Heyoooo
Seperti biasa kalau baca book ini harus siap-siap diremet-remet hatinya.
Sudah siapin tissue dan cemilan? Oke, berangkaaaaattttt
Happy reading
.
.Park Jimin menyesap kopinya lambat-lambat, cairan hitam itu masih terlalu panas dan rasanya juga terlalu pahit. Sama sekali bukan selera minuman Jimin. Tapi saat ini, minuman itu tepat menggambarkan suasana hatinya, gelap, pekat dan getir.
Ia membutuhkan kafein supaya bisa tetap terjaga dan melakukan semua tugas-tugasnya hari ini. Sudah beberapa hari sejak pembicaraan terakhirnya dengan Hoseok, dan sejak itu Jimin belum pernah merasa tenang. Selalu gundah dan gelisah. Menyebabkan ia banyak melamun di siang hari, tak bisa tidur di malam hari. Pada akhirnya mood nya memburuk serta menurunkan performa kerjanya.
Jimin sudah selesai melakukan briefing pagi dengan Namjoon via video call. Tidak ada yang berbeda, masih sama seperti hari-hari lainnya. Namjoon sedikit berbicara mengenai perkembangan penyelidikan, sebaliknya selalu menanyakan pekerjaan Jimin. Jimin menjelaskan uraian kegiatannya, sekaligus juga bertanya tentang beberapa hal. Tapi hanya itu saja. Tidak ada kata-kata cinta atau ungkapan sayang, semua hanya rutinitas.
Jimin merasa jenuh dan lelah. Beban pekerjaan memang berat, Jimin bukannya ingin mengeluh. Tapi seharusnya ini semua bisa terasa jauh lebih ringan asalkan ia menanggungnya bersama-sama dengan seseorang. Yang jelas, orang itu bukan tunangannya sendiri.
Sungguh bukan ini yang Jimin inginkan. Kalau Jimin boleh memilih, ia tidak mau meminum kopi hitam, dan lebih suka bersandar, berpelukan, berbicara dengan seseorang. Seseorang tertentu yang berkulit putih, bermata seperti kucing, dan bermarga Min.
Sekarang orang itu tak ada, dan ini yang menyebabkan Jimin semakin uring-uringan. Sejak kepergian sahabatnya ke Daegu, Jimin sama sekali belum pernah menerima kabar apapun dari Yoongi. Jimin ingin percaya pada hyung nya itu. Dia yakin bahwa bila waktunya datang, Yoongi pasti akan menghubunginya. Walau entah kapan, Jimin tidak tahu. Ia hanya berharap jika itu terjadi, kewarasannya masih terjaga utuh.
Jimin sangat merindukan Yoongi.
Pintu ruangan Namjoon terbuka, seorang wanita berbaju formal berjalan memasukinya. "Oh, Park ssi," serunya terkejut. Wajar ia terkejut, karena ini masih pukul 7.45 pagi, jam kantor baru dimulai pukul 9.
"Selamat pagi, Song ssi," Jimin memberi salam. Mereka memang sedang berada di kantor. Jimin yang tidak bisa tidur memutuskan untuk datang lebih awal.
Wanita itu cepat menguasai keadaan, "Selamat pagi, Park ssi." Kedatangannya ke kantor Namjoon adalah untuk merapikan ruangan dan membereskan dokumen yang sudah selesai. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa tunangan atasannya sudah ada di kantor sepagi ini.
Dengan cekatan sekretaris Namjoon membereskan meja, mengambil semua dokumen yang tertinggal. "Maaf, saya tidak tahu anda sudah ada di sini sepagi ini."
Jimin mengangguk. Ia tahu Song ssi tidak pernah menganggap serius dirinya. Bagi wanita itu, Jimin hanyalah seorang anak manja yang menjadi tunangan atasannya lalu kebetulan menjabat sebagai CEO sementara selama Namjoon berhalangan hadir. Song Eunbin adalah sekretaris Kim Namjoon bukan sekretaris Park Jimin.
"Atau barangkali anda belum pulang? Semalaman bekerja di sini?" dia bertanya lagi sambil mengambil beberapa folder.
Bila keadaan hati Jimin sedang baik, barangkali ia bisa merasakan bahwa pertanyaan Eunbin sebenarnya bernada kepedulian. Si sekretaris hanya mengkuatirkan kondisi Jimin yang tampak pucat dengan mata merah. Namun Jimin yang sekarang ada disini sedang benar-benar kesal. "Bukan urusanmu, siapkan saja urusan pekerjaan kita hari ini," tukasnya cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends with Benefits (?) - COMPLETE
FanfictionSeks adalah salah satu kenikmatan hidup yang paling dasar, semua orang tahu itu. Jadi kenapa harus mempersulit sesuatu yang seharusnya sederhana? ⚠️⚠️???Warning ???⚠️⚠️ Konten seksual dan kekerasan eksplisit, mohon kebijakan pembaca yang di bawah 18...