Jimin duduk di bangkunya seorang diri. Nampak dari wajahnya jika ia masih sangat kesal dengan Jungkook. Padahal itu adalah salah Jungkook dan bukan salahnya, tapi kenapa malah ia yang Jungkook diami seperti ini? Bukankah seharusnya Jimin yang mendiamkan Jungkook karna telah kabur tanpa menjelaskan alasan apapun setelah dengan berani menciumnya? Tapi Justru Jungkook malah melakukan yang sebaliknya. Sejak kemarin ia terus saja mendiamkan Jimin. Bahkan saat Jimin mengajaknya bicara pun, Jungkook malah berpura-pura tak mendengar atau ia malah pergi ke bangku Hoseok untuk menghindarinya. Dasar tidak bertanggung jawab!
Tak lama setelah itu, Jungkook pun datang ke dalam kelas. Hal itu tentu saja langsung menarik perhatian Jimin. Ia terus menatap pergerakan Jungkook tanpa melewatkannya sedikitpun. Menunggunya untuk sampai dihadapan Jimin dan setelah itu ia akan langsung menyerbu dengan pertanyaan yang seharusnya sudah terjawab dari kemarin jika saja Jungkook tak menghindarinya. Namun rupanya harapan hanyalah sebuah harapan, bukannnya pergi ke bangkunya, Jungkook malah berhenti di tempat Hyeri, melakukan interaksi manis yang tak pernah Jimin lihat sebelumnya. Padahal biasanya Jungkook dan Hyeri hanya akan mengobrol dengan singkat, tapi kali ini berbeda. Mereka bahkan melakukan kontak fisik seperti menyelipkan rambut Hyeri ke sela-sela telinga, merapikan rambutnya yang berantakan, bahkan sampai menggenggam tangannya! Apa-apaan itu?!!
Jimin tak suka! Ia tak suka melihat Jungkook bersikap manis kepada orang lain. Sungguh, kekesalannya semakin menjadi-jadi saat melihat adegan itu di depan matanya. Dasar playboy! baru saja kemarin Jungkook menciumnya, tapi sekarang ia malah bersikap manis kepada orang lain. Tapi Jimin bisa apa? Ia tak bisa marah apalagi cemburu dengan orang yang hanya menganggapnya sebagai seorang 'sahabat'. Jimin tak berhak.
Kriingggg... kringgg....
Huh akhirnya - Ucap Jimin lega saat mendengar bel masuk kelas.
Aiiishhhh - Keluh Jungkook.
Dengan berat hati, Jungkook pun pergi menuju tempat duduknya. Ia berjalan sambil terus menundukkan kepala, sama sekali tak berani untuk berjalan tegak karna takut jika nanti ia malah bersitatap mata dengan Jimin. Ia akui jika dari kemarin dirinya memang menghindari Jimin karna sama sekali tak memiliki alasan apapun untuk diberikan kepadanya. Saat itu ia tak mampu berpikir jernih hingga berakhir mencium Jimin. Bahkan Jungkook pun terkejut setelah ia tersadar atas apa yang telah ia perbuat, hal itu sungguh terjadi sangat tiba-tiba dan tanpa terkendali oleh dirinya.
"Jadi bagaimana?" Laangsung saja Jimin bertanya kepada Jungkook sesaat setelah ia sampai.
"Bagaimana apanya?" Jungkook malah balik bertanya. Pura-pura tak tau.
"Jangan berpura-pura tak tau!"
"Apasih?" Jungkook masih saja bertingkah menyebalkan seperti tadi.
"Kenapa ka---"
"Selamat pagi"
Ucapan Jimin terputus karna guru yang mengajar telah hadir ke kelasnya. Ia pun terpaksa untuk menunda pembicaraannya dengan Jungkook karna jika ia tak melakukan itu, bisa-bisa guru tersebut akan merajuk dan memutuskan untuk tidak mengajar kelas ini saat ada murid yang malah asik mengobrol ketika dirinya sedang memberikan penjelasan materi.
***********************************
Kesabaran Jimin habis. Ia sudah tidak tahan lagi dengan Jungkook yang terus-menerus menghindarinya.
Asal tau saja, tadi saat jam istirahat sedang berlangsung, Jimin kembali mencoba untuk berbicara dengan Jungkook, tapi tiba-tiba saja Hyeri datang menginterupsi obrolan mereka dan dengan seenak jidatnya ia langsung menggeret lengan Jungkook untuk pergi ke kantin. Bahkan yang lebih menyebalkannya lagi, Jungkook malah mengiyakan ajakan Hyeri. Sambil tersenyum, mereka berdua kemudian pergi meninggalkan Jimin sendirian di bangkunya dan baru kembali ke kelas ketika bel masuk telah berbunyi. Bahkan setelah kembali pun, Jungkook lebih memilih untuk datang ke meja Hyeri. Ia sama sekali tak memberikan Jimin kesempatan untuk mengobrol dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sosiopat | Kookmin [✓]
FanfictionSosiopat? Tentu saja tidak. Jungkook, laki-laki yang selalu bersikap dan berperilaku kasar itu hanya menginginkan sedikit atensi. Ia tak ingin terus menerus merasa terbuang oleh orang-orang yang ia sayang. Hingga ia pun bertemu dengan sesosok manus...