Lovelies senang ga kalau author cepat update?
Jangan lupa tinggalkan jejak, berikan komen dan vote nya.
Let's get this bread.
Happy reading.
.
."Saya ingin menanyakan vitamin yang baik untuk mencegah mual," tukasnya cepat, berkebalikan dari niat semula.
Tidak, Jimin tidak bisa melakukannya. Ia mengalami bagaimana rasanya dibuang oleh keluarga sendiri, dan ia tidak mau anak ini mengalaminya. Sakit dan perih, dan Jimin tidak akan mengulangi kesalahan orang tuanya.
"Itu sudah ada dalam resep yang saya berikan, Park ssi. Silakan diperiksa. Susu hamilnya juga khusus untuk mencegah morning sickness."
Aneh, seketika mual dan pusingnya hilang. "Ba-baik, Dokter, saya akan minum sekarang. Terimakasih waktunya."
"Sama-sama, Park ssi. Selamat sore." Panggilan dimatikan.
Jimin mengelus perutnya yang masih rata. Merasa takjub terhadap keajaiban yang kini tumbuh dalam dirinya. Seolah mendapat pertanda dari semesta, kini Jimin merasa yakin dengan keputusannya.
Anak ini adalah buah kasihnya dengan Yoongi, darah dagingnya sendiri. Tidak akan dia biarkan seorangpun merenggutnya. Terlebih hanya ini satu-satunya kenangan atas hubungan mereka bertahun-tahun.
Tapi kemana ia akan mencari perlindungan?
Jimin tidak mungkin kembali ke rumah orang tuanya dalam keadaan berbadan 2 begini. Tanpa ada kasus ini pun, dirinya sudah tidak dianggap di rumahnya sendiri. Jimin meragukan orang tuanya bisa menerima kehadiran seorang cucu di luar nikah. Alih-alih diterima, bagaimana kalau ia malah diusir ke jalan atau tidak diakui sebagai anak.
Tangannya mengetuk-ngetuk pelan ponsel ke dagu, sungguh-sungguh mempertimbangkan untuk menghubungi Yoongi. Paling tidak, Yoongi tidak akan menolak dia dan bayinya. Tapi kawan karibnya itu sudah memiliki begitu banyak beban hidupnya sendiri. Ibu yang sewenang-wenang, perusahaan raksasa yang harus ia pimpin. Belum lagi bagaimana perasaan Hoseok serta seluruh keluarga besar Jung. Sungguh skandal besar yang akan mempermalukan nama 3 keluarga paling berpengaruh di Korea Selatan.
Keadaan tidak pernah mudah bagi mereka, bahkan ketika keduanya saling memiliki perasaan yang setara. Jimin masih bisa mengingat ucapan Yoongi di Phuket, tidak ada masa depan bagi hubungan mereka. Begitu banyak beban yang mereka tanggung di pundak masing-masing. Jimin tidak bisa menambah kesulitan Yoongi. Dia harus bisa mengatasi masalah ini sendiri.
Ia tahu apa yang harus dilakukan. Tangannya bergerak lincah menekan nomer telepon seseorang.
"Kenapa tidak kembali ke kantor?" tanya Namjoon tanpa basa-basi, segera setelah menginjakkan kaki di apartemen Jimin.
Sepulang dari rumah sakit, Jimin memang seharusnya menghadiri sebuah meeting penting dengan distributor alat elektronik Jerman. Tetapi ia malah mengirim pesan kepada sang tunangan, menyuruhnya datang menemui di apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends with Benefits (?) - COMPLETE
FanficSeks adalah salah satu kenikmatan hidup yang paling dasar, semua orang tahu itu. Jadi kenapa harus mempersulit sesuatu yang seharusnya sederhana? ⚠️⚠️???Warning ???⚠️⚠️ Konten seksual dan kekerasan eksplisit, mohon kebijakan pembaca yang di bawah 18...