Lovelies ga keberatan kan baca chapter panjang?
Sorry, but not sorry
Happy reading
.
."Selamat pagi, Tuan Park." Sang receptionist kantor langsung berdiri dan sedikit membungkuk.
Jimin mengangguk, "Pagi," balasnya singkat. Dia berjalan melewati meja Resepsionis menuju lift yang akan membawanya ke ruangan kantornya. Jimin selalu berangkat sendiri ke kantor, tidak pernah bersama Namjoon. Bahkan kelak setelah menikah pun, Jimin juga tidak berniat berangkat bersama.
Wanita itu berseru cepat, "Tunggu sebentar, Tuan Park. Ada seseorang yang ingin menemui anda."
Jimin berbalik, "Sudah buat janji?"
"Belum, Tuan Park."
"Kalau begitu suruh dia menelepon sekretarisku dan membuat janji temu untuk lain hari." Jimin sudah cukup sibuk tanpa harus direpotkan dengan tamu-tamu yang mendadak datang.
"Tapi tamu ini sudah menunggu anda sejak setengah jam yang lalu. Dia bilang membawa kabar yang sangat penting."
Jimin mengangkat alis. Ini bahkan belum jam 8 pagi dan orang ini sudah menunggunya sejak 30 menit yang lalu? Menarik. "Siapa?"
"Halo, Park Jimin ssi," kata seseorang dengan nada riang.
Suara itu membuat Jimin membalikkan badan. Di hadapannya berdiri seorang pria dengan wajah gembira serta senyum cerah. "Jung Hoseok ssi," katanya datar. Seketika muncul rasa tidak nyaman di dasar perutnya.
"Saya tidak akan lama, Park ssi. Hanya akan menyerahkan ini saja." Tangan lelaki itu menganjurkan sesuatu yang berwarna kuning lembut dengan aksen hitam ke hadapan Jimin.
Awalnya Jimin tidak tahu apa yang Hoseok berikan padanya. Namun setelah membaca nama Hoseok dan Yoongi di sana, maka pahamlah ia. Tangannya bergetar, undangan pernikahan itu terasa bara api panas yang membakar permukaan telapak tangannya. Bersamaan dengan itu perutnya mulai bergolak, makin lama makin tak karuan.
"Anda dan Kim Namjoon ssi secara resmi diundang ke pernikahan kami minggu depan," Hoseok tersenyum puas dan bangga selayaknya seorang calon pengantin.
Sesaat Jimin benar-benar terkejut, ia tidak menyangka pasangan ini akan menikah lebih cepat daripada dirinya. Pernikahannya sendiri baru akan dilangsungkan 2 minggu lagi.
Sejak perjodohannya dengan Namjoon, dia dan Yoongi selalu beranggapan kalau Jimin-lah yang akan lebih dulu melangsungkan pernikahan. Sekarang yang terjadi justru sebaliknya.
Tidak, Jimin bukan iri. Pernikahan bukan perlombaan, malahan ia tidak peduli dengan pernikahannya sendiri. Jimin ikhlas dan berbahagia bila Yoongi juga berbahagia, namun instingnya merasa yang terjadi bukan seperti itu. Memikirkan ini semua membuatnya merasa marah dan kesal.
Jimin yakin Hoseok sedang mengamati reaksinya saat ini. Jadi ia berusaha menekan apapun emosi yang timbul dalam hatinya. "Mi-minggu depan? Cepat sekali," sekuat apapun ia mencoba tetap saja suaranya terdengar parau.
Hoseok mengangguk cepat, "Yoongi hyung sudah tidak sabar ingin segera menikahiku. Saya tidak bisa menahan keinginannya, bukan?"
Bohong! batin Jimin berteriak. Ini semua bohong, Yoongi hyung tidak ingin menikahimu. Apa yang sudah kau lakukan sampai ia setuju menikah denganmu? Dia bahkan tidak mencintaimu.
Lain di hati, lain di mulut. "Luar biasa, Jung ssi. Anda pasti berbahagia," ucapnya getir. Kepalanya berdenyut semakin cepat dan keras, ditambah rasa ingin muntah yang mendesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends with Benefits (?) - COMPLETE
FanfictionSeks adalah salah satu kenikmatan hidup yang paling dasar, semua orang tahu itu. Jadi kenapa harus mempersulit sesuatu yang seharusnya sederhana? ⚠️⚠️???Warning ???⚠️⚠️ Konten seksual dan kekerasan eksplisit, mohon kebijakan pembaca yang di bawah 18...