Jungkook mendudukkan bokongnya di kursi. Lalu dilihatnya sosok mungil yang sejak kemarin ia hindari keberadaannya. Ternyata pria itu sedang merapikan buku catatannya yang belum lengkap dengan menyalin catatan kepunyaan Ye Dam, sang juara kelas. Ia mencatat dengan sangat serius sampai kehadiran Jungkook pun tak dihiraukannya. Masa bodoh dengan lelaki playboy yang tidak bertanggung jawab itu, ia hanya ingin catatannya segera lengkap agar ia bisa membacanya untuk mempersiapkan ujian semester yang seminggu lagi akan diadakan.
Ekhhemm....
Dehem Jungkook sebagai tanda kehadirannya, selain itu juga kode untuk mempersilahkan Jimin menanyakan apapun yang ingin ia ketahui sejak kemarin.
Keputusannya sudah mantap. Ia sudah siap dengan pertanyaan yang akan Jimin lontarkan kepadanya. Dirinya tak ingin lagi menghindari lelaki bertubuh langsing yang ada disebelahnya. Alasannya bukan hanya karena ia lelah, tetapi juga karena ia rindu dengan suasana nyaman yang selalu Jimin berikan ketika berada di sekitarnya.
Selama beberapa saat Jungkook menunggu, namun Jimin sama sekali tak memperlihatkan ketertarikannya kepada Jungkook. Tangannya masih terus saja sibuk mencatat yang ada di depannya.
Bahkan Jimin sama sekali tak melirik Jungkook. Sekarang ia jadi merasa jika dirinya diperlakukan seperti makhluk tak kasat mata oleh Jimin. Ia sedang di abaikan oleh sahabatnya itu.
"Jimin?" Panggil Jungkook. Namun yang di panggil bertingkah seolah-olah dirinya tuli karna sama sekali tak merespon.
"Hooi Jimin?"
"Jiminaaah"
"Hei kau dengar aku??"
Jungkook terus memanggil-manggil nama Jimin. Namun tak ada satupun panggilannya yang di sahuti. Ia bahkan sampai harus mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Jimin agar mendapatkan perhatiannya.
Tetap tak berhasil, ia pun mulai menggoyangkan bahu Jimin dengan pelan sambil terus menyerukan namanya.
"Yaak...Jiminah.Kau marah padaku? Maafkan aku eo? Aku benar-benar tak mengerti mengapa aku menciummu waktu itu, serius aku tak bohong. Tolong mengertilah" ucap Jungkook memelas. Kali ini Jungkook jujur. Ia memang tak tau ada apa dengan dirinya saat kejadian itu terjadi. Ia juga kaget dengan perbuatannya yang sangat ceroboh.
Iishhh kau pikir aku marah karena kau menciumku? Bukannn Jungkook. Aku marah karena kau mendiamkan ku dan juga kau terlalu dekat dengan Hyeri. Batin Jimin.
Jungkook tak menyerah. Ia menggeser tubuhnya ke arah Jimin. Lalu tangannya sudah tersampir di pinggang ramping sahabatnya, yang kemudian ditariknya pinggang itu untuk memghilangkan jarak diantara keduanya.
Wajah nya pun ia dekatkan ke wajah Jimin agar mendapatkan sepenuhnya perhatian. Yang tanpa sadar hal itu malah membuat Jimin tak nyaman sebab hatinya jadi terbagi dua untuk terus mengabaikan Jungkook atau malah memaafkannya.
"Maafkan aku ya Jiminah? Aku mohon" ucap Jungkook.
Pintar. Jungkook memang pintar membuat Jimin lemah. sepertinya Jungkook tau benar bagaimana cara untuk meluluhkan kemarahan Jimin.
Perbuatannya ini mampu membuat Jimin merasakan desiran hebat di dalam hatinya, yang semakin lama semakin membuat hatinya yang beku kian meleleh seperti es batu yang mencair. Apalagi Jimin adalah orang yang murah hati, ia selalu memaafkan segala kesalahan orang lain jika mereka telah mengaku salah.
Tapi arrghhh..... Kali ini rasanya lain. Jimin sungguh tak ingin memaafkan kesalahan Jungkook. Ia terlanjur sakit hati karena Jungkook yang selalu menghindarinya. Oleh karena itu lah saat ini Jimin memilih untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sosiopat | Kookmin [✓]
FanfictionSosiopat? Tentu saja tidak. Jungkook, laki-laki yang selalu bersikap dan berperilaku kasar itu hanya menginginkan sedikit atensi. Ia tak ingin terus menerus merasa terbuang oleh orang-orang yang ia sayang. Hingga ia pun bertemu dengan sesosok manus...