Iya sayang -_Ma luv 💜
Kau ingin aku ke rumahmu?Jimin
Tak perlu, aku baik-baik sajaMa luv 💜
Aku sangat khawatir padamu :'(Jimin
Kau sangat berlebihan OvOMa luv 💜
Itu karna aku mencintaimu Jimin... -_Jimin
Avv :) sudah lah aku ingin bersiap-siap untuk bekerjaMa luv 💜
Tak bisakah kau mengambil libur sehari? Kau sedang terluka jiminah...Jimin
Tidak bisa, lagipula aku hanya terluka sedikit sajaMa luv 💜
Huft yasudahlah. Tetap berhati-hati*********
Jimin masuk kedalam sebuah mini market di dekat apartemennya. Mini market tempat ia bekerja paru waktu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia kemudian menuju ke kasir dimana seorang laki-laki yang lebih tua setahun darinya telah bersiap untuk tukar shift dengannya."Jimin kenapa kau lama sekali?" Tanya Suga, partner paru waktu Jimin.
"Mianhae Hyung. Kaki ku terluka jadi jalan ku terhambat"
"Owhh baiklah. Kalo begitu aku pergi ya? Jangan lupa obati kakimu" tanya Suga lagi.
"Iya Hyung"
Sepeninggalan Suga, Jimin kemudian menuju ke tempatnya. Ia memakai rompi kerja miliknya dan mulai membereskan pembukuan sambil menunggu pengunjung datang untuk berbelanja.
Tak lama kemudian, seseorang masuk kedalam mini market tersebut. Ia langsung bergerak menuju ke rak yang berisi makanan instan. Kemudian mengambil dua buah gimbab segitiga dan sebotol Soju. Setelah itu, ia berjalan ke arah kasir. Namun langkahnya sempat terhenti sejenak setelah melihat seseorang di balik kasir yang tengah asik mengotak-atik komputer di depannya.
Sesampainya di kasir, pria itu meletakkan belanjaannya di atas meja. Kemudian matanya langsung berpandangan dengan manik mata milik Jimin.
"Eo, Jungkookah. Annyeong... Kau tinggal di dekat sini?" Sapa Jimin. Namun laki-laki yang disebut Jungkook tadi tak berniat untuk menjawab sapaannya. Jimin pun tak menghiraukan dan melanjutkan kegiatannya. Tapi, pemandangan yang ada di hadapannya saat ini membuat Jimin terbelalak kaget. Sebotol Soju yang seharusnya tak boleh diperjualbelikan kepada anak di bawah umur telah terpampang di meja kasir tempatnya. Dan Jungkook lah yang membawanya.
"Kau tak boleh membeli ini Jungkook. Kau masih di bawah umur" tegur Jimin. Jangankan Jungkook, Jimin saja masih belum di perbolehkan untuk meminumnya karna mereka masih di bawah umur. Hanya orang-orang yang berumur 20 tahun keatas yang boleh meminumnya.
"Kau hanya perlu menutup mulut, dan aku akan memberikan uangnya 2x lipat" pinta Jungkook.
"Tidak! Kau tetap tak boleh membelinya"
"Yakk!! Ikuti saja perintahku" rahang Jungkook mengeras. Dimana-mana selalu saja ada orang yang mengajaknya untuk berkelahi. Tidak di sekolah, di jalan, di rumah, bahkan di mini market seperti ini pun ada. Sangat memuakkan.
"Tidak boleh Jungkook...." Jimin lalu membawa Soju tersebut ke rak tempatnya disimpan sebelumnya dengan kaki yang terpincang. Melihat hal itu, Jungkook jadi sedikit melunak. Ia sedikit kasihan dengan Jimin, karna bagaimanapun kaki Jimin menjadi seperti itu karena kesalahannya.
"Nih. Kalo ini kau boleh meminumnya" Jimin memberikan Jungkook sebotol susu pisang yang ia ambil dari lemari pendingin di samping rak tempat Soju.
"Kau merendahkan ku? Kau fikir aku bocah?"
"Tidak. Aku hanya bilang jika minuman ini yang boleh kau minum, bukan Soju" ujar Jimin.
"Tidak"
"Sudahlah ambil saja. Itu gratis untukmu, aku yang bayar"
Jungkook mengambil susu itu dengan kasar. Kemudian ia pergi keluar mini market setelah membayar gimbab yang ia beli tadi dan duduk di kursi yang disediakan di depan mini market tersebut. Jimin yang melihat Jungkook duduk di depan mini market pun menghampirinya. Ia ingin berteman baik dengan Jungkook karna sejujurnya, Jimin seperti telah mengenal Jungkook sebelumnya. Tapi ia sendiri pun tak yakin.
"Jungkookah... Kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Apa rumahmu didekat sini?" Tanya Jimin yang telah duduk di kursi depan Jungkook.
"No Comment" jawab Jungkook. Ia sedang membuka bungkus gimbab dan mulai memakannya setelah berhasil melakukannya.
"Eiyy.... Kalau gitu aku tanya hal lain. Kenapa kau pindah sekolah?" Jimin masih berusaha untuk menggali lebih dalam tentang Jungkook untuk memastikan apakah dirinya pernah bertemu dengan Jungkook sebelumnya atau itu hanya perasaannya saja.
"No Comment"
"Ck.. kenapa tak mau jawab sih? Apa pertanyaanku sesusah itu?" Jimin mulai kecewa karna usahanya sia-sia. Jungkook itu orang yang sangat bebal, susah sekali untuk dekat dengannya. Jangankan untuk dekat, berbicara padanya saja sangat sulit. Dari tadi saja Jungkook hanya fokus dengan makanannya. Ia bahkan tak mengeluarkan suara apapun dari mulutnya. Yang terdengar hanya sebuah suara sedotan yang ia tusukkan ke botol susu pisang pemberian Jimin. Ia kemudian mulai meminum susu pisang tersebut dan menenggak habisnya dalam beberapa detik saja. Haus konon.
"Yasudah lah" Jimin pun akhirnya menyerah dan kembali ke dalam mini marketnya meninggalkan Jungkook yang masih memakan gimbab miliknya yang tinggal setengah dan memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang dengan tatapan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sosiopat | Kookmin [✓]
FanfictionSosiopat? Tentu saja tidak. Jungkook, laki-laki yang selalu bersikap dan berperilaku kasar itu hanya menginginkan sedikit atensi. Ia tak ingin terus menerus merasa terbuang oleh orang-orang yang ia sayang. Hingga ia pun bertemu dengan sesosok manus...