Sesuai request lovelies semua, chapter kali ini adalah yang terrrrrrrrpanjang sepanjang sejarah book ini.
Jadi selamat menikmati, dan jangan lupa komen dan pencet tanda bintangnya.
Happy reading
.
.Namjoon memejamkan mata perlahan, sengaja berlama-lama membukanya. Seolah otaknya memainkan ilusi, bahwa ini semua adalah tipuan visual. Semoga saja apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi.
Nyatanya bukan. Dia bukan bermimpi atau fatamorgana, dan bukan pula imajinasi belaka. Ini memang sungguh terjadi.
Koordinat lokasi yang ia datangi sesuai perintah si penculik adalah sebuah jebakan. Namjoon mengira hanya akan menghadapi segerombol penjahat. Ternyata ia sudah disambut gabungan sejumlah besar musuh-musuhnya, termasuk si tua Seong. Mereka semua menggempur anak buahnya tanpa ampun. Tembak menembak berlangsung sengit, pertumpahan darah tak bisa dihindarkan. Kedua belah pihak hanya bisa terus menyerang agar dapat bertahan hidup. Melawan atau mati.
Para pengawalnya akhirnya berbalik dapat menguasai keadaan, namun Namjoon tidak dapat menyebutnya sebagai kemenangan. Tidak ketika itu diraih dengan pengorbanan yang sangat besar. Hampir semua anak buahnya meregang nyawa atau terluka parah, termasuk juga pengawal setianya, Lee. Pria itu menjadi tameng hidup untuk melindungi tuannya. Gantinya, Namjoon terhindar dari kematian meskipun juga menderita luka-luka.
Keadaan mereka begitu payah, hingga Namjoon bahkan tidak memerintahkan untuk mengejar dan memusnahkan sisa-sisa musuh yang melarikan diri dari medan pertempuran. Kecuali satu orang pria yang diduga kuat kabur sambil membawa serta seorang anak kecil.
Namjoon dan seorang bodyguard yang tidak terlalu parah berpencar mencari ke penjuru hutan. Keberuntungan menghampiri karena ia yang menemukan mereka. Namjoon tidak berani menembak orang itu, kuatir bila peluru justru mengenai anaknya. Dia hanya bisa mempersempit jarak sampai tiba di sebuah puncak bukit, dimana orang tersebut akhirnya terpojok tanpa ada tempat bersembunyi lagi.
"Berhenti!" Ia melepaskan tembakan yang sayangnya lolos dari sasaran. "Lepaskan anakku, keparat!" Dia bersiap menembak lagi.
Orang itu berbalik menghadap pengejarnya, dan Namjoon begitu terkejut sampai ia melupakan niatnya.
"Kalau kau masih sayang nyawa anakmu, jangan coba mendekat satu langkah pun," katanya sambil menodongkan pistol ke kepala Taehyung.
Melihat kedatangan ayahnya, Taehyung meronta dan mencoba menjerit. Tak ada suara yang keluar, mulutnya diikat juga disumpal. Meski begitu sang Appa tak juga bereaksi. Ia masih dalam keadaan terkesima seperti disihir.
Dari antara semua orang, mengapa harus dia? Sejak merintis karier di dunia kejahatan, Namjoon mempunyai banyak sekali musuh serta saingan. Di antara mereka semua, ia tidak pernah menyangka bahwa orang inilah yang nekat menculik anak tunggalnya.
Kata orang, kau tidak bisa lari dari masa lalumu. Kini Namjoon yang mengalami dan membuktikan sendiri. Masa lalu itu kini berhasil mengejar dan menangkap dirinya.
"Jack," ucapnya bergetar. Tubuh dan pikirannya masih sulit menerima ini semua. Jack yang manis dan selalu ceria, yang bahkan tidak berani menyakiti seekor serangga. Jack yang sama, kini menodongkan pistol ke kepala anaknya. Wajahnya keras dan kaku, tatapannya garang, jauh berbeda dari Jack yang Namjoon kenal.
Taehyung menjerit tertahan dan akhirnya Namjoon tersadar. "Jack, ap-apa yang kau lakukan? Apakah ini bercanda?" ucapnya akhirnya sambil melangkah maju.
Dor! Jack menjawab Namjoon dengan sebuah tembakan dari pistolnya. Si Tuan mafia yang terkejut hanya sempat memiringkan badan, dan peluru itu lewat berdesing nyaris saja mengenai. Ia terhuyung sedikit ke belakang, daun telinganya terasa perih. Saat diraba, ada darah di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends with Benefits (?) - COMPLETE
FanfictionSeks adalah salah satu kenikmatan hidup yang paling dasar, semua orang tahu itu. Jadi kenapa harus mempersulit sesuatu yang seharusnya sederhana? ⚠️⚠️???Warning ???⚠️⚠️ Konten seksual dan kekerasan eksplisit, mohon kebijakan pembaca yang di bawah 18...