Kaki Jungkook melangkah berat ke dalam kelas dan baru saja batang hidungnya nampak, dari dalam kelas Taehyung langsung menubruk tubuh Jungkook dengan wajah memerah marah ke tembok. Keterlaluan. Menurut Taehyung perbuatan Jungkook sudah sangat keterlaluan. Semua yang Jungkook lakukan sudah tak dapat di tolerir lagi oleh Taehyung.
"Apa mau mu sebenarnya hah?!!! Kenapa kau selalu cari masalah denganku dan Jimin!!" Tanya Taehyung pada Jungkook.
Jungkook tak menjawab pertanyaan Taehyung dan malah menatap Taehyung dengan ganas. apa-apaan dia itu! Taehyung lah yang seharusnya marah padanya karna telah melukai orang yang sangat berharga baginya.
"YAKK!! JAWAB AKU!!"
"Kalian menjijikan" desis Jungkook dengan tatapan jijik yang ia lontarkan pada Taehyung.
"Yakk... bagian mana yang menjijikan itu hah!!!"
"Semuanya. Apapun yang kalian lakukan itu sangat menjijikan dan memuakkan" Jungkook menatap lurus ke mata Taehyung yang masih tampak marah. Namun tiba-tiba tatapan marah Taehyung memudar dan berubah menajadi tatapan iba.
"Kenapa kau menjadi seperti ini jungkook-ah?? Aku kecewa pada mu" Taehyung menghempaskan tubuh Jungkook dengan kasar, Kemudian ia pergi meninggalkan kelas dengan tas yang menggantung di pundaknya setelah mengatakan hal yang sangat ambigu kepada Jungkook.
Jungkook pun diam seribu bahasa karna masih belum bisa mencerna perkataan yang Taehyung ucapkan tadi. Otak nya saat ini sedang tersumbat hingga tak bisa berjalan dengan lancar. Ada apa ini sebenarnya? Situasi macam apa ini? Jungkook sama sekali tak tau apa yang saat ini sebenarnya terjadi.
Karna ia tak kunjung menemukan jawaban atas pertanyaan yang dicari, Jungkook pun memutuskan untuk mengabaikan ucapan Taehyung dan kembali ke tempat duduknya karna bel pulang sekolah telah berdering. Ia kemudian mengambil tas dan memakai Hoodie hitam miliknya dan berjalan pulang.
Di tengah-tengah koridor, tanpa disangka Jungkook berpapasan dengan Jimin yang berjalan tertatih karna tubuhnya terasa lemas dan kepalanya yang masih terasa sakit. Jimin kemudian menghentikan langkahnya saat melihat jungkook. Ia menatap Jungkook dan langsung menghentikan langkah orang tersebut. Jimin perlu tau apa yang sebenarnya menjadi penyebab ketidaksukaan Jungkook kepadanya. Apa hanya karna hubungannya dengan Taehyung atau ternyata ada hal lain. Mungkin Jimin bisa mencoba untuk mengubahnya.
"Jungkook, bisakah aku bertanya sesuatu padamu?" Tanya Jimin sesaat setelah Jungkook mengehentikan langkahnya.
"Mwo?"
"Apa salahku padamu?" Jimin menelan ludah dengan susah payah. Ia sedang berusaha untuk menyembunyikan kesedihan yang ia sendiri tak tau mengapa.
"Cih" Jungkook berdecih untuk menjawab pertanyaan Jimin dan kembali melanjutkan perjalanannya.
"Yaaakk!! Setidaknya beritahu aku alasan perlakukan kasarmu kepadaku!"
Jungkook sama sekali tak menghiraukan perkataan Jimin. Ia terus saja melangkah tanpa berniat untuk menoleh kebelakang lagi. Walau Jimin terus menerus memanggil namanya namun Jungkook seakan menulikan pendengarannya dan meninggalkan Jimin yang mematung di tempatnya.
----------------------
Jungkook telah sampai di kediamannya. Lalu ia melepaskan sepatu dan kaus kaki yang ia pakai dan meletakkannya di rak sepatu besar miliknya. Kakinya kemudian menyusuri lantai rumah nya yang dingin hingga sampai di ruang tengah.
Ia mengamati rumahnya dari segala sudut. Atas, bawah, kiri, dan kanan namun yang didapatinya hanyalah sebuah kekosongan. Rumah ini besar namun tak berpenghuni. Hanya Jungkook, ayahnya, dan pembantu nya saja yang tinggal disana. Namun sang ayah itu bagaikan sebuah lalat yang hanya hinggap di rumah ini untuk sekejap. Jika urusannya sudah selesai maka ia akan terbang kemanapun ia mau.
Kedua orang tua Jungkook sudah bercerai saat ia berumur 10 tahun dan ia diharuskan untuk berpisah dengan ibu dan hyungnya karna ayahnya mendapatkan hak asuhnya sedangkan sang ibu mendapatkan hak asuh Hyungnya.
Jika dihitung-hitung, sudah 7 tahun Jungkook tak bertemu dengan ibu dan Hyungnya itu. Bahkan Jungkook sama sekali tak tau bagaimana kabar mereka berdua dan bagaimana kehidupan mereka. Sejujurnya Jungkook sangat merindukan mereka. Dulu, hidup jungkook bahagia dan penuh cinta. Keluarganya sangat menyayangi dan melindunginya. Terlebih lagi Hyungnya, ia sangat menyayangi Jungkook. Namun, pada suatu hari sang ayah di pecat oleh perusahaan dan mengakibatkan keluarga mereka hidup susah. Mereka memiliki banyak hutang sana sini dan untuk makan saja mereka tak bisa. Sang ibu pun terpaksa memutuskan untuk pergi meninggalkan sang suami dan salah satu anaknya karna sudah tak sanggup lagi menjalani kehidupan seperti itu. Dan pada saat itulah Jungkook mengalami titik terendah dalam hidupnya, yang mungkin masih ia jalani sampai sekarang walaupun keadaan ekonominya telah berubah.
"Menyedihkan... Hidupku benar-benar menyedihkan. Hahahahahahah, malang sekali nasibmu Jungkook hahahahah" Jungkook menertawakan jalan hidupnya yang sangat memilukan. Ia lalu menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dan berbaring disana. Menatap langit-langit atap yang tinggi dengan ekspresi datar. Hingga tanpa disadarinya, matanya meneteskan cairan bening.
"Sepertinya hidupmu akan dipenuhi dengan kehilangan. Saat ini kau sudah kehilangan keluarga dan temanmu. Selanjutnya apa lagi yang akan pergi darimu Jungkook?" Ucap Jungkook kepada dirinya sendiri. Kehilangan dan kesendirian sudah menemani Jungkook selama beberapa tahun terakhir. Ia tak memiliki teman yang dapat mengerti ataupun merasakan kesedihan yang ia alami.
Sampai saat ini Jungkook selalu saja menyalahkan ayahnya yang telah merenggut keluarga dan bahkan temannya. Di saat Jungkook memiliki kehangatan dan cinta dari keluarga ataupun temannya, ayahnya selalu saja menjadi perusak kebahagiannya itu. Oleh karena itu, hubungan Jungkook dan ayahnya pun menjadi bersitegang. Apapun yang dilakukan ataupun dikatakan oleh ayahnya akan selalu salah Dimata Jungkook, begitupun sebaliknya. Bagi ayah Jungkook yaitu Jeon Tae Kyung, perbuatan dan ucapan Jungkook itu tak ada yang dapat dipercaya. Hal itu dikarenakan Jungkook yang selalu saja menyebabkan banyak masalah. Baik di sekolah, maupun di masyarakat hingga kepercayaan Tae Kyung sudah kandas untuk putra bungsunya.
"Aiishhhhhh kenapa aku harus memikirkan itu semua. Sialan" Jungkook mengacak rambutnya frustasi. Ia kemudian bangkit untuk makan karna memikirkan kisah hidupnya selalu menguras tenaga, waktu, dan pikirannya juga menjadi lelah.
"Bi.... Ada makanan apa bi?" Tanya Jungkook pada pembantu rumah tangga yang telah merawatnya selama beberapa tahun lamanya.
"Ada daging, japchae dan sup, tuan muda" jawab bibi dari ruang makan. Ia sedang menyiapkan perlengkapan makan untuk tuan muda yang telah ia anggap sebagai anaknya sendiri.
Jungkook pergi ke ruang makan dan duduk di salah satu bangku yang tersedia. Sang bibi kemudian mulai menyendok kan nasi ke mangkuk milik Jungkook dan memberikannya kembali kepadanya. Jungkook pun mulai menyantap masakan enak yang telah dibuatkan dengan penuh cinta oleh bibi dengan lahap.
Andai saja hidupku se nikmat dan se lezat masakan bibi - Jungkook
KAMU SEDANG MEMBACA
Sosiopat | Kookmin [✓]
FanfictionSosiopat? Tentu saja tidak. Jungkook, laki-laki yang selalu bersikap dan berperilaku kasar itu hanya menginginkan sedikit atensi. Ia tak ingin terus menerus merasa terbuang oleh orang-orang yang ia sayang. Hingga ia pun bertemu dengan sesosok manus...