Jungkook berjalan kembali ke rumahnya sambil terus memikirkan ucapan Taehyung. Dari kata-katanya tersebut sudah sangat di pastikan jika Taehyung mengingatnya. Namun yang jadi pertanyaan Jungkook saat ini adalah, mengapa pada saat awal mereka bertemu, Taehyung sama sekali tak menyapanya dan bahkan mereka malah bertengkar. Apa itu semua gara-gara ia yang tak menyapa Taehyung terlebih dulu?
Jungkook terus saja berpikir hingga tanpa terasa ia sudah sampai di tujuan. Kemudian, Sebuah mobil yang telah bertengger apik di halaman mengalihkan perhatiannya. Sebab hal itu menandakan jika orang yang telah lama Jungkook benci sudah datang di kediamannya tersebut. Mood Jungkook pun langsung berubah. Ia sudah memastikan jika perang dingin akan dimulai sebentar lagi. Ingin menghindar juga percuma, jadi ia pun hanya dapat pasrah dan masuk ke dalam rumah.
"Jungkook" tepat seperti dugaannya.
Jungkook pun memutar badan menghadap kepada seseorang yang memanggilnya dari arah ruang tamu.
"Bagaimana sekolahmu?" Ujar ayahnya yang sedang duduk di sofa miliknya.
"Kau tak perlu tau"
"Jangan bilang jika kau berkelahi lagi?"
"......" Jungkook tak menjawab pertanyaan ayahnya tersebut.
"Mau sampai kapan kau seperti ini Jungkook!! Apa kau tak lelah selalu menciptakan masalah?"
"Tidak"
"Anak pembangkang!!!"
Jungkook hanya diam, mulutnya tertutup rapat dan tak berniat untuk membukanya. Keheningan pun menguasai mereka, baik Jungkook ataupun ayahnya tak ada yang memulai pembicaraan lagi. Mungkin mereka sudah lelah karna selalu bertengkar setiap saat mereka bertemu. Hingga Jungkook pun muak untuk berlama-lama dengan suasana seperti ini. Ia pun kemudian memutuskan untuk pergi ke dalam kamarnya dan mengurung dirinya disana hingga fajar menyingsing.
************
Didalam kelas sepi ini, hanya terdapat Jimin yang duduk di bangku miliknya dengan mata yang menatap pemandangan indah di luar jendela. Terpampang langit biru cerah tanpa awan yang menutupinya. Pemandangan langit selalu saja bisa menenangkan hati dan pikiran Jimin. Langit bagaikan obat penenang yang membantunya merilekskan jiwanya.
Beberapa menit kemudian matanya beralih saat sesosok tubuh datang melewati pintu kelas. Pria tampan itu kemudian berjalan cepat ke arahnya dan langsung menubruk tubuh Jimin dengan sebuah pelukan erat.
"Bogo sip-eo" ucap pria itu semakin mengencangkan pelukannya. Sedangkan Jimin, saat ini ia sedang terheran-heran dengan perbuatan pria tersebut.
"Mwo?" Ucap Jimin heran.
"Aku merindukanmu Jimin" ucap pria itu mengatakan jika ia merindukan Jimin untuk yang kedua kalinya. Dan Jimin masih saja tak mengerti dengan maksud dari perkataannya tersebut.
"Tapi kenapa?" Jimin segera melepaskan pelukan tersebut dengan susah payah karna tubuhnya yang jauh lebih kecil dari pria tampan itu. Ia melakukan itu karna takut jika ada yang melihat dan akhirnya malah salah paham dengan mereka.
"Maksudmu?" Keadaan berbalik. Pria itu yang sekarang malah bingung dengan perkataan Jimin.
"Kenapa kau merindukanku? Kenapa juga sikapmu jadi berubah 180° seperti ini? Kau sakit Jungkook?" Tanya Jimin kepadanya. Pria tampan itu tak lain dan tak bukan adalah Jungkook, orang yang selalu mengganggunya. Namun secara mengejutkan, tiba-tiba saja ia datang dan langsung memeluknya serta mengatakan jika ia sangat merindukan Jimin. Sungguh aneh bukan?
"Kau.. tak mengingatku?"
"Bagaimana aku bisa melupakan orang yang selalu mengganggu ku, Jungkook?"
"Kau sungguh tak mengingatku?" Tanya Jungkook lagi. Ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Padahal Jungkook sangat yakin jika Taehyung mengingatnya. Tapi kenapa Jimin malah bersikap seolah-olah ia tak mengingat Jungkook? Seharusnya jika Taehyung ingat, maka Jimin juga harus ingat. Yakan?
"Aku tak mengerti apa maksudmu sebenarnya"
"Sudahlah, kau tak perlu berpura-pura lagi Jimin. Aku tau jika kau meng...."
Ucapan Jungkook terputus setelah ia di tarik paksa untuk keluar dari kelas oleh Taehyung. Ia pun diseret selama beberapa saat hingga akhirnya Taehyung berhenti dan melepaskannya. Taehyung kemudian memberikannya tatapan yang tak habis pikir dengan sikap Jungkook. Baru kemarin Jungkook bersikap kasar kepada Jimin dan sekarang ia malah berkata jika ia merindukan Jimin. Dasar lelaki tak tau malu.
"Yakk.. Jungkook. Sebaiknya kau katakan padaku apa yang sebenarnya kau inginkan? Kemarin kau melukai Jimin dan sekarang kau malah mengatakan jika kau merindukannya. Apa maumu ha?!" Taehyung sudah hilang kesabaran dengan Jungkook. Sikapnya itu sangat tidak bisa ditebak.
"Aku pun ingin tau apa maumu!! Kau dan jimin bersikap seolah-olah tak mengingatku padahal yang terjadi adalah sebaliknya" ucap Jungkook dengan tatapan kecewa.
"Wwahhhh.. kau benar-benar berbakat untuk memutar balikkan fakta, Jungkook. Padahal kau sendiri yang memulai nya kenapa malah menyalahkanku dan Jimin??!!!" Taehyung menunjuk Jungkook dengan jari telunjuknya, sarat kemarahannya pada pria di depannya itu.
"Yak!! Saat itu aku tak menyapa kalian karna aku berniat untuk bergurau. Tapi tak ku sangka Jimin malah memperkenalkan dirinya seperti dia baru bertemu dengan orang baru. Aku pun kesal hingga membentaknya dan kau malah mengajak ku untuk berkelahi. Jadi ku pikir kalian benar-benar melupakanku" Jungkook berceloteh panjang lebar. Jarang sekali Jungkook berbicara panjang lebar seperti ini. Apalagi kepada ayahnya, mungkin Jungkook tak pernah melakukan ini.
"Bagaimana aku tau jika kau bergurau hah?!!! Ku fikir kau memang tak mengingatku dan Jimin. Jadi ya... Aku terbawa emosi duluan. Apalagi kau membentak dan bersikap kasar pada Jimin. Wajar jika aku emosi" jelas Taehyung. Memang benar, ia sama sekali tak tau jika Jungkook mengingatnya dan Jimin.
"Lalu bagaimana dengan Jimin? Kenapa sampai sekarang dia masih berpura-pura seperti itu?"
"Ia tak berpura-pura. Jimin memang tak mengingatmu"
"Maksudmu?"
"3 tahun yang lalu, kepala Jimin pernah terbentur benda keras saat dia bekerja di tempat konstruksi. Oleh karena itu, ia pun mengalami amnesia retrograde atau hilang ingatan sementara. Ia tak bisa mengingat peristiwa selama 4 tahun terakhir dan itu adalah saat-saat dimana kau menjadi teman kami. Jadi yaa.. ia tak bisa mengingatmu sampai saat ini" jelas Taehyung. Setelah peristiwa itu terjadi, Taehyung kemudian bertekad untuk melindungi Jimin. Ia tak ingin jika Jimin sampai terluka lagi. Makanya saat Jimin terkena senteran bola dari Jungkook, Taehyung marah besar padanya. Taehyung takut jika ingatan Jimin akan kembali kacau.
"YYAKK!! Kenapa kau baru memberitauku sekarang?!!! Aiishhhh aku sangat merasa bersalah padanya. Bahkan aku sudah mnendangnya dengan bola"
"Saat itu kau sudah sangat keterlaluan Jungkook"
"Itu semua juga salah kalian. Bagaimana bisa kalian BERPACARAN?!!!"
"Karna aku mencintainya"
"Tapi Jimin itu laki-laki Taehyung!!!"
Jungkook menampakan pandangan jijik. Bukan kepada Taehyung, melainkan kepada pikiran liarnya yang membayangkan bagaimana jadinya jika kedua laki-laki saling mencintai satu sama lain. Ewhhhh, sangat aneh."Apa kau homophobia, Jungkook?"
"Ya"
![](https://img.wattpad.com/cover/237675026-288-k978223.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sosiopat | Kookmin [✓]
FanfictionSosiopat? Tentu saja tidak. Jungkook, laki-laki yang selalu bersikap dan berperilaku kasar itu hanya menginginkan sedikit atensi. Ia tak ingin terus menerus merasa terbuang oleh orang-orang yang ia sayang. Hingga ia pun bertemu dengan sesosok manus...