Flashback 6 tahun yang lalu..........
Seorang pria dewasa yang sedang menggandeng tangan mungil dari bocah laki-laki berusia 11 tahun itu berjalan menuju rumah asri yang berada di tepi jalan raya. Baru saja mereka masuk ke dalam pekarangan rumah, anak-anak kecil yang berlarian kesana kemari sudah menyambut pemandangan mereka.
"Nak, kau tunggu disini sebentar ya. Ayah ingin berbicara dengan pemiliknya di dalam" ucap pria tersebut.
"Ya ayah" balas bocah laki-laki itu kepada ayahnya.
Pria itu kemudian masuk ke dalam rumah meninggalkan anaknya sendirian di pekarangan yang dipenuhi anak-anak kecil lainnya. Bocah laki-laki itu tak tau harus melakukan apa, jadi ia hanya celingak-celinguk memperhatikan teman-teman seusianya yang sedang bermain. Hingga terdapat 2 anak menghampirinya.
"Hei, kau siapa?" Tanya seorang anak laki-laki yang memiliki pipi chubby.
"Aku? Jungkook" balas bocah laki-laki, yang ternyata memiliki nama Jungkook.
"Apa kau anak baru disini?" Tanya anak laki-laki lain bertubuh kurus dan memiliki potongan rambut mangkuk.
"Anak baru? Apa ini sebuah sekolahan?" Tanya Jungkook. Tapi tempat ini sama sekali tak terlihat seperti sekolahan baginya. Lalu mengapa ada anak baru disini?
"Bukan, apa kau tak melihat papan nama di depan pagar?" Jungkook hanya membalasnya dengan sebuah gelengan kepala kecil karna ia sama sekali tak melihat papan nama apapun.
"Ehmmm, baiklah nanti akan ku tunjukkan. Tapi sebelum itu aku ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Namaku adalah Jimin. Dan dia adalah Taehyung" ucap Jimin memperkenalkan dirinya dan Taehyung.
Jungkook memerhatikan mereka berdua, lalu kemudian ia tersenyum kepada mereka dan dibalas dengan senyuman juga. Apa ini tandanya dia sudah memiliki teman baru? Sepertinya iya. Jungkook senang, akhirnya dia tak sendirian lagi. Sejak ibu dan Hyung nya meninggalkannya, Jungkook jadi tak memiliki teman untuk diajak bercanda ataupun bermain bersama. Alhasil selama satu tahun belakangan ini, ia menjadi sangat kesepian.
"Mari aku tunjukkan tempat apa ini sebenarnya" ujar Jimin.
Mereka bertiga berjalan berdampingan ke arah gerbang depan. Kemudian di lihatnya papan nama yang tertempel di tembok pagar rumah tersebut. "Panti asuhan kasih bunda" nama tersebut terpampang jelas di papan nama. Sejurus kemudian pemikiran-pemikiran aneh merayap di kepala Jungkook. Untuk apa ayahnya membawa Jungkook kemari? Apa Jungkook akan dibuang ke panti asuhan ini? Apa ayahnya sudah tak menyayanginya lagi?
"Jungkook, sepertinya kau akan tinggal disini sebentar lagi" ujar Taehyung semakin membuat Jungkook merasa bahwa apa yang ada dipikirannya saat ini adalah benar.
"Hey, kau jangan berbicara seperti itu Taehyung. Jungkook masih memiliki ayah, tak mungkin ia akan tinggal disini" ucap Jimin mencoba menenangkan Jungkook yang terlihat gelisah namun juga kecewa. Sama sekali tak nampak raut kesedihan di sana.
Mereka kemudian kembali ke pekarangan untuk menunggu ayah Jungkook yang belum juga keluar dari rumah itu sejak tadi. Jimin dan Taehyung pun menunggu bersama Jungkook. Mereka semua penasaran tentang bagaimana nasib Jungkook kedepannya.
Hingga beberapa saat kemudian ayah Jungkook, jeon Tae Kyung keluar dari rumah tersebut. Dihampirinya putra bungsunya itu dan langsung memeluknya dengan cukup lama. Kemudian ia mengelus puncak kepala anak laki-laki nya.
"Jungkook-ah, appa mianhae"
"Wae?" Tanya Jungkook. Potongan puzzle yang sejak tadi ia susun akhirnya terselesaikan juga. Setelah perkataan ayahnya barusan, Jungkook jadi mengetahui apa maksud dan tujuan ayahnya membawanya kemari.
"Ayah tak bisa merawatmu lagi Jungkook. Ayah takut akan membuatmu mati kelaparan di jalanan. Jadi, lebih baik kamu tinggal disini untuk sementara waktu. Ayah janji akan menjemputmu jika ayah sudah memiliki pekerjaan" ucapnya.
Jungkook diam tanpa ekspresi. Wajahnya sangat datar, bahkan ia sama sekali tak dapat menangis. Ia sangat kecewa kepada ayahnya bahkan untuk menangisinya saja rasanya terlalu mahal untuknya. Menurut Jungkook, ayahnya tak pantas untuk ditangisi.
Tae Kyung pergi meninggalkan Jungkook dengan rasa bersalah yang bergejolak di hatinya. Namun mau bagaimana lagi? Ia tak mungkin membuat Jungkook ikut bergelandangan dengannya. Setidaknya Jungkook harus bisa makan setiap hari dan pergi bersekolah untuk masa depannya. Ia juga sangat menyesal karna tak membiarkan sang mantan istri untuk membawa Jungkook pergi bersamanya dan anak pertamanya. Mungkin jika Tae Kyung mengizinkan mantan istrinya membawa Jungkook juga, nasib Jungkook pasti tidak akan seperti ini. Jungkook pasti bisa pergi bersekolah dan ia juga tidak akan merasa kesepian.
Setelah kepergian Tae Kyung, Jungkook masih bergeming di tempatnya. Sedangkan Jimin dan Taehyung tak tahu harus melakukan apa. Mereka pun hanya bisa menepuk-nepuk pundak Jungkook. Mereka bisa merasakan bagaimana kecewanya Jungkook kepada sang ayah. Tapi mereka juga tak bisa menyalahkan siapapun, karna ayah Jungkook ada benarnya juga.
"Jungkook-ah" panggil seorang wanita yang merupakan pengelola panti asuhan ini.
Mereka bertiga pun menoleh ke arah wanita tersebut secara bersamaan. Jimin dan Taehyung kemudian membungkuk sopan ke arahnya. Wanita itu lalu memberikan senyuman kepada ketiganya dan berjalan menghampiri mereka.
"Nak Jungkook, mulai sekarang kamu tinggal disini. kamu mau kan?" Tanyanya pada Jungkook.
"Kalau aku bilang tidak, kau pasti tetap akan memaksaku untuk tinggal disini. Jadi... Baiklah aku akan tinggal" ujar Jungkook. Sedangkan wanita itu hanya tertawa mendengar perkataan Jungkook yang seratus persen benar itu.
"Ahjumma, apa boleh Jungkook tidur di kamarku dan juga Taehyung?"
"Hmm, tentu saja boleh. Kalau begitu Jungkook, kau akan tidur di kamar Jimin dan Taehyung. Ahjumma akan memberikan kamu pakaian dan perlengkapan lain, tapi untuk sementara waktu ini kamu bisa pakai baju milik Jimin ataupun Taehyung" jelas ahjumma itu.
Setelah mengatakan itu semua, ia kemudian pergi untuk mempersiapkan kasur dan semua perlengkapan yang akan dibutuhkan oleh Jungkook. Sedangkan mereka bertiga pergi untuk menunjukkan kamar mereka kepada Jungkook, sang penghuni baru.
Didalam kamar yang tak kecil namun tak bisa juga dibilang besar tersebut terdapat sebuah ranjang tingkat dan sebuah meja belajar yang diisi oleh banyak buku untuk kelas 5 SD dan 7 SMP. Saat melihatnya, tentu saja Jungkook bingung. Mengapa ada buku untuk anak SMP disana karna setahunya, mereka bertiga adalah sebaya. Merasa tak menemukan jawaban yang dicari, akhirnya Jungkook pun memberanikan diri untuk bertanya kepada mereka.
"Buku SMP itu untuk siapa?" Tanya Jungkook.
"Oohhh itu buku milik Jimin" jawab Taehyung. Sedangkan Jimin hanya mengangguk menyetujui ucapan Taehyung.
"Jadi, kau lebih tua 2 tahun dariku?"
"Neee"
"Tapi kau terlihat sangat muda. Ku pikir kita adalah sebaya" ujar Jungkook heran. Bagaimana tidak? Wajah Jimin itu terlihat sangat muda dengan pipi chubby yang membuatnya terlihat sangat imut. Oleh karena itu lah Jungkook kira jika mereka semua adalah sebaya.
"Hahaha aku tau jika aku sangat imut. Tapi kau harus akui jika aku adalah Hyung mu Jungkook"
"Hmmm tidak, aku hanya akan memanggilmu Jiminah" Ucap Jungkook
"Wae?"
"Karna kau tidak cocok di panggil Hyung dengan wajah imutmu itu. Dan lagipula Taehyung juga memanggilmu dengan sebutan nama saja kan? Jadi aku juga akan melakukan itu" Jelas Jungkook.
"Baiklah terserah kau saja" Ucap Jimin sabar walaupun tidak di anggap sebagai orang yang lebih tua oleh Jungkook.
"Jadi, sekarang kita berteman?" Tanya Jungkook.
"Tentu saja kita berteman Jungkook"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sosiopat | Kookmin [✓]
FanfictionSosiopat? Tentu saja tidak. Jungkook, laki-laki yang selalu bersikap dan berperilaku kasar itu hanya menginginkan sedikit atensi. Ia tak ingin terus menerus merasa terbuang oleh orang-orang yang ia sayang. Hingga ia pun bertemu dengan sesosok manus...