Double Date

1.5K 136 71
                                    

Karena tidak baik menggantung yang tergantung-gantung, jadi jangan  digantung supaya tidak tergantung.

(Apa sih ini??? 😁😁)

Here we go

Warn : light BDSM (sedikiiiiiiiiiiit aja)

Happy reading
.
.

"Mereka bilang kau pergi ke Phuket. Apa benar?"

Jimin tersedak, jadi Namjoon mengetahui perjalananannya ke Phuket? Inikah yang membuat keanehan tingkah laku Namjoon? Dia mencoba bertahan ketika otaknya bahkan tidak ingin berpikir. Ia mengambil napas panjang-panjang, Jimin sudah menduga Namjoon akan mencari tahu, dan ia juga sudah siap dengan jawabannya. "Ka-katahh siapahh? Itu tidak, akhhh, benar," suaranya pun terdengar bergetar.

Di saat Jimin mulai merasa nyaman dan bisa menguasai tubuhnya, lubang analnya bergetar lebih hebat lagi. Jimin menggigit pipi, sebentar lagi dia akan 'sampai'. "Akkuhhh mauh keluarhhh," katanya kepayahan.

"Oh, jangan dulu. Masih ada oleh-oleh lain untukmu, Sayang." Namjoon tiba-tiba menarik vibrator itu keluar membuat Jimin berseru kecewa karena lubangnya berdenyut merindu minta diisi.

Jimin merasakan jemari Namjoon menyentuh penisnya yang tegak mengeras, tetapi berikutnya ia menyesal karena jemari itu bukannya memberi kelegaan tetapi memasangkan sebuah benda melingkar serupa cincin. "Hy-hyung."

"Kenapa? Kau suka kan?" Ucapan Namjoon terdengar dingin dan bengis.

Jimin diam saja dan berusaha mengalihkan ketidaknyamanan dengan mencengkeram kuat-kuat sprei di bawahnya.

"Kau yakin, Jimin? Dalam beberapa minggu terakhir ini, kau tidak pergi keluar negeri?" Tanpa aba-aba, vibrator itu dimasukkan lagi malah disetel lebih tinggi.

Jimin mendesah dan merintih, kembali ia segera merasakan desakan ingin memuntahkan sperma. Peluh besar-besar menetes, seluruh wajahnya sudah basah berkeringat. Dalam keadaan berantakan seperti ini, ia masih harus menjawab pertanyaan "Da-dari mana kau mendengar itu, Hyung? Ak, akhhh, aku terus aaddahhh di Seoul."

"Jangan bohong, Jimin, mana mungkin ada asap kalau tidak ada api." Setiap kali Jimin menjawab salah, Namjoon menaikkan lagi intesitas vibrator-nya sampai membuat Jimin menekuk ujung-ujung jari kaki.

"Tidak!" Jimin berteriak karena ia harus menyalurkan sensasi geletar di tubuhnya. Vibrator bergetar keras tepat mengenai prostat. Jemari Namjoon bergerak cepat keluar masuk di lubangnya. Akhirnya orgasme kering melanda tubuhnya, terasa sakit karena ia tak bisa keluar.

"Baiklah kalau itu katamu." Belum cukup siksaan tadi, berikutnya terdengar desingan lain dan Jimin kembali menjerit. Sebuah vibrator lain memberikan rangsangan yang lebih kuat di kemaluannya yang masih terhimpit cock ring.

Percuma, Namjoon menulikan telinganya, "Teruskan kebohonganmu, Jimin, kita bisa meneruskan permainan ini seharian."

Punggung Jimin melengkung terangkat dari kasur, tubuhnya mati rasa. Diserang di seluruh titik erotisnya membuat otaknya beku. Seluruh inderanya berhenti bekerja sampai orgasme kering yang lain kembali melanda dirinya. Menjadikan ia meronta-ronta ke segala arah dalam kesakitan.

"Bagaimana rasanya, Jimin? Nikmatkah? Atau sakit? Bukankah lebih mudah untuk berkata jujur?" Namjoon tidak berhenti menggerak-gerakkan vibrator itu di sepanjang batangannya. Ia sangat mengerti dan menikmati akibat perbuatannya kepada Jimin.

Jimin terengah, dan cuma bisa memohon lemah "Hyung, please, aku tidak mengerti kebohongan apa yang kau maksud. Ijinkan aku klimaks, Hyung". Bibirnya gemetar, tangannya gemetar, bahkan jari kakinya ikut gemetar.

Friends with Benefits (?) - COMPLETE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang