Hola lovelies,
Kembali lagi di chapter baru. Semoga masih pada betah sama book ini.
Happy reading
.
.
."Jimin!"
Yoongi tersentak bangun sampai terduduk. Ia bukan sedang tidur, hanya memejamkan mata mencoba beristirahat. Ketika mendadak sesuatu pikiran yang sangat kuat tentang kekasih sekaligus adiknya itu mengganggu benaknya. Tanpa sebab apapun tiba-tiba jantungnya berdegup cepat, telinganya berdenging, bahkan telapak tangan dan keningnya berkeringat dingin.
Ia mencoba menenangkan diri, mengambil napas panjang sambil mencengkeram depan dadanya. Tapi semakin berusaha, justru semakin galau. Yoongi tak bisa mencegah perasaan tak menentu yang dialami saat ini.
Ini mungkin memang pikirannya saja yang tak tenang setelah kejadian semalam. Sesuatu yang tidak masuk akal, tidak bisa dijelaskan dengan logika. Tapi firasat Yoongi merasa ada sesuatu yang sangat buruk yang menimpa Jimin, atau mungkin terjadi pada Min aegi. Atau malahan keduanya.
Yoongi tak tahan lagi, diam begini tidak akan merubah apapun. Dia mengabaikan rasa sakit yang mendera, lalu beringsut turun dari tempat pembaringannya. Hanya saja tubuhnya memang belum bisa bergerak aktif seperti biasanya. Dengan segala keterbatasan dan rasa nyeri, ia berakhir terjatuh berguling, menyenggol gelas minum yang pecah dan isinya tumpah.
"Sial!" umpatnya. Badannya berdenyut kesakitan terutama di bagian-bagian yang terluka parah. Pecahan kaca yang berserakan ada yang menusuk dan menembus kulitnya, menimbulkan goresan luka baru, sebagian berdarah. Yoongi memejamkan mata. Menyesali betapa bodoh dan tak berguna dirinya sekarang. Bila berguling turun dari ranjang saja sudah begitu sulit, bagaimana ia bisa mencari dan menyelamatkan Jimin.
Suara pintu kamarnya terbuka. Seseorang melangkah masuk, "Yoon, aku bawakan ma.... Ya Tuhan, apa yang terjadi?" Pria itu berseru kaget melihat keadaan Yoongi yang mengenaskan di lantai flat. Barang bawaannya dijatuhkan begitu saja, ia bergegas menolong.
"Kau mau kemana? Tubuhmu perlu banyak istirahat. Aku sudah bilang akan membawakan makanan untukmu, kau istirahat saja, tidak perlu melakukan yang lainnya. Kenapa sekarang terjatuh begini?" omelnya panjang lebar sambil membantu membangunkan anaknya.
Yoongi mengerutkan kening, sedikit tersinggung dengan perkataan Junsoo. Dia terjatuh karena memang ada yang sangat penting. Lebih penting daripada tubuhnya sendiri yang cedera. Ia mencengkeram lengan baju Junsoo. "Jimin," ucapnya serius, "sesuatu pasti terjadi padanya. Aku tahu itu. Harus menemuinya sekarang juga."
"Kau tahu siapa yang kau bicarakan sekarang?" tukas Junsoo. "Kim Namjoon, suami sah pacar selingkuhanmu. Musuh bebuyutan Bos Seong. Orang yang pengawal-pengawalnya sudah mencederaimu sampai nyaris mati. Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?"
Yoongi tak peduli, ngotot dengan pendapatnya. "Kau tidak mengerti. Barusan tadi perasaanku begitu kuat. Jimin dalam bahaya, dan aku harus mencarinya."
Junsoo berdecak. Jelas terlihat kesal dengan anaknya yang begitu keras kepala, "Seandainya memang benar," ia bersuara rendah menahan emosi, "lalu apa yang akan kau lakukan? Berjalan saja sulit, bagaimana kau akan menolongnya?"
Memang itu persoalannya, ia pun menyadari. Yoongi mengedarkan matanya gelisah. "Kalau begitu suruh siapa saja pergi mencarinya, cari tahu kabarnya. Aku tidak peduli. Kalau kau tidak bisa, jangan halangi aku keluar dari sini," ucapnya gusar.
Mereka saling beradu tatapan. Yoongi tak mau kalah sedikitpun, ia yakin sesuatu yang membahayakan memang sedang terjadi pada Jimin. Sampai akhirnya Junsoo mengalah. "Baik. Aku akan berusaha mencari kabarnya. Dengan satu syarat," ia mengacungkan telunjuk. "Aku tidak mau kejadian konyol seperti ini berulang lagi. Jangan sampai kau merusak dirimu sendiri begini. Berjanjilah padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends with Benefits (?) - COMPLETE
FanfictionSeks adalah salah satu kenikmatan hidup yang paling dasar, semua orang tahu itu. Jadi kenapa harus mempersulit sesuatu yang seharusnya sederhana? ⚠️⚠️???Warning ???⚠️⚠️ Konten seksual dan kekerasan eksplisit, mohon kebijakan pembaca yang di bawah 18...