Setelah hiatus 2 bulan, book ini akhirnya kembali. Makasih buat lovelies yang masih setia menunggu
Warning :
ancaman dan kekerasan dengan senjataHappy reading
.
.Yoongi menutup pintu kamarnya, berjalan cepat menuju tempat tidur besar yang terletak di tengah kamar. Melempar barang bawaannya asal saja ke atas meja, lalu tanpa membuka dasi atau jas, bahkan sepatu, langsung menjatuhkan tubuh ke atas kasur tebal nan empuk.
Walaupun ranjang ini nyaman namun begitu asing. Ini bukan tempat tidurnya, ini juga bukan kamarnya. Setelah kejadian terakhir dengan Ibu dan Hoseok, Yoongi tidak pulang lagi ke rumah. Memilih menginap di sebuah hotel daripada kembali ke rumah orang tuanya yang megah namun penuh tekanan.
Kehidupan terus berjalan, dia tetap bekerja di Min's Corp seperti biasanya. Yoongi bukan orang yang meninggalkan tanggung jawab begitu saja. Ia memang sedang bermasalah secara pribadi, tapi di perusahaan ada banyak karyawan yang menggantungkan nasib dari keputusan yang dibuatnya.
Namun situasi tidak benar-benar sudah kembali normal. Yoongi tidak peduli pada Ibu, tapi ayahnya sampai saat ini masih belum mau berbicara padanya. Komunikasi terjadi lewat perantaraan sekretaris mereka, itupun hanya masalah pekerjaan. Membuat Yoongi merindukan kehangatan dan kebaikan sang ayah.
Sedangkan Hoseok, .....
Hoseok menepati janjinya. Tak sepatah katapun, Yoongi mendengar kemarahan atau tuntutan dari keluarga tunangannya. Apapun yang dikatakan Hoseok pada orang tuanya, yang jelas Tuan dan Nyonya Jung sangat mempercayai dan menyerahkan segalanya pada anak tunggal mereka.
Sebagai gantinya, Hoseok kini sangat bersemangat mengurus perkawinan mereka. Setiap hari, Hoseok memberi kabar kepada Yoongi tentang perkembangan terbaru. Dari gedung sampai pakaian, dari catering hingga souvenir, Hoseok bergerak cepat sehingga mereka akan segera menikah 2 minggu lagi.
2 minggu lagi, ia akan bergelar suami Jung Hoseok. Dengan masam, Yoongi menggembungkan pipinya. Dia ingin sekali waktu berjalan lebih lambat, atau kalau perlu satu hari ditambah menjadi 30 atau 50 jam. Sehingga ia bisa menunda lebih lama lagi waktu pernikahannya.
Sayangnya tidak, dalam waktu 14 kali 24 jam, dia dan Hoseok akan menikah. Lalu seumur hidup ia akan terikat dengan seorang pria yang sama sekali tidak dicintainya. Ini semua karena ledakan emosi yang tidak bisa ia kendalikan.
Seandainya ia tidak memperkosa Hoseok. Seandainya ia tidak mencekik Ibu. Seandainya Jimin tidak menikahi Bapak itu.
Huh, decaknya getir. Yoongi merasa bodoh karena semua hanya angan-angan yang tidak mungkin diulang kembali.
Ponselnya berbunyi, mengagetkan dirinya. Seseorang menelepon, membuat Yoongi mendesah panjang. Siapa dan urusan apa sehingga seseorang perlu menghubungi larut malam begini. Apakah mungkin salah satu bawahannya yang memerlukan persetujuan? Atau mungkin relasi mereka dari luar negeri perlu menegosiasikan sesuatu? Tangannya meraba-raba dalam kantong celana mencari benda pipih yang dimaksud.
Sesaat membaca nama yang tertera di layar, ia menggeram lebih keras. Dari antara semua nama, Yoongi sangat tidak ingin menjawab telepon dari yang satu ini. Ponsel ditaruh sembarang saja ke ranjang di sebelahnya, lalu mengambil bantal dan menutupi kedua telinganya.
Deringan panggilan berhenti, sesaat Yoongi merasa lega. Namun hanya sementara, ponsel Yoongi berbunyi lagi. Begitu berulang-ulang, Jung Hoseok rupanya tidak mudah menyerah. Selanjutnya adalah pertarungan tekad antara Hoseok yang terus-menerus menelepon dan Yoongi yang berusaha mengabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends with Benefits (?) - COMPLETE
FanfictionSeks adalah salah satu kenikmatan hidup yang paling dasar, semua orang tahu itu. Jadi kenapa harus mempersulit sesuatu yang seharusnya sederhana? ⚠️⚠️???Warning ???⚠️⚠️ Konten seksual dan kekerasan eksplisit, mohon kebijakan pembaca yang di bawah 18...