Book ini kayak kapal selam.
Lama tenggelam tiba-tiba muncul.Happy reading
.
.Tidak banyak yang Yoongi ingat tentang pernikahannya, dan semuanya berhubungan dengan Jimin. Ketika ia menemukan Jimin di antara para tamu, sewaktu mereka terus berpandangan selama prosesi janji nikah. Serta yang terutama ketika Jimin melihatnya penuh arti sebelum Yoongi menjawab sang pendeta.
Yoongi menunggunya. Ia benar-benar berharap Jimin akan berdiri dari kursi itu kemudian berlari kepadanya. Bahkan Yoongi merasa yakin Jimin sudah akan bangkit menghampirinya, yang nyatanya tidak pernah terjadi.
Dia merasa perih yang teramat sangat sekaligus tidak bisa mengerti. Mengapa Jimin memilih bertahan bersama Namjoon, padahal sudah jelas ia nampak tertekan dan ketakutan?
Dalam pandangannya, sahabatnya itu terlihat menderita. Lalu mengapa Jimin memilih bertahan sewaktu Yoongi memberinya kesempatan untuk bebas bersamanya?
Atau barangkali Jimin kuatir Yoongi tidak akan bisa menyayangi anak dalam kandungannya. Yoongi memang membenci Bapak itu, namun ia bisa belajar menyayangi sang bayi. Sama seperti ayahnya sendiri, Tuan Min, yang menyayangi dirinya, walaupun bukan anak kandungnya. Kalau saja Jimin memberinya kesempatan.
Ini semua karena Bapak itu, batinnya kesal. Niatnya untuk menyelamatkan Jimin dari Namjoon makin menggebu-gebu. Namun ia tidak boleh bertindak gegabah. Bapak itu mempunyai mata dan telinga di mana-mana. Sedikit saja salah langkah, maka nyawa Jimin atau bayinya akan terancam.
"Nak Yoongi kenapa tidak mau tinggal bersama Hoseok di rumah kami?" Nyonya Jung memanggil. Suaranya terdengar manja dan sedikit merajuk.
Yoongi tersadar, kedua mertuanya masih ada di kamar hotel tempatnya tinggal selama ini. Mereka masih mengobrol macam-macam dengan anak tunggalnya seusai pesta. Utamanya memberi banyak nasihat pernikahan dan rumah tangga.
Hoseok tertawa sambil memutar bola mata, "Kan Eomma sudah diberitahu. Kenapa mesti bertanya lagi? Yoongi hyung belum terbiasa di rumah kita."
Yoongi mengusap tengkuknya, "Iya, Nyonya Jung, maafkan saya."
"Tidak perlu minta maaf, Nak Yoongi. Oh ya, mulai sekarang panggil Eomeonim saja. Suami Seokie adalah anak kami juga, kita semua satu keluarga," wanita itu mengusap lengan Yoongi lembut.
Yoongi mengangguk canggung, "Iya, Nyo, ah, Eomeonim."
Nyonya Jung tersenyum penuh kasih kepada si pasangan pengantin baru.
Tuan Jung meremat tangan istrinya, "Nah, sekarang kita pulang, aku sudah lelah. Mereka juga pasti ingin segera menikmati malam pengantin, hmm?" Alis ayah Hoseok bergerak naik turun menggoda."Appa kenapa bilang begitu?" Hoseok tertunduk tersipu.
Tuan Jung berbalik sambil menggamit pinggang istrinya, Hoseok berjalan mengantar mereka sampai ke pintu. Yoongi mengekor sambil terus mengamati interaksi anak beranak itu.
"Kami pulang dulu ya," kata Eomma Jung sekali lagi ketika sudah di ambang pintu. Lalu berbisik sedikit, "Kalau sakit, beritahu Eomma, besok Eomma antarkan obat-obatan penahan nyeri dan salep anti lecet."
Wajah Hoseok bersemu merah, "Eommaaaa," katanya manja.
Tuan Jung tertawa keras kemudian benar-benar berjalan ke elevator.Hoseok dan Yoongi berdiri bersampingan, melambai ketika pasangan tua itu menaiki lift menuju ke lantai dasar. Seketika mereka tidak terlihat lagi, Hoseok langsung mengernyit dan sedikit mendorong suaminya. "Jangan dekat-dekat," omelnya sambil berjalan masuk ke dalam kamar langsung menuju ruang tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends with Benefits (?) - COMPLETE
FanficSeks adalah salah satu kenikmatan hidup yang paling dasar, semua orang tahu itu. Jadi kenapa harus mempersulit sesuatu yang seharusnya sederhana? ⚠️⚠️???Warning ???⚠️⚠️ Konten seksual dan kekerasan eksplisit, mohon kebijakan pembaca yang di bawah 18...