Pengakuan

1.4K 128 57
                                    

Holaaaa, lovelies.

Apa kabar semua, semoga baik-baik saja. Ketemu lagi di chapter baru, semoga kalian suka.

Pasang sabuk pengaman, kita berangkaaaaattt.

Warning : kekerasan pada anak-anak

Happy reading
.
.

"Aku sudah pulang."

Walaupun perjumpaan mereka terhalang oleh kualitas resolusi layar ponsel, tapi Namjoon bersumpah ia melihat sendiri wajah Jimin berubah menjadi semakin pucat.

Masih tidak ada tanggapan, sehingga Namjoon berdeham, "Jimin?"

Sapaan Namjoon seolah menyadarkan pria mungil itu, "I-iya Hyung?"

Namjoon tersenyum miring, "Kau kenapa? Tidak senang aku sudah kembali?"

Tunangannya sudah kembali berwajah tenang. Namjoon tahu Jimin sedang mengatur ekspresi, "Tidak, tentu saja tidak. Aku hanya kaget, secepat ini Hyung sudah pulang. Kenapa tidak memberitahu sewaktu berangkat dari Gwangju?"

"Hanya ingin memberi kejutan," Namjoon mengangkat bahu. "Jadi aku ingin kau ke rumah sekarang. Bisa, Sayang?" Dia menghaluskan suaranya, "Aku kangen sekali."

Jimin tertawa di seberang sana tapi tidak terdengar tulus di telinga Namjoon, "Aku juga, Hyung. Aku bersiap-siap dulu, lalu segera meluncur ke sana. Satu jam lagi pasti sudah sampai." Senyum yang manis merayu, Namjoon yang dulu mungkin akan terpedaya, tapi kali ini tidak.

"Bagaimana kalau 45 menit, ayolah Sayang, jangan buat kekasihmu ini menunggu terlalu lama. Kau pasti bisa sedikit mengebut kan?" Bukan hanya Jimin yang bisa 'bermain', Namjoon juga.

Jimin akhirnya menyerah, "Aish, Hyung. Akan aku coba, moga-moga tidak ada polisi yang mau menangkapku karena menerobos lampu merah."

Namjoon tersenyum lebar menunjukkan dimple nya, "Jangan terlambat, kau tahu aku paling benci pada orang yang tidak tepat waktu."

Namjoon yakin Jimin bukan orang bodoh, dia pasti sadar makna dibalik kata-kata sederhana itu. "Baik, Hyung. Aku tidak akan terlambat."

Telepon ditutup, tapi Namjoon masih memandangi layar yang menghitam. Interaksi mereka seperti bukan orang yang sudah bertunangan 4 tahun lamanya. Ah, dia tidak peduli, Namjoon akan menunjukkan pada Jimin siapa yang memegang kendali pada hubungan mereka.

Ketukan lembut di pintu, lalu terdengar sapaan seorang wanita tua, "Permisi Tuan, ini Jeon ahjumma."

"Masuklah." Namjoon mengangkat wajah dari ponselnya.

Si pelayan Jeon masuk dan membungkuk, "Dokter Im sudah selesai memeriksa Tuan Muda. Dia sekarang akan berpamitan."

"Suruh masuk." Namjoon menghela napas, urusan tentang Jimin hampir saja membuatnya lupa mengenai putra kesayangannya.

Jeon ahjumma mundur dari ruang baca Namjoon, berganti seorang lelaki paruh baya dengan penampilan gagah melangkah masuk. Ia membungkuk sebelum memasuki ruangan. Walaupun lelaki itu lebih tua tetapi di ruangan ini Namjoon lah yang berkuasa. "Tuan," katanya sopan.

Namjoon mengangkat tangan mempersilakan dokter kepercayaannya itu duduk di kursi di hadapannya. "Mari, Dokter. Jadi bagaimana keadaan anak saya?" katanya setelah sang Dokter duduk.

Dokter Im menjawab lugas, "Secara fisik Tuan Muda sehat walafiat, tidak ada tanda-tanda kesakitan atau luka apapun. Berat badannya juga meningkat dari sejak terakhir kali saya periksa."

Friends with Benefits (?) - COMPLETE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang